Laporan Reporter Tribun Jogja, Wisang Seto Pangaribowo
TRIBUNNEWS.COM, GUNUNGKIDUL - Sekilas tidak ada yang berbeda antara Diki Ardiansyah (13) dengan peserta didik lain di SD Candi Baru 2, yang terletak di Jalan Karangmojo-Semin, Candi 6, Jatiayu, Kecamatan Karangmojo.
Diki tetap bersemangat untuk tetap bersekolah walaupun menderita kelainan pada kedua bola matanya.
Diki sendiri diketahui mengalami kerusakan pada cincin mata kanan dan kirinya.
Ia sering menutup mata, dan mengggosok matanya kalau terpapar sinar matahari secara langsung.
Kondisi matanya juga mengganggu dirinya saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
"Jarak pandang tidak terlalu jauh, lalu kalau terkena sinar matahari mata gatal," katanya saat ditemui Tribunjogja.com di sela-sela pelajaran, Senin (24/9/2019).
Saat ditemui dirinya selesai mengerjakan Ujian Tengah Semester (UTS), badannya tergolong kurus jika dibandingakn anak sebaya di sekolahnya.
Saat ditanya-tanya, Diki sering menggosok matanya dan mengalihkan pandangannya.
Keseharian, Diki hanya tinggal berdua dengan ayahnya yang seorang penyandang disabilitas yaitu tuna wicara.
Ayah Diki bekerja sebagai buruh serabutan, kadang membantu membuat batako atau menjadi buruh bangunan.
Setiap harinya ia diberi uang jajan sebesar Rp 4 ribu.
"Biasanya buat jajan nasi kalau istirahat," ucapnya singkat.
Walaupun matanya dalam keadaan tidak sehat, Diki bercita-cita menjadi pebulutangkis.
Bulutangkis adalah olahraga kesukaannya ia terkadang latihan dengan gurunya saat pelajaran olahraga.
"Pengennya ya cepat sembuh," katanya singkat.
Guru Olahraga SD Candi Baru 2, Setyo Budi Ardiyanto, menceritakan Diki memang lebih unggul dalam mata pelajaran olahraga dibanding teman-teman lainnya.
Namun saat pelajaran lainnya Diki sedikit tertinggal dibanding teman sebayanya.
"Mungkin Diki tertinggal karena kondisinya yang kesulitan dalam melihat. Para guru mempunyai inisiatif saat di kelas, Diki diberi tempat duduk paling depan. Tetapi kalau olahraga memang lebih unggul dibanding lainnya," jelasnya.
Ia mengatakan pihak dinas sempat bekerjasama dengan rumah sakit khusus mata, dan dari hasilnya memang ada kerusakan pada cincin mata kanan dan kirinya.
"Sebenarnya pihak rumah sakit sudah mengatakan kalau kondisi mata harus segera ditangani kalau tidak bisa semakin parah," katanya.
Sambungnya, sebenarnya Diki bisa langsung berobat karena sudah terkaver dengan Kartu Indonesia Sehat (KIS), dengan catatan harus ada surat rujukan dari Puskesmas atau RSUD.
"Tetapi saya tidak tahu kenapa dari pihak keluarga tidak segera mencari surat rujukannya. Kalau dengan biaya sendiri bisa sampai puluhan juta untuk pengobatan matanya," katanya.
Pihaknya kesulitan jika harus mengantar Diki ke Puskesmas atau RSUD karena keterbatasan waktu dan personil yang mengantarkan.
"Saya harap Diki bisa segera mendapatkan pengobatan mengingat kondisi matanya jika tidak segera diperiksa bisa semakin parah," pungkasnya.(TRIBUNJOGJA.COM)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Gangguan Mata Tak Goyahkan Pelajar SD Candi Baru 2 Gunungkidul untuk Raih Cita-cita, https://jogja.tribunnews.com/2019/09/24/gangguan-mata-tak-goyahkan-pelajar-sd-candi-baru-2-gunungkidul-untuk-raih-cita-cita?page=all.