TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Taman bermain luar ruang pertama yang dilengkapi dengan teknologi augmented reality resmi diperkenalkan.
Taman bermain yang diberi nama Peace Village alias Desa Damai tersebut berlokasi di Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta.
Soft launching ditandai dengan penandatanganan kerja sama antara Awadah Group dan AR&Co pada event DISRUPTO 2019 di Plaza Indonesia, Jakarta, Sabtu (23/11/2019).
”Peace Village merupakan taman augmented reality pertama di Indonesia. Kami percaya, penerapan teknologi dalam taman ini akan mampu memberikan pengalaman yang lebih menyenangkan, sekaligus mendidik para pengunjung,” jelas Yenny Wahid, inisiator Peace Village, yang merupakan salah satu unit kegiatan di bawah Awadah Group.
Baca: Ingin Berdayakan Masyarakat, Yenny Wahid Luncurkan Platform Digital Toko Awadah
Taman seluas 5.000 meter persegi tersebut mengajak para pengunjung untuk belajar secara interaktif dengan konsep edutainment. Selain menjadi ajang bermain, jelas Yenny, pengunjung Peace Village akan dididik tentang berbagai hal seperti keberagaman, toleransi, dan lainnya.
”Konsep ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangsih pada masyarakat sekitar agar lebih terpacu untuk membangun daerahnya,” ujarnya.
Istilah augmented reality atau ”realitas tertambah” adalah teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan/atau tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi, lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata.
Setiap pengunjung taman akan dilengkapi dengan perangkat mobile yang memberikan pengalaman augmented reality.
Dengan perangkat tersebut, mereka harus menyelesaikan berbagai misi untuk berinteraksi dengan hewan-hewan virtual yang tersebar di dalam taman.
Mereka juga dapat mempelajari karakteristik dari setiap hewan, serta menjawab berbagai pertanyaan.
Dalam kerangka yang lebih luas, Yenny Wahid menambahkan, Peace Village dirancang menjadi sebuah gerakan yang melibatkan warga di desa-desa untuk menjadi desa yang menerapkan nilai-nilai perdamaian, sekaligus memiliki kemandirian ekonomi.
”Gerakan ini akan mengembangkan program-program pemberdayaan masyarakat pada umumnya dan para perempuan serta anak-anak khususnya di desa-desa untuk mendorong peningkatan ekonomi keluarga mereka,” tutur putri Presiden ke-4 RI K.H. Abdurrahman Wahid ini.
Dalam keseharian, mereka bisa tetap tinggal di rumah dan mengasuh anaknya, sambil membuat usaha kecil untuk membantu pendapatan keluarga.
Para perempuan juga akan dibekali kemampuan dalam menerapkan nilai-nilai perdamaian di lingkungan mereka masing-masing, sehingga tidak mudah terprovokasi dalam kasus-kasus intoleransi dan konflik kekerasan.