News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gempa di Halmahera

Kabar Terkini Gempa Halmahera: Korban Tewas Jadi 6 Orang, Akses Rusak Berat, Status Tanggap Darurat

Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Miftah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

kabar terkini gempa Halmahera

Inilah kabar terkini gempa di Halmahera, BNPB menyebut korban bertambah jadi 6 warga tewas hingga akses rusak berat

TRIBUNNEWS.COM - Hingga kini Rabu (17/7/2019) jumlah korban bertambah akibat gempa Halmahera yang mengguncang pada Minggu (14/7/2019) dan Senin (15/7/2019).

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan informasi terbaru update gempa Halmahera.

Hingga kini tercatat enam warga telah meninggal dunia.

Jumlah korban akibat gempa bertambah dibanding kemarin Selasa (16/7/2019) tercatat empat orang meninggal.

Baca: VIDEO & FOTO Kerusakan Akibat Gempa Bali 6.0 Magnitudo, Genteng Pecah - Warga Berhamburan

Identifikasi korban tewas

Dikutip dari laman resmi BNPB, enam korban meninggal diidentifikasi BPBD setempat pascagempa M 7,2 yang terjadi pada Minggu.

Lima korban diakibatkan reruntuhan bangunan, sedangkan satu korban meninggal di pengungsian.

Satu korban meninggal dunia, Saima (90), warga Nyonyifi meninggal dunia di pengungsian daerah dataran tinggi di Desa Nyonyifi, Kecamatan Bacan Timur.

Berikut ini nama korban meninggal dunia lainnya pascagempa tersebut:

1) Ibu Aisyah (54 tahun), asal Desa Ranga-Ranga, Gane Barat Selatan
2) Aspar Mukmat (20), Desa Gane Dalam, Gane Timur Selatan
3) Sagaf Girato (50), Desa Yomen, Joronga
4) Aina Amin (50), Desa Gane Luar Kec. Gane Timur Selatan
5) Wiji Siang (60), Desa Gane Luar Kec. Gane Timur Selatan

Akses rusak berat

Sementara itu, bantuan logistik terus mengalir untuk penanganan darurat.

BNPB mengirimkan  satu unit helikopter Mi-8 untuk mendistribusikan bantuan, seperti tenda keluarga dan barang lainnya.

Bantuan tenda lain telah disiapkan pengirimannya melalui pesawat Hercules yang tiba pada kemarin Selasa malam.

Selain pengiriman via udara, BNPB telah mengirimkan dukungan logistik melalui kapal.

Bongkar muat dari kapal tanker ke kapal yang lebih kecil telah dilakukan.

Sejauh ini Pemerintah Halmahera Selatan telah membentuk pos komando (posko) untuk melakukan penanganan darurat.

Dapur umum yang dioperasikan pemerintah daerah (pemda) yang dibantu TNI dan Polri untuk melayani 9 pos pengungsian di Kota Labuha.

Pemerintah setempat menetapkan masa tanggap darurat selama 7 hari, terhitung 15 - 21 Juli 2019.

Pelaksana Harian Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB, Agus Wibowo mengatakan terputusnya akses masih menjadi kendala dalam penanganan gempa di Halmahera, Maluku Utara.

BNPB juga mencatat sekurangnya ada tiga jembatan penghubung wilayah rusak berat.

Untuk itu BNPB mengirimkan kapal dan helokopter untuk mendistribusikan logistik ke Maluku Utara.

Agus juga menjelaskan kendala yang ditemui di lapangan terkait pendistribusian logistik.

Ia mengatakan, di Halmahera aksesnnya kebanyakan masih lewat laut dan pesawat hanya ada satu yakni dari Ternate ke Labuha, ibukotanya yang berada di Pulau Bacan.

"Hanya ada satu penerbangan dan itu penuh terus. Jadi aksesnya hanya dari situ. Yang banyak korban kan memang di Pulau Bacan. Setelah masuk ke bandara baru bisa ke Labuha. Tapi kalau mau pindah ke pulau satunya harus pakai boat. Atau dari Ternate ke Sofifi baru ke darat lagi," kata Agus.

Penduduk masih tinggal di pinggir pantai

Ia juga menjelaskan, kebanyakan penduduk masih tinggal di pinggir-pinggir pantai sehingga akses paling mudah yakni dengan menggunakan kapal atau boat.

"Sehingga BNPB mengirimkan bantuan satu helikopter sehinngga bisa cepat. Kalau boat kan tidak bisa cepat. Kalau helikopter bisa mengambil logistik dengan cepat untuk dikirim ke pulau-pulau terdekat atau lokasi yang sulit diakses dengan boat. Kendalanya tadi di situ," kata Agus.

Meski begitu Agus mengatakan tidak menemukan hambatan terkait listrik dan komunikasi.

"Kalau listrik dan komunikasi masih berfungsi," kata Agus.

Rumah rusak

Menurut informasi BNPB melaluilaman resminya, BPBD setempat melaporkan sejumlah 971 rumah rusak berat atau RB.

