TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN - Pengangkatan tiga perahu yang diduga bekas zaman kolonial Belanda dari dasar Bengawan Solo di Desa Mertani, Kecamatan Karanggeneng, Lamongan, Jawa Timur telah dilakukan sejak Jumat (1/11/2019) lalu.
Berikut fakta-faktanya :
1. Butuh Waktu 5 Hari
Pengangkatan ketiga perahu tersebut diprediksi membutuhkan waktu sekitar lima hari.
"Kalau semua proses dapat berjalan dengan lancar, ketiga perahu bisa diangkat ke permukaan pada Rabu (6/11/2019) lusa," ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Lamongan, Ismunawan, Senin (4/11/2019).
Tim harus dapat bergerak cepat, lantaran musim hujan sudah mulai datang.
Bila pekerjaan tidak sesuai rencana, debit air Bengawan Solo dipastikan akan bertambah tinggi seiring dengan datangnya waktu hujan.
2. Libatkan Balai Kepurbakalaan Yogyakarta
Balai Kepurbakalaan Yogyakarta akan dilibatkan dalam penelitian ketiga perahu kuno yang ditemukan warga di dasar Bengawan Solo tersebut setelah ketiga perahu rampung diangkat ke permukaan.
Balai Kepurbakalaan Yogyakarta juga datang ke Lamongan dan ikut meneliti ketiga perahu tersebut.
"Jadi untuk saat ini biar diangkat ke permukaan dulu, baru nanti kalau sudah di permukaan akan kita teliti lebih lanjut secara bersama-sama," ucap dia.
3. Penempatan Kapal masih akan didiskusikan
Untuk penempatan ketiga perahu itu, Ismunawat mengatakan saat ini masih belum disepakati bersama oleh para pemegang kebijakan.
Ada dua tempat yang coba ditawarkan, yakni gedung Disbudpar Lamongan atau wisata Waduk Gondang di Kecamatan Sugio.
"Untuk penempatan perahu, sementara masih tarik-ulur. Kami masih menunggu petunjuk dari Kemendikbud, kemungkinan kalau tidak di kantor saya, ya di wisata Waduk Gondang," tutur dia.
Kalau pun nantinya ditempatkan di wisata Waduk Gondang, Disbudpar Lamongan bakal mengajukan syarat agar ketiga perahu disimpan di lokasi tertutup oleh atap atau berada di dalam ruangan. (Kompas.com/Hamzah Arfah)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Butuh 5 Hari untuk Angkat Perahu Bekas Belanda dari Dasar Bengawan Solo"