TRIBUNNEWS.COM, PEMALANG -- Belasan warga negara Indonesia (WNI) yang jadi anak buah kapal (ABK) nelayan asal China telantar di Pelabuhan Tin Ho, Kota Majuro, Kepulauan Marshall.
Mereka diturunkan oleh kapal nelayan asal China tempat mereka bekerja dan disuruh menunggu jemputan, namun hingga kini belum dijemput.
Kepulauan Marshall berada di Samudra Pasifik, atau timur laut dari arah Pulau Papua.
Keberadaan mereka diketahui setelah video diunggah di akun instagram @nyonya_builder (Niken) dan kemudian diposting ulang oleh akun Instagram @kabarpemalang.
Video yang berdurasi sekitar 3 menit 30 detik, menceritakan sejumlah ABK berbicara bergiliran tentang kondisinya.
Baca: Asosiasi Ojol Buat Protokol Bonceng Penumpang Untuk Bersiap Hadapi New Normal, Bawa Helm Sendiri
Baca: Tasya Kamila Berbagi Pengalaman Raih Gelar Sarjana di Luar Negeri
Baca: Akui Cekcok Karena Kehilangan Bayi Kembar, Ammar Zoni & Irish Coba Tegar: Cara Tuhan Sayang Kita
Baca: Update Corona Kota Mataram NTB Jumat 29 Mei 2020: Total 220 Positif dan Tercatat 13 Ada Kasus Baru
Mereka menyebut sudah tertahan dan tidak bisa pulang semenjak kontraknya habis pada Februari lalu, dari kapal China.
Mereka juga bercerita, bahwa 13 ABK berangkat melalui agensi PT Puncak Jaya Samudra Pemalang, sejak dua tahun yang lalu dan sudah menghubungi pihak agensi terkait kepulangannya, namun diminta menunggu.
"Kami mohon dengan sangat untuk dipulangkan karena sudah tidak betah dan sudah habis kontrak, tinggal nunggu pemulangan tapi disuruh menunggu terus," ucap salah satu ABK.
Terkait viralnya video tersebut, Direktur PT Puncak Jaya Samudra (PJS) Pemalang, Herman Suprayogi, Kamis (28/5/2020 memberikan klarifikasi terkait video viral 13 Anak Buah Kapal (ABK) asal Pemalang yang terjebak di Kepulauan Marshal.
Herman mengatakan, PT PJS adalah Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) yang memberangkatkan para ABK tersebut.
Terkait video tersebut, pihaknya membenarkan adanya 13 ABK yang saat ini masih tertahan di Marshall.
Saat ini, mereka masih berada di mess di Kota Majuro.
"Pada Maret 2020 lalu, kapal mereka masuk ke kepulauan Marshall karena habis kontrak. Para ABK juga sudah disiapkan tiket penerbangan pulang."
"Namun pada hari penerbangan tiba, tiket dibatalkan karena negara itu memberlakukan lock down terkait pandemi global virus corona atau Covid-19," kata Herman kepada Tribunjateng.com, Kamis (28/5/2020) sore.