TRIBUNNEWS.COM, MANGUPURA - Peristiwa di Tukad Ngongkong, Petang belakangan ini meresahkan warga setempat. Di lokasi tersebut kerap terjadi usaha percobaan bunuh diri atau orang terjatuh ke dalam sungai.
Guna mencegah kejadian serupa terulang lagi, masyarakat Desa Adat Angantiga menghaturkan pakelem alit lan ngaku agem di kawasan Tukad (sungai) Ngongkong, Petang, Kamis (19/9/2019).
Upacara yang diikuti puluhan krama itu diselenggarakan pascakejadian orang yang menjatuhkan diri di sungai dua kali berturut-turut.
Dengan menggelar ritual Pekelem dan Ngaku Agem, diharapkan kejadian serupa tak terulang lagi.
Perbekel Petang, Wayan Suryantara saat dikonfirmasi membenarkan Desa Adat Angantiga melaksanakan ritual Pekelm dan Ngaku Agem.
Suryantara juga mengikuti prosesi tersebut.
Baca: PKS Serukan Mobilisasi Bantuan dan Salat Istisqa Nasional
Baca: Guru SD di Sleman Dilaporkan Orang Tua Siswa Atas Dugaan Pencabulan kepada Siswi-siswinya
"Sementara kami lakukan upacara kecil di awal, ngaku agem. Dihaturkan pakelem alit lan ngaku agem dengan sarana caru, prayascita dan durmanggala. Nanti dilakukan prosesnya lebih lanjut,” ujarnya.
Ia mengatakan, tahun depan akan dilaksanakan upacara pakelem lebih besar dengan menggunakan sarana kerbau.
"Tahun depan rencananya dihaturkan pakelem jangkep oleh Desa Adat Angantiga," kata Suryantara.
Suryantara menjelaskan, upacara pakelem jangkep terakhir diselenggarakan pada tahun 2001 silam.
Semestinya upacara tersebut dilaksanakan 10 tahun sekali.
Pada tahun 2020 mendatang perlu diadakan ritual yang dipercaya bisa mendatangkan keselamatan itu.
"Menurut informasi yang tyang (saya) terima, terakhir dilaksanakan tahun 2001. Jadi kejadian belakangan ini seperti mengingatkan agar kembali melaksanakan upacara itu," ujarnya.
Disamping memperhatikan sisi niskala, menurutnya perlu dipasangi pembatas jalan di Tukad Ngongkong mengingat kawasan tersebut rawan kecelakaan.