Kerusakan terbanyak di Desa Gane Luar, Kecamatan Gane Barat dengan jumlah 380 unit.

Kerusakan dengan kategori RB pada rumah juga teridentifikasi di Desa Rangga Rangga  300 unit, Lemo Lemo 131, Tomara 90, Kua 30, Luaro 22, Caitu 10, Sawat 6 dan Tanjung Jere 2. Kerusakan berat (RB) pada infrastruktur bangunan mencakup gedung sekolah 6 unit, masjid 2, gereja 1, polindes 1, paud 1, dan rumah guru 1.

Jumlah korban meninggal bertambah 2 orang, total jumlah korban meninggal menjadi 4 orang.

3 orang dari kec. Gane Timur Selatan dan 1 orang dari kec. Game Barat Selatan.

Pascagempa pengungsian terjadi di beberapa titik di Kota Labuha, Halmahera Selatan, seperti kantor BPBD Halmahera Selatan, Dinas Pariwisata,

Polres, Masjid Raya, aula kantor Bupati, halaman Lembaga Pemasyarakatan, SMEA Amasing, dan Gunung Bobebo. Estimasi jumlah pengungsi mencapai 1.104 orang.

Jumlah tersebut belum termasuk dari Kecamatan Gane Brat dan Gane Timur.

Dalam akun resmi Twitter BNPB @BNPB_Indonesia, dituliskan informasi terbaru jumlah pengungsi:

Jumlah pengungsi telah mencapai 3. 104 jiwa yang tersebar di 15 titik pengungsian, diantaranya kantor BPDB Halmahera Selatan, Dinas Pariwisata Kabupaten Halmahera Selatan, Polres Kabupaten Halmahera Selatan, Mesjid Raya, Kantor Lembaga Pasyarakatan Halsel, SMEA Amazing, G. Bobebo
 
Hingga kini upaya penanganan darurat terus dilakukan. Tim terpadu Kabupaten Halmahera Selatan yang melibatkan TNI, Polri, BPBD, SAR, Dinkes, Dinsos, PUPR, Satpol PP, BMKG dan PMI berangkat menuju wilayah Gane dan Bacan bagian Timur atau di daerah-daerah yang terkena dampak gempa.

Tim melakukan pendataan kerusakan bangunan dan korban serta pendistribusian bantuan logistik berupa terpal, tikar, makanan, minuman dan obat-obatan. Kebutuhan mendesak berupa beras, air mineral, makanan siap saji, tikar, matras, selimut, terpal, dan popok bayi.

Sejauh ini Pemerintah Halmahera Selatan telah membentuk pos komando (posko) untuk melakukan penanganan darurat.

Dapur umum yang dioperasikan pemerintah daerah (pemda) yang dibantu TNI dan Polri untuk melayani 9 pos pengungsian di Kota Labuha. Pemerintah setempat menetapkan masa tanggap darurat selama 7 hari, terhitung 15 - 21 Juli 2019. 

Di samping itu, Pemda Halmahera Selatan telah menurunkan tim yang terdiri dari BPBD, TNI, Polri, Basarnas, Tagana, RAPI, PMI, ACT dan wartawan untuk mendistribusikan logistik ke lokasi pengungsian di Kecamatan Bacan Timur,  Bacan Timur Tengah, Gane Dalam, Gane Timur dan Gane Barat. 

BPBD Provinsi Maluku Utara dan TRC BNPB telah menuju lokasi terdampak di Kecamatan Gane Barat dan Gane Timur untuk melakukan kaji cepat guna mendata tingkat kerusakan, jumlah pengungsi dan kebutuhan yang dibutuhkan oleh pengungsi untuk ditindaklanjuti.

Situasi sekitar dua kecamatan tadi relatif kondusif. Jaringan listrik dan komunikasi normal.Tim di lapangan merasakan guncangan yang terasa kuat sesaat gempa susulan dengan magnitudo 5,3 terjadi pada sore tadi (15/7) pukul 17.35 WIB dan berkedalaman 10 km.

Diberitakan, gempa dengan magnitudo 7,2 ini terjadi pada Minggu (14/7/2019) lalu, pukul 16.10 WIB.

Guncangan yang dirasakan warga di beberapa wilayah ini berlokasi pada 0.59 LS,128.06 BT (62 km Timur Laut Labuha - Maluku Utara) dengan kedalaman 10 Km.

Guncangan kuat sebesar V MMI di daerah Obi, III MMI di Labuha, II - III MMI di Manado dan Ambon, dan II MMI di wilayah Ternate, Namlea, Gorontalo, Raja Ampat, Sorong, dan Bolaang Mongondow.

