Laporan Wartawan Tribun Jatim Imam Taufiq
TRIBUNNEWS.COM, BLITAR - Pria berusia 63 tahun, yang asal Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar meninggal dunia di RSUD Ngudi Waluya, Kecamatan Wlingi, Blitar Jawa Timur, Senin (23/3) siang atau pukul 11.00 WIB.
Korban belum sempat ditangani khusus oleh tim medis karena baru tiba beberapa menit di RS milik Pemkab Blitar itu.
"Saat dibawa ke rumah sakit, kondisinya sudah kritis sehingga baru dapat penanganan di IGD, namun korban akhirnya meninggal dunia," kata dr Endah Woro Utami, Direktur RSUD Ngudi Waluya Wlingi.
Setelah ditelusuri riwayat penyakiitnya, papar dia, rupanya korban menderita komplikasi di antaranya, diabets, dan batuk dengan disertai sesak nafas.
Karena curiga dengan penyakit korban, petugas terus mencari informasi soal rekam jejak penyakitnya itu.
Hasilnya, itu mengejutkan pihak RS karena korban diketahui masuk salah satu dari 66 orang di Kabupaten Blitar, yang sudah terindikasi orang dalam pemantauan (ODP).
Baca: Mahasiswa di Malang Dinyatakan Sembuh dari Corona, Harus Tetap Jalani Isolasi Diri di Rumah
Baca: Isolasi Diri di Kanada, Justin Bieber dan Hailey Baldwin Serasa Bulan Madu
Baca: 5 Fakta Kasus Suami Jual Istri dengan Layanan Foursome: Tergiur Fantasi Seksual dari Film Dewasa
Baca: Chord Gitar dan Lirik Lagu Berita Kepada Kawan - Ebiet G. Ade, Kunci Mudah Mulai dari D
Namun, itu tak diketahui pihak RS saat korban masuk pertama kali ke RS siang kemarin itu.
Makanya, ia dikira pasien biasa sehingga tak langsung ditangani khusus namun masih sempat ditaruh di IGD terlebih dulu. Status korban ODP itu baru diketahui, setelah korban meninggal dunia.
"Ternyata, korban diketahui sudah ODP itu sejak 13 Maret lalu. Saat itu, korban menderita batuk dan sesak nafas. Itu diperiksa di puskesmas setempat," paparnya.
Curiga dengan penyakit batuk dan sesak nafasnya, pihak puskemas menanyainya.
Korban mengaku kalau habis pulang dari rumah saudaranya yang ada di Malang.
Saat itu juga, ia sudah dinyatakan ODP.
Itu terjadi sehari setelah korban pulang dari Malang pada 13 Maret lalu.
Namun sayang, korban hanya dikarantina di rumahnya sendiri, bukan diawasi tim medis langsung.
Kalau sudah begini, dampak penyebaran virusnya, kian sulit terdeteksi.
Sebab, dipastikan korban tak hanya kontak dengan keluarganya saja namun sudah banyak orang.
"Karena itu, keluarga duka (korban) harus dikarantina supaya menghindari penyebaran virusnya," paparnya.
Cuma, yang jadi persoalan saat ini, di mana tempat karantina di Kabupaten Blitar itu.
Baik buat orang yang sudah ODP maupun keluarganya, yang masih sehat, agar tak kontak langsung dengan si ODP.
"Kalau standar nasional, bagi orang yang ODP dikarantina di rumahnya masing-masing selama 14 hari. Namun, itu dalam pengawasan tim medis kami. Terkecuali bagi pasien dalam pengawasan (PDP), harus dikarantina di RSUD Ngudi Waluya dan sudah kami siapkan tempatnya," kata dr Kuspardani, Kadinkes Pemkab Blitar.
Bagaimana dengan 65 orang yang sudah ODP itu, papar Kuspardani, mereka dikarantina di rumahnya masing-masing.
Termasuk, 14 orang dari keluarga korban yang meninggal Senin (23/3) siang kemarin.
Mereka juga dikarantina di rumahnya masing-masing.
Selain korban meninggal dunia itu, Kuspardani juga menjelaskan bahwa Minggu (22/3) malam kemarin, juga ada pasien, yang diduga sudah positif Corona.
Ia adalah ibu-ibu dengan usia 27 tahun, yang asal Kecamatan Ngelegok. Karena sudah dinyatakan positif Corona, malam itu juga si penderitanya langsung dilarikan ke RS Pare (Kediri).
Katanya, si penderita itu baru pulang dari Bogor, dan baru tiba sehari di rumahnya Nglegok. Sehari kemudian, ia mengalami batuk dan sesak nafas. Begitu diperiksa malam itu, ia sudah positif virus Corona.
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Nyawa Kakek Blitar Ini Tak Tertolong, Status Penyakit Bikin Kaget Tim Medis, Ini Nasib Keluarganya