TRIBUNNEWS.COM, MAKASAR -- Masyarakat merekam fenomena langit matahari kembar, seolah ada dua matahari dari arah Barat dan Timur.
Kejadian ini terjadi di Makassar, Sulawesi pada Minggu (19/1/2020).
Fenomena optik parhelia ini merupakan fenomena biasa, meskipun diakui Marufin, agak jarang terjadi apabila dibandingkan dengan kemunculan Halo Matahari.
"Fenomena ini biasa saja, tapi dokumentasinya belum ada. Namun, secara kualitatif agak jarang terjadi bila dibandingkan dengan Halo Matahari," kata dia.
Bagaimana fenomena Parhelion ini terbentuk? Fenomena matahari kembar merupakan fenomena optik atmosfer dengan mekanisme yang sama dengan proses pembentukan Halo Matahari ataupun pelangi.
"Proses pembentukan Parhelia (Sun Dog) ini mirip dengan Halo Matahari," kata Marufin saat dihubungi Kompas.com, Selasa (21/1/2020).
Hanya saja, kata Marufin, pada pembentukan Halo Matahari, posisi Matahari ada di altitude cukup besar, bahkan sering berada di sekitar titik kulminasi atasnya. Sedangkan, pada Parhelia, altitude matahari cukup rendah dan berdekatan dengan ufuk.
"Seperti pada Halo Matahari, awan dan Matahari ada di depan kita," tuturnya.
Fenomena parhelion ini terjadi akibat pembiasan cahaya Matahari oleh awan tinggi nan tipis yang disebut awan Citrus, yang mengandung butir-butir es mikro berstruktur heksagonal lempeng yang ada di dalam awan Cirrus tersebut.
Sinar hasil pembiasan dan hamburan itu, menjadikan matahari tampak sebagai lingkaran tipis bercahaya putih apalagi bila awannya sangat tipis, dengan dua cahaya terang yang posisinya hampir sejajar dengan kedudukan matahari saat itu.
Meski dalam kondisi langit berawan, kadang hanya satu titik cahaya yang tampak.
"Serupa dengan diameter tampak lingkaran Halo Mataharinya," tuturnya.
Sun Dog bukan pertanda bencana alam Parhelion atau sun dog sering terbentuk di kawasan yang sedang dinaungi awan Cirrus, sementara altitude Matahari setempat cukup rendah.
Maka, kata Marufin, secara sederhananya Sun Dog atau matahari kembar sering terlihat di waktu pagi atau sore hari.