Baca: Gempa Bali, BNPB Catat Satu Orang Luka dan 38 Bangunan Rusak

65 kali gempa susulan

Hingga Senin (15/7/2019) pagi pukul 07.00 WIB atau 09.00 WIT, BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) mencatat ada sekitar 65 gempa susulan usai gempa bumi 7,2 SR (Skala Ritcher) yang mengguncang Pulau Halmahera di Provinsi Kepulauan Maluku Utara kemarin Minggu (14/7/2019) sekitar pukul 16.10 WIT.

Pelaksana Harian Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo menerangkan masih masifnya gempa susulan membuat sekitar dua ribu masyarakat di Kabupaten Halmahera Selatan dan Halmahera Tengah mengungsi ke fasilitas-fasilitas publik.

“BNPB mencatat ada 65 gempa susulan di mana 28 di antaranya dirasakan oleh masyarakat terjadi setelah gempa utama hingga hari Senin pagi tadi sekitar pukul 07.00 WIB,” ungkap Agus Wibowo di Kantor BNPB, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Senin (15/7/2019).

Selain menimbulkan dua ribu masyarakat mengungsi, gempa berkedalaman 10 kilometer di darat kemarin itu hingga kini tercatat menimbulkan dua korban meninggal dunia di Kecamatan Gane Luar dan Kecamatan Gane Barat di Halmahera Selatan.

BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) setempat juga mencatat sementara ada 58 unit rumah rusak akibat gempa tersebut.

Baca: Perolehan Kursi di DPR Meningkat, Nasdem Gelar Sekolah Legislatif

Agus mengatakan pihak BNPB telah mengirimkan tiga personilnya ke kawasan terdampak bencana di Halmahera Selatan untuk melakukan koordinasi serta pendataan dampak gempa.

“Bahkan kami sudah kirim tim dengan kelengkapan alat drone untuk memetakan secara detail dampak bencana itu di Kabupaten Halmahera Tengah dan Halmahera Selatan. Lokasi bencana saat ini hanya bisa diakses melalui jalur laut,” pungkasnya.

BNPB menjelaskan bahwa gempa tersebut dirasakan hingga Gorontalo, Ternate, dan Sorong di Papua Barat.

 Status Tanggap Darurat

Pemerintah pusat yakni BNPB (Badan Penanggulangan Bencana Nasional) dan pemerintah daerah Kabupaten Halmahera Selatan menetapkan status tanggap darurat bencana pasca terjadinya gempa bumi berkekuatan 7,2 SR (Skala Ritcher) di wilayah tersebut pada Minggu (14/7/2019) kemarin.

Status darurat bencana itu diberlakukan mulai hari ini sampai seminggu ke depan yakni tanggal 21 Juli 2019.

“Pemda Kabupaten Halmahera Selatan telah menetapkan status darurat bencana mulai 15 hingga 21 Juli 2019. Para korban telah mendapat penanganan daruaat dari instansi di daerah,” ungkap Pelaksana Harian Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo di Kantor BNPB, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Senin (15/7/2019).

Hingga hari ini tercatat gempa dengan pusat di kedalaman 10 kilometer dan berada di darat tersebut telah menimbulkan 2 korban meninggal dunia serta dua ribu warga yang mengungsi.

Baca: MPR: Rekonsiliasi Penting untuk Persatuan Bangsa

Baca: Jaksa Minta Majelis Hakim Tolak Nota Pembelaan Joko Driyono dan Penasihat Hukum

Baca: Putri Lee Jong Hoon Sampai Diare 11 Kali dan Harus Dirawat di IGD karena Keracunan Makanan Restoran

Dua ribu warga yang mengungsi ditempatkan di 14 titik Polsek Saketa, PDAM Saketa, kantor Bupati Halmahera Selatan, Polres Halmahera Selatan, Masjid Raya Halmahera Selatan, Kantor Dinas Sosial Halmahera Selatan, Kodim 1509, rumah dinas Ketua DPRD, rumah dinas Waka II DPRD, rumah dinas Bupati Halmahera Selatan, Kantor Pemda dan DPRD Halmahera Tengah, Bukit Goeng, Kecamatan Bacan Selatan, dan ada pengungsi mandiri di Desa Hidayat, Desa Makean serta Desa Tomori.

Sementara itu hingga hari ini juga telah didata 58 unit rumah rusak di Kabupaten Halmahera Tengah dan Halmahera Selatan serta dua jembatan di Desa Saketa, Halmahera Selatan.

Agus mengatakan pihak BNPB telah mengirimkan tiga personil tim reaksi cepat ke kawasan terdampak bencana di Halmahera Selatan untuk melakukan koordinasi serta pendataan dampak gempa.

“Bahkan kami sudah kirim tim dengan kelengkapan alat drone untuk memetakan secara detail dampak bencana itu di Kabupaten Halmahera Tengah dan Halmahera Selatan. Lokasi bencana saat ini hanya bisa diakses melalui jalur laut,” pungkasnya.

BNPB menjelaskan bahwa gempa tersebut dirasakan hingga Gorontalo, Ternate, dan Sorong di Papua Barat.

(Tribunnews.com/Chrysnha, Rizal Bomantama, Gita Irawan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini