News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Heboh Keraton Agung Sejagat, sang Raja Mengaku Kuasai Seluruh Dunia, Batu Besar Datang Dini Hari

Penulis: Miftah Salis
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Berikut ini fakta tentang hebohnya Keraton Agung Sejagat dimana sang raja mengaku kuasai seluruh dunia. Batu besar datang pada malam dini hari.

TRIBUNNEWS.COM - Warga Purworejo, Jawa Tengah tengah dihebohkan dengan munculnya Keraton Agung Sejagat.

Sang Raja yang dipanggil Sinuhun mengaku kuasai seluruh dunia.

Sementara itu, sebuah batu besar disebut warga datang pada malam dini hari beberapa waktu lalu.

Belakangan ini, warga di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Purworejo digegerkan dengan kemunculan kerajaan baru yang bernama Keraton Agung Sejagat.

Mengutip dari Tribun Jateng, Keraton Agung Sejagat muncul untuk menyambut kehadiran Sri Maharatu (Maharaja) Jawa kembali ke Tanah Jawa.

Keraton Agung Sejagat juga dipimpin oleh seorang raja dan ratu.

Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang yang dipanggil Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat.

Sementara sang istri atau ratu, dipanggi Kanjeng Ratu Dyah Gitarja.

Hingga saat ini, Keraton Agung Sejagat telah memiliki pengikut mencapai ratusan.

Berikut ini fakta-fakta hebohnya kemunculan Keraton Agung Sejagat yang dikutip Tribunnews dari berbagai sumber.

1. Mengaku kuasai seluruh dunia

Totok Santoso Hadiningrat yang menjadi pimpinan Keraton Agung Sejagat mengundang awak media untuk hadir ke Ndalem Poh Agung.

Dalam kesempatan tersebut, Totok mengumumkan kehadiran kerajaan pimpinannya.

Totok Santoso Hadiningrat menyebut, keraton pimpinannya menjadi induk dari seluruh kerajaan hingga republik di dunia.

Kehadiran Keraton Agung Sejagat disebut bertujuan untuk membawa masyarat dunia menuju kemajuan.

Totok juga mengklaim akan melakukan perbaikan-perbaikan di berbagai bidang.

"Dengan memperbaiki sistem kedaulatan, sistem ekonomi, dan moneter secara global," katanya, dikutip dari tayangan YouTube Kompas TV, Senin (13/1/2020).

Saat ditanya apakah kerajaan tersebut bagian dari NKRI, Totok menyebut, Keraton Agung Segajat bagian dari keseluruhan.

"Kita bagian dari semuanya," tambahnya.

Sementara itu, mengutip dari Tribun Jateng, Keraton Agung Sejagat juga mengklaim memiliki alat-alat kelengkapan yang dibentuk di Eropa.

United Nations (UN) dan Pentagon bahkan diklaim menjadi milik Dewan Keamanan KAS.

2. Berdandan layaknya anggota kerajaan

Kemunculan Keraton Agung Sejagat dianggap sebagai cara untuk menunaikan janji 500 tahun runtuhnya Kerajaan Majapahit pada 1518.

Mengutip dari Tribun Jateng, para pengikut Keraton Agung Sejagat disebut punggawa kerajaan.

Mereka juga berdandan layaknya anggota kerajaan.

Para punggawa mengenakan setelan persis seperti baju kerajaan Inggris.

Mereka juga mengenakan slempang lengkap dengan berbagai aksesori di tubuhnya.

Mereka bahkan juga mengenakan topi pet.

Sama halnya dengan para pengikut, sang raja juga mengenakan baju warna senada.

Sinuhun Kerajaan Agung Sejagat Purworejo berada di singgasana (ISTIMEWA)

Yang membedakan adalag slempang dan aksesoris yang menempel di baju.

Sementara sang ratu mengenakan kain jarik sebagai bawahan serta baju kebaya berwarna hitam.

Sang ratu juga mengenakan slempang seperti halnya raja.

3. Sering melakukan aktivitas budaya

Menurut penuturan warga, area rumah atau yang disebut keraton kerap melakukan aktivitas budaya.

Awalnya, warga sekitar tak menaruh curiga dengan keberadaan bangunan tersebut.

Seorang warga bernama Sumarni (53) yang rumahnya dekat dengan Keraton Agung Sejagat mengatakan, ia mendengar akan ada museum di lokasi tersebut.

"Akan ada semacam museum, ada berbagai macam kesenian lainnya. Sehingga masyarakat sekitar makmur karena ada wisatawan akan datang," katanya, dikutip dari Tribun Jateng.

Menurut Sumarni, awalnya kerajaan tersebut merupakan komunitas yang kerap mencairkan dana pemerintah.

Perkumpulan tersebut bernama Development Economic Commite (DEC).

Aktivitas orang-orang di kerajaan tersebut biasanya dimulai pada pukul 17.00 WIB hingga 22.00 WIB.

Mereka kerap melakukan upacara ala manten Jawa seperti adanya tari gambyong, cucuk lampang, hingga prosesi pecah telor.

"Kita sebagai warga jelas heran itu ada apa kok malem-malem seperti itu," tambahnya.

4. Asal para pengikut kerajaan

Masih menurut Sumarni, para punggawa kerajaan bukan merupakan orang sekitar lokasi.

Mereka dikabarkan datang dari beberapa daerah di Yogyakarta seperti Bantul dan Imogiri.

Orang-orang tersebut mulai datang ke lokasi sekitar pertengahan Agustus 2019.

Dikatakan Sumarni, mengutip dari sumber yang sama, mereka datang menggunakan kain tradisional seperti kerajaan.

Saat ini pengikut Keraton Agung Sejagat disebut mencapai 425 orang.

5. Batu besar datang pada dini hari

Beberapa waktu lalu, sebuah batu besar datang di lokasi kerajaan pada malam dini hari.

Hal tersebut terjadi pada minggu kedua Oktober 2019.

Kata Sumarni, sebuah batu besar tiba-tiba datang sekitar pukul 03.00 WIB.

Ia juga mengaku mendengar suara batu besar tersebut.

"Itu batunya datang jam setengah tiga malam, otomatis kita sebagai tetangga dekat jelas dengar suaranya,"

Tak sampai di situ, kursi-kursi pun tertata rapi.

Mengutip dari Tribun Jateng, batu besar tersebut dianggap sebagai bangunan prasasti.

Menjadi tanda sahnya sebuah kerajaan berdiri.

6. Melakukan pawai layaknya kerajaan

Keraton Agung Sejagat juga melakukan pawai atau upacara layaknya kerajaan.

Menilik dari unggahan video di akun Facebook Info Purworejo, para punggawa beserta raja dan ratu mengadakan pawai.

Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat bersama istri menaiki kuda dengan iring-iringan para pengikutnya.

Acara tersebut bahkan juga dilengkapi dengan tabuhan drum dari para punggawa.

Di barisan paling depan tiga orang membawa bendera kerajaan.

Di belakang penabuh drum, beberapa orang membawa tombak diikuti oleh para perempuan yang membawa busur panah.

Para pria dan wanita dengan pakaian khas Jawa juga membawa makanan.

Ada pula gunungan berupa apem.

Sementara itu, Totok Santoso menaiki kuda hitam dengan pakaian khas Raja.

Ia terlihat sumringah, bahkan sempat melambaikan tangan kepada warga sekitar yang menonton.

Di belakang Totok, sang istri, Dyah Gitarja menaiki kuda putih.

Sama seperti suaminya, Dyah Gitarja juga melambaikan tangan dan menebar senyum kepada warga sekitar.

Saat ini, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo telah meminta pemerintah setempat untuk berkomunikasi dengan pimpinan Keraton Agung Sejagat.

"Kalau memang baik untuk masyarakat ya berarti baik. Tapi Pemerintah Purworejo harus memayungi langsung masyarakatnya, memberikan perlindungan, meminta klarifikasi sehingga bisa jadi jelas," katanya, Senin (13/1/2020), dikutip dari Tribun Jateng.

(Tribunnews.com/Miftah, Tribun Jateng, Kompas TV)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini