News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Kakek Buta yang Tinggal di Pos Ronda Hampir 20 Tahun, Menggelandang setelah Istri Meninggal

Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wardi (76) warga Desa Jambangan Kabupaten Ngawi hidup terlunta lunta dan meglamai buta terpkasa tinggal di pos ronda karena miskin. Untuk memenuhi kebutuhan hidup dia harus kerja dari menjadi kuli penggali pasir hingga berjualan barang rongsok.

Kisah Mbah Wardi, kakek buta yang tinggal di pos ronda hampir 20 tahun, pilih menggelandang setelah istri meninggal.

MAGETAN , TRIBUNNEWS.com - Berikut kisah Mbah Wardi, kakek buta yang tinggal di pos ronda selama hampir 20 tahun.

Mbah Wardi diketahui memilih menggelandang setelah sang istri meninggal saat ia berusia 35 tahun.

Pos kamling berukuran 2X3 meter di Desa Jambangan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur terlihat sepi.

Hanya sebuah sepeda tua dan beberapa barang rongsokan yang berceceran di bawah dipan usang yang berlapis plastik bekas baliho kampanye.

Baca: Pendapat Dokter Tentang Viralnya Akar Bajakah, Terlalu Dini Disebut Obat Kanker

Baca: Viral Pertemuan Bocah Pemulung Dikira Meninggal Ternyata Hidup dengan Sang Ayah: Maafin Bapak Nak

Kompas.com yang menyambangi “kediaman” Wardi (76) tak menemukan keberadaan kakek sebatang kara yang mengalami kebutaan pada kedua matanya tersebut.

“Kalau tidak ada biasanya keliling nyari rosok atau nyari pasir di sungai. Coba cari di sungai di utara desa,” ujar Marinem, tetangga di kediaman Mbah Wardi, Senin (19/8/2019).

Kompas.com kemudian menyusuri jalan desa menuju arah yang ditunjukkan Marinem.

Di sebuah hamparan persawahan di utara desa terlihat Wardi menenteng sebuah tape recorder tua dengan dibonceng sepeda motor warga desa.

Setelah berbincang sejenak terkait tujuan Kompas.com bertemu, Mbah Wardi mempersilakan berkunjung ke kediamannya.

“Saya sudah hampir 20 tahun tinggal di pos ronda ini, sebelumnya tinggal di samping pagar warga,” katanya.

Yatirin, pemilik warung di depan pos ronda yang ditinggali Mbah Wardi mengaku lebih dari 7 bulan pria yang kedua matanya buta tersebut tinggal di bawah pagar warga.

Karena sering kehujanan, Mbah Wardi kemudian pindah ke pos ronda di Dukuh Mbebegan yang sudah lama tidak di fungsikan sampai saat ini.

“Sifatnya itu tidak mau merepotkan orang lain. Ini pos ronda juga bocor kalau musim hujan, dia tidurnya di emperan rumah saya, disuruh masuk ya tidak mau,” ucapnya.

Mbah Wardi memilih hidup menggelandang dari pos ronda ke posa ronda lainnya setelah istrinya meninggal saat dia berusia 35 tahun.

Baca: Viral Pria Nikahi 2 Wanita dengan Mahar Rp 10 Ribu, Sang Pengantin Ulang Ijab Kabul Gugup Karena Ini

Baca: Viral Foto Risma Cium Tangan Megawati dan Wacana Calon Menteri Jokowi

Dulu, Mbah Wardi memiliki gubuk di lahan pinjaman di dukuh Jambangan Kulon, namun karena roboh dia akhirnya menggelandang tak tentu arah.

“Rumah warisan orangtua yang ninggali kakak saya, daripada merepotkan orang lain saya tinggal di pos ronda saja,” tambahnya.

Dari perkawinannya, Wardi mempunyai 3 orang anak, satu di antaranya meninggal dunia.

Karena kemiskinan, kedua anak Wardi dipelihara oleh adiknya di luar kota.

Saat ini, kedua anaknya tak ada di Ngawi, anak keduanya tinggal di Kota Jambi.

“Saya tidak mau merepotkan anak karena saya dulu tidak bisa membahagiakan mereka karena tidak punya apa apa. Saya kerja keras tapi tidak cukup untuk memberi penghidupan yang layak kepada mereka,” katanya.

Buta karena kerja terlalu keras

Wardi mengalami kebutaan ketika berumur 35 tahun.

Dari diagnosa dokter mata di Kota Madiun, kebutaan yang dialami karena syaraf mata Wardi mengalami kerusakan yang diakibatkan kerja yang terlalu keras.

Karena lahir dari keluarga yang tidak mampu membuat Wardi harus bekerja keras sebagai buruh tani dan buruh penggali pasir.

Baca: VIDEO VIRAL - Video Dewasa Mahasiswi PTN di Yogyakarta Menyebar di WA: Juga Sebar Foto Intim Bersama

Baca: Viral, Zulaikha Dapat 15 Surat Cinta dari Murid Selama Lima Bulan Mengajar

Beban kerjanya semakin berat karena harus menghidupi keluarganya.

“Berobatnya di Madiun sampai di Yogyakarta. Dokter bilang syaraf matanya rusak karena terlalu banyak kerja,” ujarnya.

Meski mengalami kebutaan pada kedua matanya, di usia senjanya Wardi masih harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari.

Pekerjaan berat sebagai buruh tani dan mencari pasir di sungai terpaksa masih dilakoni.

Karena saat ini pasir sungai di desanya mulai habis, Wardi memilih bekerja apa saja termasuk jual beli sepeda bekas, tape recorder hingga jualan barang rongsok termasuk makelar sepeda motor.

Tidak bisa dipastikan berapa hasil dari berjualan barang rongsok yang dijalaninya setiap hari.

Kadang barang dagangannya hanya dibarter dengan barang lain tanpa mendapat uang.

Seperti pagi itu, Wardi rela menukar sepeda mini yang dibawanya keliling kampung dengan sebuah tape recorder karena salah satu warga membutuhkan sepeda mini untuk anaknya.

“Ditukar saja tadi tida ada uangnya. Kira kira harganya seratus ribu ini tape, nanti dijual berapa lah yang penting diatas 100 ribu,” katanya.

Meski sering tak mendapat untung dalam jual beli barang rongsokan, Mbah Wardi enggan merepotkan warga lain disaat perutnya lapar.

Baca: VIDEO VIRAL Suporter Persija Ajak Duel Anggota TNI AU, Setelah Viral Suporter Minta Maaf

Baca: VIRAL Kakek 83 Tahun Nikahi Perempuan 27 Tahun, Nuraeni Jatuh Cinta Kali Pertama Bertemu Sugiro

Dia memilih menahan lapar daripada harus merepotkan orang lain.

“Kalau punya uang dia pasti beli, tidak mau dikasih. Kadang dia memilih menahan lapar, meski kita kasih tidak mau,” ujar Isminah pemilik warung di depan pos ronda tempat tinggal Mbah Wardi.

Meski mengalami kebutaan pada usia 35 tahun, Mbah Wardi tidak pernah kesulitan bepergian untuk mencari pembeli maupun mencari barang rongsok untuk dijual keiling kampung.

Dia mengaku cukup hafal dengan jalan jalan di desanya, bahkan jalan dilima desa sekitar desa Jambangan dia masih mengingat.

“Rabanya pakai kaki. Kalau arah ke mana seperti diingatkan. Seperti mau ke Desa Kebon itu arahnya ke sana, kalau Desa Jambangan kulon arahnya ke sana seperti di tuntun. Susahnya kalau ketemu mobil selep padi, dengar suara ribut saya bingung tadi arahnya kemana,” katanya.

Tak pernah dapat bantuan pemerintah karena tidak punya KTP

Meksi hidup terlunta lunta dan mengalami kebutaan, Wardi tidak pernah menerima bantuan apapun dari pemerintah.

Dia mengatakan, tidak membutuhkan bantuan dari siapapun selagi dia bisa mencari sendiri kebutuhan hidupnya.

“Kalau dirasakan ya susah, tapi saya ikhlas menjalaninya. Yang penting masih bisa berusaha,” ucapnya.

Meski lahir di Desa Jambangan, Wardi ternyata tak pernah memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Baca: VIRAL Video Pria Seret Anjing Terikat di Motornya, Tak Menoleh Sedikitpun

Baca: Polisi Buru Dua Pelaku Video Viral Vina Garut yang Dikabarkan Kabur ke Jakarta

Dia mengaku enggan mengurus KTP karena kesulitan untuk mengurus sejumlah persyaratan yang harus dilengkapi.

Dengan kondisinya yang buta dia hanya pasrah jika tidak memiliki KTP.

Sayangnya nasib tidak memiliki KTP tidak diketahui oleh perangkat Desa Jambangan.

Pejabat Sekertaris Desa Jambangan Masroh mengaku tahu jika ada warganya yang mengalami kebutaan dan harus bekerja sebagai buruh penggali pasir.

Namun tidak tahu jika Mbah Wardi tidak memiliki KTP.

Dia mengaku akan meminta kepala dusun untuk memastikan jika Mbah Wardi memang benar benar tidak memiliki KTP.

“Tahu saya kalau Mbah Wardi yang kerjanya mencari pasir, tapi kalau tidak punya KTP saya baru dengar dari Bapak,” katanya.

(KOMPAS.com/Kontributor Magetan, Sukoco)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kakek Buta Ini Hidup di Pos Ronda, Berjualan Barang Bekas dan Angkut Pasir untuk Hidup"

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini