TRIBUNNEWS.COM - Keberhasilan Supani atau Mbah Pani (63) melakukan ritual topo atau tapa pendem selama lima hari lima malam mengundang penasaran pembaca.
Selain berita itu viral, netizen bertanya apa saja yang dialami dan dirasakan oleh Mbah Pani selama terbaring "dalam kuburan" di rumahnya.
Berikut ini petikan wawancara wartawan Tribun Jateng, Mazka Hauzan Naufal dengan Mbah Pani di rumahnya di Desa Bendar, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, sehari setelah berhasil melakukan topo pendem, yang dijalaninya tidak makan, tidak minum, tidak tidur, dan tidak buang air.
Wawancara berlangsung dalam bahasa Jawa krama selama hampir satu jam lamanya.
Apa perlengkapan melakukan topo pendem?
Jadi ini ritual topo pendem ke 10 yang saya lakukan. Ini adalah penutup.
Sebelum-sebelumnya tiga hari tiga malam. Kalau yang penutup ini saya dipendem lima hari lima malam.
Saya dipocong (dikafani). Ya saya sendiri yang memakai kain kafan.
Sekujur tubuh. Kemudian saya berbaring dengan posisi miring menghadap kiblat.
Terus alas berbaring saya di dalam hanya blarak (daun kelapa kering).
Ada 8 kelapa muda diletakkan di empat sudut.
Ada bantal gelu (bantalan dari tanah) diletakkan di kepala, pantat, dan kaki. Gelunya tiga.
Itu gelu yang saya pakai dari dulu. Nanti kalau saya dipanggil Gusti Allah, saya ingin gelu ini juga yang dipakai ketika saya dikuburkan.
Apa pantangan orang melakukan topo pendem?
Tidak boleh tidur, tidak boleh makan, tidak boleh minum, tidak boleh buang air kecil, dan tidak boleh buang air besar.
Istilahnya pati geni, mateni geni memadamkan api. Sebelum menjalani topo pendem,