TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru ini kabar heboh menggegerkan masyarakat di Purworejo, Jawa Tengah.
Pasalnya disana sebuah kelompok muncul dan mengatasnamakan Keraton Agung Sejagat.
Mereka juga mengklaim memiliki kekuasaan melebihi NKRI, tetapi sampai seluruh dunia.
Pengamat budaya bernama Prof Dr Bani Sudardi pun memberi tanggapan terkait munculnya hal itu.
Ia mengatakan sudah mendengar kemunculan Keraton Agung Sejagat itu.
Bahkan Bani bisa menebak jumlah pengikutnya hanya ratusan orang saja.
Lebih lanjut, Bani menjawab kemunculan kelompok itu merupakan hal yang biasa.
"Saya sudah mendengar hal itu, mungkin hanya kelompok kecil saja, anggotanya ratusan."
"Dari segi kebudayaan, adalah hal biasa adanya orang-orang yang mengaku."
"Itu sama seperti orang yang mengaku Imam Mahdi atau Messiah," tutur Bani kepada Tribunnews.com, Selasa (14/1/2020).
Menurut Bani, munculnya kelompok itu bisa dipicu adanya sebuah krisis.
"Setiap masyarakat yang mengalami suatu krisis, baik krisis sosial maupun spiritual, kemunculan itu akan tumbuh subur," ujarnya melalui sambungan telepon.
Sebelumnya, lanjut Bani, kejadian serupa juga pernah muncul.
Namun berbeda konteks, yakni mengaku sebagai Nabi.
"Hal itu sama seperti kasus Ahmad Musadeq, tetapi ada perbedaan, kali ini mengaku sebagai raja," ujar Bani yang juga menjadi Guru Besar Ilmu Budaya di Universitas Sebelas Maret (UNS).
Seperti diketahui, Ahmad Musadeq kasusnya mencuat pada 2017 silam.
Kini dirinya mendekam di penjara karena mengaku Nabi dan membuat kelompok aliran sesat.
Bani menegaskan adalah kewajaran dalam munculnya kelompok Keraton Agung Sejagat.
Terutama di dalam masyarakat yang berbudaya seperti Indonesia.
"Munculnya hal itu seperti hukum alam, akan selalu muncul dimana pun, terkhusus dalam masyarakat yang berbudaya," tutur Bani.
Bani menambahkan munculnya kelompok Keraton Agung Sejagat juga bisa dipicu adanya sebuah kerinduan.
"Mereka merindukan sesuatu, misalnya saja kemakmuran."
"Lalu mereka berkiblat pada Kerajaan Majapahit yang dianggap sebagai negara makmur dan maju di Nusantara."
"Maka mereka ingin membangkitkan kerinduan itu berkiblat pada Kerajaan Majapahit," tutur Bani.
Dari hal itu, menurut Bani, kedepannya akan ada banyak konsekuensi atas pengakuan mereka.
"Implikasinya ada banyak hal, mereka mengaku memiliki wilayah seluruh dunia tetapi hanya ada di Purworejo."
"Seharusnya, dilihat dari nama 'sejagat' maka wilayahnya sampai Inggris, Perancis bahkan Afrika," pungkas Bani.
Jika di dalam negeri, konsekuensi itu ada pada wilayah Purworejo sendiri.
"Kabupaten Purworejo sendiri bisa protes, atas dasar apa mendirikan kekuasaan lain," tutur Bani.
Dari munculnya Keraton Agung Sejagat, apakah bisa disebut kelompok itu sedang halusinasi ?
Bani pun menjawab, mereka bukan masuk dalam kategori halusinasi, tetapi hanya memiliki ide.
"Sebenarnya bukan halusinasi, tetapi mereka hanya kelompok yang memiliki ide."
"Jika ide tersebut berkembang, maka bisa dikatakan akan sama kasusnya dengan Ahmad Musadeq yang mengaku nabi," lanjut Bani.
Seperti diketahui, pengakuan Keraton atau Kerajaan Agung sejagat membuat resah publik.
Dilihat dari akun Instagram @purworejo.terkini, kelompok tersebut sebelumnya mengundang awak media untuk meliput pengakuan Keraton Agung Sejagat.
Dalam video yang beredar, terlihat seorang kelompok memakai atribut pakaian bak anggota kerajaan.
Bahkan tempat mereka mengadakan jumpa pers pun dibuat semirip mungkin seperti di dalam kerajaan.
Hingga kini diketahui kelompok tersebut memiliki anggota hingga 455 orang.
Mereka menetap di kediaman yang dinamakan Ndalem Poh Agung di Desa Pogung Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
(Tribunnews.com/Maliana)