TRIBUNNEWS.COM- Jagad media sosial dihebohkan dengan fenomena alam pelangi yang muncul di atas awan yang diduga terjadi di Kabupaten Karanganyar.
Fenomena tersebut diketahui pertama kali diunggah oleh akun @iks_infoaresidenansolo.
Dalam postingan tersebut berupa video beberapa detik yang memperlihatkan kumpulan awan.
Uniknya, di bagian ujung terdapat gradasi warna yang warganet asumsikan sebagai pelangi.
"Fenomena alam, langit daerah kerjo Karanganyar tadi jam 15.00 WIB," @iks_infoaresidenansolo.
Baca: Lowongan Formasi CPNS 2019 Lengkap untuk Provinsi Jawa Tengah, Cek di Sini
Postingan tersebut sudah dilihat sebanyak 32 ribu kali ini dan warganet pun turut berkomentar.
Ada yang kagum dengan fenomena tersebut.
"Itu namanya pelangi api , kristal es/ titik air yang membiaskan cahaya matahari," tulis akun @lathifffauzi.
"Rainbow fire," komentar lain dari akun @triariwibowo21.
"Pelangii di atas awan so sweet," tulis akun @aliyapoetry.
Namun ada pula yang menanggapi dengan komentar lelucon.
"Rumahnya unicorn itu," komentar dari @annastasyar.
"Alien lagi kopdar," ungakp akun bernama @bayuubayarya.
Baca: 9 Foto Jadul yang Bisa Menambah Rasa Cinta Tanah Air di Peringatan Hari Pahlawan 10 November
Penjelasan dari BMKG
Kepala Seksi Data & Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Semarang, Iis Widya Harmoko menerangkan jika fenomena itu disebut circumhorizontal arc atau lengkungan sirkumhorizontal.
"Ada yang menyebut fonomena ini pelangi api atau flare rainbow," ungkap Iis.
Iis menjelaskan jika fenomena circumhorizontal sangat jarang terjadi, seperti fenomena pelangi yang mengelilingi matahari atau halo Matahari.
"Fenomena yg cukup langka sih sebenernya," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Minggu (10/11/2019).
Iis melanjutkan fenomena tersebut bermula dari awan konvektif jenis Cumulus yang mengandung uap air.
Sedangkan pelangi terbentuk lantaran fenomena optis berupa pembiasan sinar matahari dari uap air yang berada di sekitar awan tersebut.
"Terbentuk karena pembiasan kristal es di awan-awan yang tinggi,"
"Karena biasanya awan konvektif bisa menjulang tinggi sekali," jelas Iis.
Baca: 5 Daftar Universitas Terbaik di Dunia untuk Belajar Ilmu Hukum, dari Stanford hingga Chicago
Flare rainbow
Dirangkum dari laman wikipedia.org circumhorizontal merupakan fenomena optik yang dimiliki oleh keluarga es lingkaran cahaya yang dibentuk oleh pembiasan sinar matahari atau cahaya bulan di piring berbentuk kristal es tergantung di atmosfer, biasanya dalam cirrus atau cirrostratus awan.
Dalam bentuk penuhnya, busur memiliki penampilan pita berwarna spektrum besar yang cerah (merah menjadi warna paling atas) yang berjalan sejajar dengan cakrawala, yang terletak jauh di bawah Matahari atau Bulan.
Jarak antara busur dan Matahari atau Bulan adalah dua kali lebih jauh dari lingkaran 22 derajat yang umum.
Seringkali, ketika awan pembentuk halo kecil atau tidak merata, hanya potongan-potongan busur yang terlihat.
Seperti semua lingkaran cahaya, itu bisa disebabkan oleh Matahari dan juga (tetapi jauh lebih jarang) Bulan.
Seberapa sering busur circumhorizontal terlihat, tergantung pada lokasi dan garis lintang pengamat.
Di Amerika Serikat itu adalah halo yang relatif umum, terlihat beberapa kali setiap musim panas di satu tempat.
Baca: Polemik Kasus Novel Baswedan, Haris Azhar: Ini Semua Karena Negara Diam
Sebaliknya, itu adalah fenomena langka di Eropa utara karena beberapa alasan.
Terlepas dari keberadaan awan yang mengandung es di posisi yang tepat di langit, lingkaran cahaya mensyaratkan bahwa sumber cahaya (Matahari atau Bulan) sangat tinggi di langit, pada ketinggian 58 ° atau lebih.
Ini berarti bahwa variasi matahari dari halo tidak mungkin dilihat di lokasi utara 55 ° LU atau selatan 55 ° S.
Busur circumhorizon bulan mungkin terlihat di lintang lain, tetapi jauh lebih jarang karena membutuhkan Bulan yang hampir penuh untuk menghasilkan cahaya yang cukup. (*)
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)