TRIBUNNEWS.COM - Kisah Arya Permana, bocah obesitas asal Karawang kembali menyita perhatian masyarakat setelah kondisi terbarunya kini.
Ia yang pernah mengalami kelebihan berat badan, saat ini telah berubah dan berukuran normal seperti anak lainnya.
Kabar terbaru Arya Permana baru saja dipamerkan oleh Ade Rai, binaragawan Indonesia.
Ade Rai menyampaikan bahwa berat badan anak binaanya itu turun dari 193kg awalnya menjadi 83kg saat ini (selisih 110kg).
Lalu bagaimana perjalanan dan perjuangan Arya Permana terbebas dari obesitas?
Selengkapnya dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber berikut ini.
Kabar terbaru Arya Permana
Ade Rai, membagikan transformasi penampilan Arya Permana di akun Instagram pribadinya, @ade_rai, Minggu (19/1/2019).
Dalam video yang diunggah, nampak kebersamaan Ade Rai dan Arya yang sedang berolahraga.
Video tersebut merupakan gabungan momen olahraga bersama saat Arya masih memiliki berat badan 193 kg hingga kini menjadi 83 kg.
Ade Rai mengaku senang melihat perubahan Arya saat ini.
Menurut Ade Rai, suksesnya Arya dalam menurunkan berat badan merupakan perilaku dirinya sendiri yang mendapat dukungan dari keluarga dan medis.
Ade Rai mengaku hanya memberikan motivasi untuk Arya.
Ade Rai menyebut dirinya peduli terhadap orang-orang yang memiliki perilaku sehat.
Ade Rai berharap, kisah Arya bisa memberikan pelajaran untuk banyak orang.
"aria permana 193kg-83kg
Senang nya melihat aria hari ini...
Fitnessmania, sekali lagi jangan salah paham ya...
cerita SUKSES @ariaa.prm murni karena pola perilaku aria sendiri dan keluarga nya serta dukungan medis yg di dapatkan aria selama ini,
saya lebih sekedar memotivasinya saja sebagai bagian dari orang-orang yang peduli akan perilaku sehat, terutama bicara dalam ikut berkontribusi mengurangi angka kelebihan berat badan yang selama ini menjadi kontributor utama penyakit kronis dan prematur kematian.
Semoga cerita ARIA PERMANA menjadi pelajaran yang berharga bagi kita semua ..
dan berharap anak-anak di indonesia memiliki orang tua dan keluarga yang mampu mempengaruhi nya secara positif sehingga bersedia dengan senang hati meniru perilaku sehat keluarga dan lingkungannya...
Sebelum menjadi orang tua yang bijaksana bagi anak kita,
berlaku lah bijaksana bagi diri sendiri,
terutama dalam meningkatkan kemampuan kita menciptakan kesenangan pada TUBUH kita melalui pola perilaku sehari-hari...
pola makan, pola gerak, pola istirahat, dan pola pandang ..
TUT WURI HANDAYANI .. mengAJARkan cukup hanya dengan menCONTOHkan" tulis Ade Rai.
Viral 2016
Pernah diberitakan Tribun Jabar, nama Arya Permana sempat begitu jadi pemberitaan pada tahun 2016 lalu.
Bagaimana tidak, Arya mempunyai berat badan tidak normal untuk bocah seusianya atau orang dewasa sekalipun.
Bocah yang mengidap severe obesity mempunyai berat badan 189.5 kg saat dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan pada pertengahan 2016 silam.
Kala itu usia Arya masih 10 tahun dan berat badannya masih terus bertambah.
Padahal saat lahir, Arya mempunyai berat badan normal, yaitu 3.8 kg.
Keanehan mulai terlihat saat ia menginjak usia empat ke lima tahun, berat badannya bertambah drastis.
"Pada umur 8 ke 10, naik 72 kg," ujar ayah Arya, Ade, dalam konferensi pers di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung, Jawa Barat, Senin (11/7/2016) lalu.
Dilansir TribunJabar.co.id dari Kompas.com, pada 11 Juni dan 18 Juni 2015, Arya sempat berobat ke poli Gizi RSHS.
Namun kala itu pasien meminta pulang guna mengurus BPJS dan baru kembali ke RSHS pada 2 Juli 2016.
13 dokter
Tidak tanggung-tanggung, dokter yang dikerahkan untuk mengurus Arya berjumlah 13 dokter spesialis. Terdiri dari spesialis gizi, anak, tumbuh kembang, kejiwaan, dan ortopedi.
Kala itu, kepala tim dokter yang menangani Arya, dr Julistyo TB Djaisn SpA(K) mengatakan pasien tidak memiliki komplikasi penyakit.
Hal tersebut diketahui setelah melihat hasil pemeriksaan lab dan fisik.
Sebelum Arya mendapatkan penanganan medis, sang ayah menceritakan anaknya bisa makan empat kali sehari dan kerap mengonsumsi mi instan.
Permasalahan bertambah saat Arya kesulitan tidur.
Saat mengalami hal itu, Arya kerap meminum minuman kemasan rasa jeruk.
Bahkan dalam kurun waktu 24 jam, Arya bisa minum hingga 20 gelas.
Jika keinginannya tidak dipenuhi, Arya Permana akan menangis hingga berguling-guling.
Arya anak terberat di dunia, masuk berita internasional
Sementara dikutip dari WartaKotaLive.com, Arya permana pernah diberitakan media internasional sebagai anak terberat di dunia.
Arya Permana menjadi bocah terberat sedunia dengan berat badan 190 kg atau setara 6 anak seusianya pada saat berusia 10 tahun.
Media internasional asal Inggris dailymail dan juga asal Australia ABC menulis, Arya sampai harus putus sekolah karena tidak bisa bergerak.
Tapi, setelah berusia 12 tahun saat ini, dia tak lagi meraih 'prestasi' sebagai bocah paling gemuk sedunia.
Tim medis telah berhasil melakukan pengobatan dan terapi sehingga berat badannya turun dan Arya bisa kembali bersekolah.
// var unruly = window.unruly || {};unruly.native = unruly.native || {};unruly.native.siteId = 1082418; //
Arya Permana, dari Karawang di Jawa Barat, Indonesia, sangat gemuk secara tidak wajar.
Bocah yang memiliki cita-cita sebagai masinis ini memiliki berat badan yang sama dengan enam anak laki-laki seusianya.
Arya harus berjuang untuk setiap kali ingin berjalan lebih dari lima menit
Dia menghabiskan sebagian besar hari-harinya dengan berbaring.
April 2017 ia menjadi orang termuda di dunia yang menjalani operasi lambung lima jam.
Operasi ini untuk menyelamatkan jiwa dan menghentikannya dari memakan dirinya sendiri.
Sebelum operasi, Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) - Guinness World Records versi Indonesia- menamai Arya sebagai anak paling berat sedunia.
Kurang dari dua tahun kemudian dan setelah dokter dari Rumah Sakit Omni di Jakarta mengeluarkan sebagian besar perutnya, Arya akhirnya bisa kembali ke sekolah.
Arya harus kehilangan sebagian berat badannya untuk memungkinkan dia bisa berjalan.
"Saya kehilangan nafsu makan, sekarang bahkan enam sendok [makanan] sudah membuat saya kenyang," kata Arya kepada ABC.
“Mereka mencegah saya mengonsumsi makanan dan minuman manis, terutama minuman ringan.
'Saya bisa bermain sepak bola, tenis, bulu tangkis, dan yang paling penting, saya bisa pergi ke sekolah setiap hari'.
Dokter awalnya menyebut kondisi Arya 'salah satu kasus obesitas terberat di dunia'.
Arya adalah seorang siswa yang antusias dan cerdas sampai dia tumbuh besar sehingga berjalan menjadi tidak mungkin.
Dia dipaksa putus sekolah karena kondisi berat badannya yang tak memungkinkan dia bergerak jauh.
"Akulah yang paling disalahkan. Aku menyesalinya karena itu kesalahanku.
Saya tidak mengontrol berapa banyak saya memberinya makan. Saya terus memberi makan Arya karena saya mencintai anak saya," ujar Ibu Arya, Rokayah Soemantri (35).
"Tidak ada cara yang mungkin bagi kami untuk membawanya ke sekolah sehingga dia harus belajar di rumah selama satu tahun penuh," kata ayahnya, Ade.
“Dia tidak bisa bermain atau melakukan hal lain seperti anak-anak lain. Dia hanya akan menonton TV atau bermain di ponsel. Itu sangat menyakitkan bagi kami, orang tua."
Sebelum menjalani operasi, ia menjalani diet harian lima kali sehari, ayam goreng, nasi, mi, dan es krim cokelat.
Ayah Arya seorang berusia 45 tahun yang bekerja sebagai penjaga keamanan.
Dia mengatakan, "Arya 'tidak merasa kenyang' dan akan memakan 'dua paket mi dan dua telur, lebih dari setengah kilo ayam dan nasi ... empat sampai enam kali sehari."
“Yang paling menyedihkan adalah melihat Arya mencoba bangkit. Dia akan kehabisan nafas hanya berjalan lima meter. Kami sangat khawatir. '
Ibunya mengatakan dia yang paling disalahkan.
'Aku menyesalinya karena itu kesalahanku. Saya tidak mengontrol berapa banyak saya memberinya makan. Saya terus memberi makan Arya karena saya mencintai anak saya.'
(Tribunnews.com/Chrysnha/Wulan KP/TribunJabar/WartaKotaLive.com)