News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Ketua RT Menolak Jenazah Covid Dimakamkan, Warga Suwakul Waswas Tak Diterima Berobat ke RS Kariadi

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Karangan bunga di TPU Suwakul, Bandarjo, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Minggu (12/4/2020).

TRIBUNNEWS.COM, UNGARAN -- Setelah salah satu ketua RT-nya memotori warga untuk menolak pemakaman tenaga medis yang gugur tertular virus corona, kini sebagian warga lainnya merasa waswas bakal ditolak saat akan berobat.

Kini warga Suwakul, Kelurahan Bandarjo, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, mengaku waswas setelah heboh penolakan jenazah tenaga medis RSUP Dr Kariadi di Taman Pemakaman Umum (TPU) Siwarak, dusun setempat.

Warga khawatir, penolakan itu berbuntut pada layanan terhadap mereka seandainya sakit.

"Warga waswas apabila suatu saat nanti sakit tidak ada perawat yang mau merawat. Juga jika saat mau berobat ke mana pun ditolak karena saat dicek KTP-nya ternyata warga Suwakul," kata Muhammad Soleh (38), warga Suwakul.

Sebelumnya, kabar penolakan pemakaman jenazah perawat RSUP Dr Kariadi, Nuria Kurniasih, yang meninggal karena corona di TPU Suwakul, Kamis (9/4) lalu, menghebohkan media massa.

Baca: Hal yang Perlu Diperhatikan Ojol yang akan Angkut Penumpang saat PSBB Berlangsung

Baca: Jokowi Minta Kapasitas PCR Ditingkatkan, Kepala Gugus Tugas Covid-19: Swasta akan Berpartisipasi

Baca: Jadi Bidan Dadakan Tolong Wanita Melahirkan di Jalan, Polisi Tasikmalaya I i Dapat Penghargaan

Sebagian warga, yang dimotori Ketua RT 06 RW 08, Tri Hanggono Purbo, menolak pemakaman jenazah Nuria di kampung mereka.

Jenazah Nuria kemudian dimakamkan di TPU Bergota, Kota Semarang.

Belakangan, Purbo bersama dua warga Suwakul lainnya, Bambang Sugeng Santoso dan Sutadji, menjadi tersangka dalam kasus penolakan jenazah korban wabah. Saat ini kasus tersebut ditangani Polda Jateng.

Soleh mengatakan, tidak semua warga Suwakul, khususnya RW 08, yang menolak pemakaman jenazah perawat RSUP Dr Kariadi di TPU Siwarak.

"Hanya ada oknum mengaku perwakilan warga Suwakul menolak pemakaman itu, membuat nama Suwakul menjadi buruk," kata Soleh, saat ditemui di TPU Siwarak, Suwakul, Minggu (12/6).

Ia menjelaskan dampak setelah kejadian penolakan pemakaman itu terasa oleh warga Suwakul.

Di antaranya kecaman di media sosial yang mengalir deras. "Kecaman di medsos baik kepada individu penolak, maupun ke seluruh warga Suwakul sangat banyak terjadi," jelasnya.

Selain kecaman di sosial media, menurutnya keresahan warga Suwakul ialah apabila suatu saat mereka sakit dan harus dibawa ke rumah sakit.

"Warga waswas apabila suatu saat nanti sakit tidak ada perawat yang mau merawat," kata dia.

Maka ia pun meminta maaf kepada warga Indonesia atas kejadian penolakan tersebut.

"Kami meminta jangan dipukul rata ini ulah warga Suwakul karena hanya segelintir oknum yang menolak," harapnya.

Ketua RW 08 Suwakul, Daniel Sugito, mengaku bahwa sebenarnya awalnya pemakaman jenazah perawat RSUP Dr Kariadi di TPU Siwarak itu berjalan lancar. "Dari awal keluarga yang bersangkutan sudah minta izin ke saya.

Kebetulan saya juga ketua TPU Siwarak. Sesuai tata tertib yang ada kami lihat itu sebenarnya diizinkan. Kami sudah dengan pengurus makam mengajak penggali menyiapkan liang lahat," jelasnya.

