TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Seekor ular piton sepanjang 4,5 meter mati terpanggang demi melindungi 20 butir telurnya saat terjadi kebakaran lahan dan hutan di Pekanbaru, Riau.
Saat ditemukan ular itu mati di atas puluhan butir telur yang akhirnya lahir prematur dan anak-anak ular itu akhirnya ikut hangus terbakar.
Pantauan BMKG, ada puluhan titik panas di Riau yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan di sana meluas.
Baca: Arema FC vs Persib Bandung: Trio Amerika Latin Singo Edan Absen? Ini Kata Mario Gomez
Baca: Cara Sederhana Menangkal Virus Corona Menggunakan Ramuan Empon-empon Khas Nusantara
Baca: Arema FC Vs Persib Bandung: Waspada Maung, Singo Edan Bisa Menang Meski Mainkan Satu Pemain Asing
Baca: Punya Gejala Mirip, Kenali Perbedaan Virus Corona COVID-19 dengan Flu Biasa
Baca: Mahathir Mohamad Sebut Obsesi Anwar Ibrahim Jadi Perdana Menteri Pemicu Krisis Politik di Malaysia
Kejadian memilukan tersebut terjadi Senin (2/3/2020) sekira pukul 15.00 WIB di lahan gambut Jalan SM Amin, Kelurahan Air Hitam, Kecamatan Payung Sekaki, Pekanbaru, Riau.
“Ular sepanjang 4,5 meter tersebut ditemukan dalam keadaan mati terpanggang.
Induk ular yang mati itu ditemukan bersama 20 butir telur ular oleh Tim Gabungan Polri, TNI, dan BPBD Kota Pekanbaru.
Penemuan ular itu saat petugas gabungan sedang berjuang memadamkan api Karhutla sejak Senin pagi,” kata Sunarto dalam keterangannya, Selasa (3/3/2020).
Baca: Arema FC vs Persib Bandung: Trio Amerika Latin Singo Edan Absen? Ini Kata Mario Gomez
Baca: Cara Sederhana Menangkal Virus Corona Menggunakan Ramuan Empon-empon Khas Nusantara
Baca: Arema FC Vs Persib Bandung: Waspada Maung, Singo Edan Bisa Menang Meski Mainkan Satu Pemain Asing
Baca: Punya Gejala Mirip, Kenali Perbedaan Virus Corona COVID-19 dengan Flu Biasa
Baca: Mahathir Mohamad Sebut Obsesi Anwar Ibrahim Jadi Perdana Menteri Pemicu Krisis Politik di Malaysia
Sunarto menjelaskan, Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) tak hanya merugikan manusia melainkan hilangnya plasma nutfah Indonesia akibat ulah tangan manusia.
“Karhutla membawa bencana ekologis, hilangnya binatang-binatang, tanaman-tanaman khas suatu daerah, terutama di Riau,” kata Sunarto.
Mantan Kabid Humas Polda Sultra ini menuturkan lahan terbakar di tempat ular piton betina mati terpanggang tersebut seluas setengah hektare.
Kini lahan terbakar tersebut sudah berhasil ditangani dan dipadamkan tim gabungan.
Besok pagi petugas akan mengecek kembali lokasi Karhutla.
“Petugas Gabungan Polri, TNI, Manggala Agni, BPBD, Perusahaan, dan Relawan Pemadam Karhutla seminggu terakhir masih berjibaku di lapangan padamkan api beberapa daerah di Riau.
Seperti di Rangsang, Kepulauan Meranti dan Rupat, Bengkalis,” katanya.
Baca: Arema FC vs Persib Bandung: Trio Amerika Latin Singo Edan Absen? Ini Kata Mario Gomez
Baca: Cara Sederhana Menangkal Virus Corona Menggunakan Ramuan Empon-empon Khas Nusantara
Baca: Arema FC Vs Persib Bandung: Waspada Maung, Singo Edan Bisa Menang Meski Mainkan Satu Pemain Asing
Baca: Punya Gejala Mirip, Kenali Perbedaan Virus Corona COVID-19 dengan Flu Biasa
Baca: Mahathir Mohamad Sebut Obsesi Anwar Ibrahim Jadi Perdana Menteri Pemicu Krisis Politik di Malaysia
Sunarto melanjutkan saat siang hari semua titik api telah padamkan bahkan sempat hilang dari pantauan satelit.
Tiba-tiba menjadi bertambah dan meluas di malam hari yang seharusnya dengan kondisi suhu rendah adalah kecil kemungkinan titik api makin meluas
"Hal ini perlu menjadi fokus dan penanganan secara bersama para stakeholder terkait," ujar Sunarto.
Dilansir Antara, Komandan Regu BPBD Pekanbaru, F Zabua, menyatakan luas lahan terbakar diperkirakan mencapai setengah hektare.
Belum dipastikan penyebab kebakaran lahan, tetapi ia mengatakan di sekitar lokasi terdapat gubuk-gubuk liar yang dibangun warga.
"Panjang ular piton tersebut diperkirakan mencapai empat meter.
Posisi ular ditemukan sudah mati dengan kondisi melingkar untuk melindungi telur-telurnya.
Ada 12 telur yang ditemukan di bawah bangkai ular itu.
Petugas memindahkan bangkai ular tersebut ke tepi jalan.
Ular piton atau sanca termasuk reptil yang dilindungi sebagaimana tertuang dalam Lampiran Peraturan pemerintah (PP) No. 7 tahun 1999," terang Zabua.
Sementara itu, prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru Yudhistira, menyatakan hasil pantauan satelit pada Senin petang menunjukkan ada 65 titik panas di Riau yang jadi indikasi awal karhutla.
"Titik panas paling banyak di Kabupaten Pelalawan dengan 22 titik,
kemudian di Bengkalis (10 titik), Indragiri Hilir (8), Siak (7),
Kepulauan Meranti (6), Dumai (5), Rokan Hilir (4), Indragiri Hulu (2), dan Kampar (1)," ujar Yudhistira.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul KRONOLOGI Ular Piton 4,5 Meter Mati Terpanggang Demi Lindungi 20 Anaknya saat Kebakaran Hutan, https://surabaya.tribunnews.com/2020/03/04/kronologi-ular-piton-45-meter-mati-terpanggang-demi-lindungi-20-anaknya-saat-kebakaran-hutan?page=all.