Laporan Wartawan Tribun Jabar, Firman Suryaman
TRIBUNNEWS.COM, TASIKMALAYA - Keberadaan patung-patung batu yang diduga artefak atau benda buatan manusia yang memiliki nilai sejarah di obyek wisata Batu Mahpar, Kampung Tegal Munding, Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, dijadikan ajang swafoto pengunjung, Selasa (11/2/2020) siang.
Seperti yang dilakukan wisatawan satu keluarga asal Tangsimekar, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung.
"Surprise banget, baru pertama kali datang ke sini, eh ada temuan patung-patung ini. Jadi sepertinya tidak sia-sia datang ke sini," ujar Fitria (19), salah seorang anggota keluarga.
Fitria mengatakan, keluarganya sengaja dari Majalaya ingin mengunjungi obyek wisata Batu Mahpar yang sebelumnya dilihat di mesin pencari google.
"Kami berenam, terdiri dari mama, kakak dan keponakan berangkat tadi subuh," katanya.
Menurut Fitri, patung batu temuan itu mirip sekali dengan patung Ganesha yang ada di literatur.
"Bahkan ini lebih lengkap karena berbentuk tiga dimensi. Ada tampak muka, samping dan belakang. Anggota tubuhnya juga lengkap," ujarnya.
Seperti diketahui, sebanyak 22 patung batu yang diduga artefak ditemukan di dua lokasi di kawasan obyek wisata Batu Mahpar, Minggu (9/2).
Patung-patung itu berbentuk mirip arca Ganesha, juga ada yang mirip monyet, dan berbentuk mirip manusia.
Ke-ke 22 patung batu itu kini disimpan masih bercecer di tiga tempat, termasuk di sebuah bangunan yang nantinya akan dijadikan museum budaya Sunda.
Patung batu yang mirip arca Ganesha disimpan bersama sejumlah patung lainnya di sebuah taman dan mudah dilihat pengunjung.
Kepala Dinas Pariwisata Kaget
Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Tasikmalaya, Safari Agustin, mengaku terkejut dengan adanya temuan puluhan patung yang diduga artefak di objek wisata Batu Mahpar, Kampung Tegal Munding, Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari.
"Kami sudah menerima laporan hari ini tentang temuan puluhun patung batu ini. Saya sendiri cukup terkejut karena objek wisata itu sudah sekitar lima tahun berdiri, dan selama ini tidak diketahui tentang keberadaan patung-patung itu," kata Safari, melalui sambungan telepon, Selasa (11/2/2020).
Sedikitnya 22 patung ditemukan di dua tempat di kawasan objek wisata Batu Mahpar.
Namun karena fokus ke pengembangan dan penataan, upaya penggalian baru dilaksanakan Minggu (9/2/2020).
Safari mengatakan, pihaknya akan membentuk tim untuk meninjau lokasi temuan patung batu tersebut, Rabu (12/2/2020).
Hasil peninjauan bisa saja diserahkan ke instansi terkait seperti Balai Arkeologi di Bandung untuk diteliti lebih mendalam lagi.
Terutama untuk memastikan apakah memang artefak atau bukan.
"Kami bentuk tim dulu, lalu besok (Rabu, Red) akan diterjunkan ke lokasi. Saya juga akan ikut meninjau langsung. Temuan kemudian didokumentasikan, karena kemungkinan akan diserahkan ke Balai Arkeologi di Bandung sebagai data awal untuk diteliti lebih lanjut," kata Safari.
Menurutnya, selama buka lima tahun objek wisata Batu Mahpar sudah dikenal, tak hanya wilayah Priangan Timur tapi juga kota-kota besar di Jabar dan Jabodetabek.
"Daya tariknya selain keindahan alam serta destinasi buatan, juga ada sungai yang berisikan hamparan batu sepanjang sekitar 500 meter," kata Safari.
Bukan Kelompok Ganesha
Balai Arkeologi Jawa Barat belum bisa memastikan keaslian puluhan patung batu diduga artefak di obyek wisata Batu Mahpar, Kabupaten Tasikmalaya.
Peneliti Utama Balai Arkeologi Jawa Barat, Nanang Saptono, menyebut banyak sekali komponen-komponen pengamatan untuk mengetahui keaslian dari benda-benda peninggalan sejarah.
"Sesuai enggak dengan patokan-patokan dalam arca itu. Yang penting lagi konteks, kaitan temuan satu dan lainnya itu bagaimana. Seperti pecahan-pecahan lainnya, justru menjadi petunjuk awal," ujar Nanang Saptono saat diwawancarai Tribun Jabar di Jalan Raya Cinunuk Kilometer 17, Kabupaten Bandung, Selasa (11/2/2020).
Menurutnya, lokasi dari penemuan patung-patung itu juga perlu ditelaah.
"Kami belum lihat, nanti dulu, enggak bisa langsung menilai (keaslian patung-patung di Tasikmalaya itu)," katanya.
Dia menuturkan patung yang menyerupai gajah atau Ganesha pada masa klasik dalam kebudayaan Sunda mempunyai ciri khas tersendiri.
"Istilahnya tipe Pajajaran, jadi bentuk gajahnya beda banget dengan yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur," ujarnya.
Menurutnya, arca gajah di Sunda berbentuk sangat sederhana. Selain itu, memiliki langgam-langgam tertentu yang mencirikan Ganesha.
"Tidak semua gajah itu Ganesha tapi kalau dalam kaitannya dengan arca-arca klasik memang ada. Sangat jarang sekali menyerupai gajah," katanya.
Berkaitan dengan penemuan patung di Tasikmalaya, ucapnya, tak menunjukkan langgam Ganesha tetapi gajah.
"Kalau Ganesha tangannya, sikap kakinya, belalainya ke arah mana, ada ciri-cirinya. Jadi ini bukan Ganesha," ujarnya.
Dia mencontohkan suatu lanskap ritual atau tempat yang dianggap sakral berpotensi terdapat benda arkeologi.
"Misalnya itu di pertemuan sungai, di puncak bukit. Suatu titik-titik yang dicurigai, di lembah sungai. Itu dekat enggak dengan pertemuan sungai? Seperti beberapa sungai-sungai sebelumnya," katanya.
Ia mengaku belum memperoleh informasi atau komunikasi dengan sekelompok orang yang melakukan penggalian di lokasi penemuan patung-patung di Tasikmalaya itu.
"Setahu kami belum ada, justru kami dapat informasi dari teman-teman komunitas," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Temuan Patung-patung Batu yang Diduga Artefak di Tasikmalaya Jadi Obyek Selfi Wisatawan