Ia pun mengaku juga telah menginformasikan ke semua ketua RT di wilayah RW 08 Suwakul lewat pesan Whatsapp (WA) untuk dapat memahami kejadian tersebut.

"Ayah dan juga Pakdenya (Nuria Kurniasih--Red) dimakamkan di TPU ini. Sehingga pemakaman Nuria saya izinkan," paparnya.

Namun, ia menjelaskan, tiba tiba ada sekelompok orang mengaku perwakilan masyarakat Suwakul menolak pemakaman tersebut.

Alasannya, banyak mobil yang mendatangi TPU itu, dan juga banyak orang yang menggunakan alat pelindung diri (APD).

"Saya sudah menjelaskan jenazah ini punya hak yang sama untuk dimakamkan di sini, tapi perwakilan masyarakat ini tiba-tiba menolak," jelasnya.

Daniel pun mengaku awalnya curiga dengan oknum mengatasnamakan diri perwakilan masyarakat Suwakul.

Sebab, ketua RT di wilayahnya tak pernah mengumpulkan warganya meminta pendapat.

"Kalau ada oknum mengatakan mereka perwakilan masyarakat, buktinya kapan pengambilan keputusan itu dilaksanakan?" ujarnya.

Setelah proses diskusi yang alot, Daniel mengatakan pihak keluarga Nuria kemudian memutuskan untuk memakamkan jenazah perawat RS Kariadi itu di Kota Semarang.

"Saya pun selaku ketua RW 08 mohon maaf atas kejadian ini. Kami sudah semaksimal mungkin mengupayakan agar jenazah bisa dimakamkan di sini, di sebelah makam ayahnya, jadi tak bisa terlaksana karena ulah oknum mengatasnamakan perwakilan warga," jelasnya. 

Karangan Bunga Sindir Penolakan Pemakaman Perawat Banjiri TPU Suwakul

Karangan bunga membanjiri Taman Pemakaman Umum (TPU) Siwarak, Suwakul, Kelurahan Bandarjo, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Minggu (12/4).

Puluhan karangan bunga itu bernada sindiran terhadap kejadian penolakan pemakaman jenazah perawat meninggal dunia karena corona di TPU Suwakul, baru-baru ini.

Pantauan di lapangan menunjukkan, karangan bunga itu diletakkan berbaris di depan kompleks TPU Suwakul. Selain di depan, karangan bunga itu juga diletakkan berbaris di dalam TPU.

Karangan bunga tersebut dikirim oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) kabupaten dan kota di Jawa Tengah. Karangan bunga lainnya dikirim oleh berbagai pihak, misalnya dari Forum Relawan Kabupaten Semarang.

Karangan bunga yang berada di TPU itu menjadi tontonan warga yang melintas. Warga sekitar menonton karangan bunga tersebut, dan memotret menggunakan kamera ponsel mereka.

Yulianti, warga Kota Semarang, yang melintas di TPU Suwakul, mengaku trenyuh atas penolakan pemakaman perawat RS Kariadi di TPU tersebut.

"Saya terus terang merinding, trenyuh. Sebenarnya inginnya bagaimana. Padahal korban tersebut merupakan pahlawan yang mempertaruhkan nyawa untuk kita semua. Ketika sudah meninggal dikuburkan kok malah tidak dibolehkan," geramnya.

Ia pun datang dari Kota Semarang untuk melihat karangan bunga di TPU tersebut.

"Saya berharap, penolakan seperti itu tak boleh terjadi lagi. Kalau ada yang meninggal, diperbolehkan untuk dikubur.

Apalagi penanganan korban pasien corona juga sudah sangat aman, tidak mungkin bisa menularkan wabah ke orang-orang," jelasnya.

Warga lainnya, Imam, mengatakan, karangan bunga tersebut mulai berdatangan, sejak Jumat (10/4).

"Awalnya satu (karangan bunga), lalu saya lihat malam harinya sudah ada tiga. Lalu sampai sekarang bertambah sampai ada puluhan," katanya. (Akbar Hari Mukti)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Khawatir saat Sakit Tak Ada yang Mau Merawat, Warga Suwakul Nyatakan Penolak Pemakaman Hanya Oknum,

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini