Laporan Reporter Tribun Jogja Kurniatul Hidayah
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Bunda, yakni orang tua dari Balita pasien positif Covid-19 di DIY menjelaskan kondisi di ruang isolasi RSUP Dr Sardjito.
Penjelasan tersebut dipaparkan melalaui wawancara yang dilakukan via video call antara Bunda dan Pemda DIY, Jumat (21/3) dan telah mendapatkan persetujuan kedua belah pihak untuk dapat dipublikasikan secara luas.
Bunda mengatakan, bahwa pada hari pertama berada di ruang isolasi RSUP Dr Sardjito atau pada tanggal 9 Maret 2020, di dalam ruang isolasi tersebut diisi oleh 4 orang.
Mulai dari pasien anaknya itu sendiri, Bunda dan suaminya, serta eyang si balita.
"Karena di ruang isolasi nggak boleh lebih dari satu orang, malam kedua saya yang menjaga, tapi izin suami ikut nemenin," bebernya.
Baca: Kasus Suami Jual Istri di Tuban: Tergiur Fantasi Film Biru, 4 Orang Berhubungan Sekaligus
Baca: Viral Foto-Foto Panas Model Cantik di Surabaya, Polisi Ungkap Kronologi dan Modus Sang Fotografer
Baca: Anggota DPRD Blora Marah-Marah Tolak Dicek Kesehatan Sepulang Kunker dari Lombok, Ini Kronologinya
Kamis atau pada 12 Maret 2020 hasil lab telah keluar. Tapi keluarga pasien belum mendapatkan pemberitahuan.
"Di medsos sudah ramai tapi kami tidak dikasih tahu. Saya sama suami disuruh isolasi di ruang yang sama dan tes. Awalnya suami disuruh di ruang sebelah tapi karena anaknya nyariin, terus jadi satu ruangan dan ditambahkan sofa," urainya.
Ia pun mengaku bahwa sembari menunggu hasil lab, dirinya diliputi rasa khawatir, cemas dan gelisah.
Berdasarkan pengalamannya, ia diminta menunggu selama 3-4 hari. Ia pun berharap dapat mengetahui hasil lab lebih cepat agar bisa tenang.
Disinggung mengenai aktivitas yang dilakukan di ruang isolasi, Bunda menjelaskan bahwa hari pertama di ruang isolasi belum banyak yang dilakukan lantaran sang anak masih lemas dan batuk tanpa henti.
"Hari pertama banyak tidurnya. Mungkin kecapekan batuk terus. Batuk terus tidur. Sampai diuap nggak ngefek, dikasih obat ngefek. Hari pertama kedua karena lemes nggak ngapa-ngapain. Terus hari ketiga, anaknya dibawain mainan ya dia mainan walau tangan diinfus tapi dia masih mau mainan," ucapnya.
Ia pun menjelaskan bahwa setiap akan diambil tindakan, sang anak ketakutan. Termasuk ketika suster datang dengan baju kerjanya, balita tersebut mengekspresikan rasa takutnya.
"Panas hari kedua sempet turun, terus naik lagi. Entah karena ketakutan atau seperti apa, saya tidak tahu. Padahal infus sudah diambil. Kondisi lebih baik. Panas lagi hari kedua itu," ungkapnya.