Selanjutnya, petugas Perhutani bersama para relawan berupaya memadamkan api.
Lantaran angin kencang, si jago merah cepat merambat, membakar rerumputan yang kering, juga melahap pohon-pohon akasia yang ada di sana.
"Banyak yang bergabung memadamkan api, dengan semua daya upaya yang bisa dilakukan."
"Yang bergabung dalam pemadaman mulai dari petugas Perhutani, masyarakat sekitar, pecinta alam, lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) setempat, TNI-Polri, BPBD dan lainnya," tutur Supriyono.
Dari hasil pengamatan lapangan, diperkirakan kebakaran lantaran rembetan api dari lahan milik warga, yang ada di sekitar kawasan Perhutani.
Diduga, warga membakar sampah pertanian di lahan yang akan kembali diolah, kemudian api merambat dan menjalar ke area Perhutani.
"Dugaan sementara seperti itu. Namun, ini masih terus diselidiki oleh pihak-pihak terkait," tuturnya.
Ia mengimbau kepada masyarakat sekitar hutan, untuk tak membakar sisa-sisa limbah pertanian, saat hendak memulai musim tanam.
Terlebih, saat kemarau seperti ini api dengan cepat membesar dan menjalar ke lahan-lahan sekitar.
"Kita galakkan sosialisasi ke masyarakat, dan ke base camp di sekitar area hutan Perhutani," tuturnya.
Keterangan berbeda disampaikan Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Sabarno. Menurut perkiraan, setidaknya terdapat 26 hektare lahan Perhutani, di petak 7-4, yang dilalap si jago merah.
"Hingga malam ini, sekitar pukul 19.30, masih terdapat tujuh titik api. Kecil-kecil, tapi dihawatirkan akan membesar karena angin masih kencang," ucapnya.
Karena itu, menurut dia, dari 100 relawan gabungan yang turut memadamkan api dari mulai siang, beberpa di antaranya tetap standby di sekitar lokasi, guna pemantauan.
"Memantau, berjaga-jaga bila titik api yang ada membesar, agar nantinya memudahkan koordinasi," tutur pria yang karib disapa Mondleng ini.