Penabuhan Gamelan Sekaten dimulai setelah Sultan Keraton Kasepuhan keluar dari Mesjid Agung Sang Cipta Rasa usai menunaikan salat Id.
"Gamelan Sekaten ini sangat sakral sehingga hanya dikeluarkan saat Idulfitri dan Iduladha," ujar Arief Natadiningrat.
Ia mengatakan, pada Lebaran kali ini tradisi penabuhan gamelan yang biasanya digelar di Siti Inggil Keraton Kasepuhan itu ditiadakan akibat pandemi Covid-19.
Menurut Arief, warga sekitar dan pengunjung keraton biasanya memadati areal tersebut saat tradisi penabuhan Gamelan Sekaten berlangsung.
Namun, di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang kerumunan massa semacam itu justru harus dihindari.
Pasalnya, dikhawatirkan terjadinya penyebaran virus corona dan nantinya semakin banyak orang yang terpapar.
"Kami mengikuti imbauan pemerintah untuk tidak membuat kerumunan massa demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19," kata Arief Natadiningrat.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Sejarah Penabuhan Gamelan Sekaten Saat 2 Hari Raya, 600 Tahun Lalu Jadi Media Penyebaran Islam, https://jabar.tribunnews.com/2020/05/25/sejarah-penabuhan-gamelan-sekaten-saat-2-hari-raya-600-tahun-lalu-jadi-media-penyebaran-islam?page=all.
dan Lebaran di Keraton Kasepuhan Tahun Ini Berbeda, Tak Ada Suara Gamelan Peninggalan Sunan Gunung Jati, https://jabar.tribunnews.com/2020/05/25/lebaran-di-keraton-kasepuhan-tahun-ini-berbeda-tak-ada-suara-gamelan-peninggalan-sunan-gunung-jati.
Penulis: Ahmad Imam Baehaqi