News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Erupsi Gunung Merapi

Gunung Merapi Erupsi Lagi, Jarak Bahaya dalam Radius 3 Km, Warga Diminta Tidak Panik

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kondisi Gunung Merapi pukul 09.40 WIB setelah erupsi pada Jumat 10 April 2020 pukul 09.10 WIB.

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Gunung Merapi kembali meletus pada Jumat (10/4/2020) pukul 09.10 WIB.

BPPTKG Yogyakarta melaporkan, erupsi tercatat di seismogram dengan amplitudo 75 mm dan durasi 103 detik.

Teramati tinggi kolom erupsi ± 3.000 meter dari puncak.

Arah angin saat erupsi ke Barat Laut.

BPPTKG Yogyakarta mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik.

Jarak bahaya dalam radius 3 km dari puncak Merapi.

Tingkat aktivitas Waspada (level II).

Jika terjadi hujan abu, warga diimbau kenakan masker dan kacamata saat beraktivitas di luar ruangan.

Gunung Merapi (2.930 mdpl) akhir bulan lalu meletus sebanyak enam kali.

Pada 27 hingga 28 Maret 2020 letusannya bahkan berlangsung empat kali dalam 24 jam.

Percakapan di sejumlah grup-grup media sosial ramai menghubungkan letusan beruntun itu dengan pandemi wabah virus Corona.

Baca: Lawan Corona, Relawan Salurkan Bantuan Makanan dan Penyemprotan Disinfektan di Depok

Dipercaya letusan itu mampu membunuh virus mematikan yang bergentayangan di kota-kpota sekitar gunung dari abu vulkanik yang disebarkan.

Bahkan muncul foto-foto dan video yang diklaim memunculkan penampakan Semar, tokoh pewayangan yang dipercaya jadi tanda bakal segera berakhirnya wabah ini.

Pakar gunung berapi Badan Geologi Kementerian ESDM, Drs Subandriyo MSc menjelaskan fenomena keduanya.

Gunung Merapi kembali erupsi, Jumat (10/4/2020) pukul 09.10 WIB. Tinggi kolom 3000 meter. (INSTAGRAM/@BPPTKG)

Ia juga menyodorkan analisis erupsi dan mitigasi kebencanaan jika kedua peristiwa itu muncul bersamaan.

"Tidak ada kaitan sama sekali antara meledaknya pandemi Covid-19 dengan meletusnya Gunung Merapi. Tidak ada juga bukti abu vulkanik menghambat penyebaran virus, sebagaimana pernah diberitakan lewat media sosial," kata Subandriyo.

Penyelidik Bumi Madya ini secara khusus menyampaikan ulasannya kepada Tribunjogja.com, Kamis (9/4/2020) malam.

"Tetapi bila dua sumber ancaman ini terjadi secara bersamaan di suatu wilayah, tentu akan mempunyai implikasi yang luas," lanjutnya.

Baca: FAKTA Pasien Sembuh Corona di Balikpapan: Disambut Warga Pakai Spanduk hingga Diisikan Pulsa Listrik

Subandriyo mengutip bunyi pepatah lama Jawa yang bisa menggambarkan apa yang sedang terjadi di tengah masyarakat saat ini.

"Ana babak nglayoni, jujul anyusuli," kutipnya terhadap kalimat janturan, terkhusus yang terjadi di wilayah Provinsi Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kurang lebih artinya ada kejadian penting susul menyusul.

Ia mengurutkan kronologi ketika 2 Maret 2020 Presiden Joko Widodo mengumumkan pandemi Covid-19 masuk Indonesia.

Kemudian 3 Maret 2020 terjadi erupsi Merapi setelah relatif mereda di akhir 2019.

Pandemi Covid-19 berkembang cepat dan meluas, sementara Merapi meletus lagi pada 27 Maret 2020 dan beberapa hari sesudahnya. (Tribunjogja.com/xna/iwe)

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Penampakan Puncak Merapi Setelah Erupsi Pada Jumat Pagi, Begini Imbauan BPPTKG Yogyakarta

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini