News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tragedi Susur Sungai

Kepala SMPN 1 Turi Jujur Tak Tahu Ada Kegiatan Susur Sungai, Pengamat: Lucu, Kepsek Wajib Tahu

Penulis: Inza Maliana
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Sekolah SMPN 1 Turi, Titik Nurdiana jumpa pers di SMPN 1 Turi, Sabtu (22/02/2020).

TRIBUNNEWS.COM - Hingga kini masyarakat Indonesia masih berduka atas peristiwa ratusan siswa yang hanyut di Sungai Sempor, Turi, Sleman.

Siswa tersebut hanyut saat mengikuti kegiatan pramuka susur sungai.

Totalnya, ada sebanyak 249 siswa yang terbawa arus deras pada Jumat (21/2/2020) lalu.

Seluruh siswa tersebut berasal dari SMPN 1 Turi, Sleman.

Akibat peristiwa tersebut, terdapat 10 siswa meninggal dunia karena tidak bisa menahan air bah yang datang.

Peristiwa itu pun amat disayangkan oleh berbagai pihak.

Sebab kegiatan susur sungai dilakukan bersamaan dengan datangnya hujan yang cukup deras.

Mirisnya, meski sudah diperingatkan warga, pembina pramuka tetap melanjutkan kegiatan, hingga merenggut nyawa 10 orang korban.

Tanggapan pengamat pendidikan

Pengamat pendidikan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. turut menanggapi peristiwa tersebut.

Joko, sapaannya, menganggap peristiwa tersebut sebuah keteledoran pihak sekolah.

Terlebih jawaban kepala sekolah SMPN 1 Turi yang menyebut tidak tahu ada kegiatan susur sungai.

Menurut Joko, jawaban 'tidak tahu' dirasa kurang pantas untuk dikatakan oleh seorang kepala sekolah.

"Kepala sekolah itu dituntut sebagai top leader,"

"Itu tidak bagus kepala sekolah sebagai top leader tidak tahu ada kegiatan susur sungai itu kan lucu banget," ucap Joko kepada Tribunnews.com, Rabu (26/2/2020).

Joko menuturkan sebagai 'kepala' di sekolah jenjang apapun, harusnya mengetahui kegiatan anak didiknya.

Susur sungai SMPN 1 Turi Sleman berakhir duka (kolase tribunnews: BPBD DIY/TribunJogja)

Baca: Tragedi Susur Sungai di Sleman, Ini Batasan Kegiatan Kepramukaan, Tak Bisa Sembarangan

"Jadi di semua sekolah pada jenjang apapun, ketika ada kegiatan yang dilakukan anak didiknya, itu kepala sekolah harus bertanggung jawab," tutur Joko kepada Tribunnews melalui sambungan telepon.

Joko pun turut menyoroti alasan Kepsek yang menyebut baru menjabat selama satu setengah bulan.

"Harusnya memang tidak boleh kepala sekolah bilang tidak tahu."

"Jangankan satu bulan menjabat, satu hari pun bilang tidak tahu itu tidak boleh," tegas Joko yang juga menjabat sebagai Kaprodi Pascasarjana Pendidikan Bahasa Inggris di UNS itu.

Segala apapun bentuk kegiatan yang dilakukan siswanya, Joko menilai kepala sekolah harus tahu.

"Semua kegiatan sekolah, sebagai top leader, kepala sekolah itu harus tau,"

"Itu (kegiatan pramuka) kan program sekolah, harusnya ada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya," tambahnya.

Joko menuturkan, jika kepala sekolah sampai menyebut tidak tahu, maka ia bukan seorang 'manajer' yang baik.

Terlebih setiap sekolah pasti mempunyai kalender akademik.

"Ada kalender akademik, tidak mungkin kepala sekolah tidak tahu."

"Artinya kepala sekolah tidak boleh tidak tahu."

"Kalau kepala sekolah sampai mengatakan tidak tahu, itu berarti dia bukan manajer yang baik," tegas Joko.

Baca: Sejak Tragedi Susur Sungai, Kegiatan Pramuka jadi Sorotan, Begini Aturan yang Wajib Dipahami Pembina

Lanjut Joko, dalam kegiatan sekecil apapun terlebih kegiatan ekstrakulikuler yang wajib dan melibatkan 200 siswa lebih, kepala sekolah harusnya tahu.

"Karena itu seharusnya masuk dalam perancanaan sekolah, setiap apapun kegiatan ekstrakulikuler harusnya ada di kalender akademik," ungkapnya.

Selain itu, menurut Joko, seharusnya juga dilakukan sebuah rapat untuk membahas kegiatan ekstrakulikuler apa yang dilakukan dalam kalender akademik.

Kepala Sekolah SMPN 1 Turi, Titik Nurdiana jumpa pers di SMPN 1 Turi, Sabtu (22/02/2020). (Tribun Jogja Official)

Sebelumnya diberitakan, Kepala Sekolah SMPN 1 Turi, Tutik Nurdiana mengaku tidak mengetahui agenda susur sungai Sempor dalam kegiatan Pramuka yang digelar Jumat (21/2/2020).

“Kebetulan saya baru setengah bulan menjabat kepala sekolah, Kegiatan Pramuka melanjutkan dari program lama."

"Jujur saya tidak tahu ada kegiatan susur sungai,” ungkap Tutik seperti dikutip dari Tribun Jogja.

Tutik mengatakan, Pramuka memang menjadi kegiatan rutin sekolah yang, yang menjadi ekstrakurikuler.

Ia menjelaskan, para Pembina pramuka tidak melakukan koordinasi kepadanya dalam pelaksanaan susur sungai.

"Mungkin karena siswa berasal dari Turi dan sudah paham daerah Turi."

"Jadi mungkin ya menganggap itu biasa," sambungnya.

Sebagai Kepala sekolah, Tutik memohon maaf atas musibah yang menimpa anak didiknya.

(Tribunnews.com/Maliana, Tribunjogja.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini