TRIBUNNEWS.COM - Misteri kematian ratusan ternak warga Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Tapanuli Utara, hingga kini belum terpecahkan.
Informasi yang berhasil dihimpun Tri bun-Medan.com, sosok mahluk misterius pengisap darah ini bahkan mampu membunuh seekor babi yang memiliki berat hingga 25 kilogram.
Tak hanya itu, babi tersebut diseret dari kandangnya hingga ke tepi sungai yang berjarak puluhan meter.
Peternak setempat, Saut Situmorang, mengatakan hingga sekarang belum diketahui makhluk apa yang membunuh ternak babinya.
"Saat ditemukan, babi saya dipenuhi sejumlah luka tusuk dan cakaran di bagaian perut. Sepertinya dia hanya mau mengisap darah saja," ujarnya.
Dari keterangan beberapa sumber yang berhasil didapat, makhluk misterius yang memangsa ternak warga diduga memiliki tubuh yang besar dan kuat.
Hal tersebut dikarenakan jalinan besi yang dibuat warga untuk menjerat mahluk tersebut dapat dibengkokkan.
Baca: Bupati Tapanuli Utara Buat Sayembara Rp 10 Juta untuk Tangkap Makhluk Misterius Pengisap Darah Hewan
Baca: Viral Hewan Ternak di Tapanuli Utara Mati Misterius, Ditemukan dalam Kondisi Kehabisan Darah
Warga setempat, Mangatur Hutasoit yang juga ikut memburu makhluk misterius itu juga mengungkapkan belum berhasil menangkapnya.
"Kami sudah mencoba jerat dengan jejari sepeda motor dengan umpan babi mati yang sebelumnya sudah dimangsa. Namun berhasil dibengkokkan oleh makhluk tersebut," ujarnya.
"Jenisnya belum bisa kita simpulkan sebelum makhluk tersebut bisa ditemukan," kata Mangatur.
Terpisah, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut Wilayah IV Tarutung, Tumanggor Lumbantoruan mengatakan, pihaknya masih terus melakukan penelusuran terkait sosok pemangsa ternak warga.
"Dari hasil penelitian sementara, makhluk tersebut diketahui memiliki 5 cakar," ujarnya yang dikonfirmasi awak media pada Senin (22/6/2020).
Saat disinggung terkait sosok yang menjadi misterius oleh warga, pihaknya belum dapat memastikan.
BBKSDA pun berencana memasang video trap dan perangkap yang lebih canggih.
"Namun hal tersebut akan dilakukan setelah kami berkoordinasi dengan pemerintah desa dan Dinas Lingkungan Hidup setempat. Dan secepatnya kita akan pasang video trap dan perangkap," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, sudah ratusan ekor hewan ternak mati secara misterius di Dusun Pargompulon Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborong-borong, Kabupaten Taput.
Sebagian besar hewan ternak itu ditemukan mati di kandangnya. Terdapat luka seperti bekas gigitan di bagian leher.
Adapun hewan yang mati misterius itu yakni ratusan ekor ternak bebek dan ayam warga, serta satu ekor babi.
Anehnya, darah hewan ternak itu habis diisap. Sedangkan bangkainya tergeletak begitu saja dalam kondisi utuh. Tidak ada bagian tubuh yang hilang atau dimakan sang pemangsa tersebut.
Ihwal makhluk misterius pengisap darah hewan ternak ini, sudah sampai kepada Bupati Taput Nikson Nababan.
Bupati Nikson pun mengadakan sayembara berhadiah uang tunai Rp 10 juta.
Ia berjanji akan memberikan hadiah tersebut kepada siapa saja yang mampu menangkap makhluk misterius pengisap darah yang menyerang ratusan ternak warga Pargompulan.
Hadiah diberikan bagi perseorangan maupun tim yang berhasil menangkap makhluk tersebut, hidup atau mati.
Nikson Nababan menyampaikan rasa prihatin bagi warga yang mengalami kerugian materil atas peristiwa tersebut.
Menurut dia, Pemkab Taput belum bisa memberikan kompensasi atau ganti rugi kepada warga, karena sejauh ini belum diketahui penyebab pasti kematian ratusan hewan ternak warga tersebut.
Selain bupati, peristiwa ini juga sudah sampai kepada kepolisian. Kasubbag Humas Polres Taput Aiptu Walpon Baringbingbing membenarkan adanya peristiwa menggegerkan yang membunuh ratusan ekor ternak warga.
"Penemuan bangkai ternak yang dibunuh oleh makhluk misterius tersebut pertama sekali diketahui Saut Simanjuntak, pemilik hewan ternak pada Sabtu 13 Juni 2020 pagi hari," ujar Aiptu Walpon Baringbing, Minggu (21/6/2020).
Menurut dia, yang membuat warga kebingungan adalah bangkai ternak tersebut tidak dimakan sama sekali.
Hanya ada luka di bagian leher ayam dan bebek, sedangkan tubuhnya utuh tidak dimakan. Selain itu, darah hewan ternak itu habis.
Karenanya, tim dari Polres Taput juga turun mengecek ke tempat kejadian perkara (TKP).
Peristiwa tersebut pertama sekali terjadi Jumat (12/6/2020) malam, dan diketahui pemiliknya Sabtu pagi.
Saat itu Saut Simanjuntak, pemilik hewan ternak yang mati, masih belum curiga. Sebab, pada peristiwa pertama hanya beberapa ekor ternak ayam dan bebek yang mati.
Dua hari berselang, peristiwa serupa terjadi lagi. Kali ini, puluhan ekor ayam dan bebek yang berada di kandang mati dengan tanda-tanda yang sama, yakni luka seperti bekas gigitan di leher.
Saut Simanjuntak mulai merasa curiga dengan kejadian tersebut, lalu memberitahukan kepada tetangga dan membuat laporan ke Polsek Siborongborong.
“Dari hasil penyelidikan kita di TKP, memang kita merasa curiga, bahwa kejadian tersebut bukan perbuatan manusia. Lalu kita menyarankan kepada pemilik agar merapikan kandang ternak tersebut, sambil polisi mencari informasi,” kata Aiptu Walpon Baringbing.
Usulan itu dituruti oleh Saut Simanjuntak. Ia membuat kandang baru terbuat dari kawat besi.
Namun, pada Jumat (19/6/2020) pagi, pemilik Saut kembali melaporkan kasus serupa. Kali ini yang terbunuh satu ekor ternak babi di kandangnya.
"Atas kejadian tersebut, kita sudah melakukan koordinasi dengan BKSDA, agar melakukan penelitian. Karena dengan matinya ternak tersebut kuat dugaan bukan perbuatan manusia, maka selaku ahli dalam hal ini adalah BKSDA. Kita serahkan dulu penelitiannya kepada mereka, dan sejauh ini kita masih menunggu hasilnya," terangnya.
Saat ini, masyarakat setempat dibantu kepala desa serta pihak Kecamatan Siborongborong melakukan ronda malam untuk mengantisipasi kejadian serupa.
Kepala Desa Pohan Tonga, Walben Siahaan, mengatakan peristiwa tersebut sudah terjadi sejak beberapa hari belakangan.
Ia menyebutkan bahwa warga desa penasaran tentang makhluk pengisap darah yang sudah membunuh ratusan ternak.
“Sudah ratusan ternak yang mati. Ada ayam, bebek dan babi. Herannya makhluk misterius itu hanya mengisap darah, namun tidak memakan bangkainya. Sampai saat ini kita masih berusaha mencari keberadaannya,” katanya.
Selain ternak Saut Simanjuntak, makhluk misterius itu juga menyasar ternak milik warga lainnya.
Sejumlah warga pemilik ternak yang mati juga mengungkapkan kegelisahannya atas peristiwa itu.
Makhluk misterius itu diduga tidak mengenal waktu siang atau malam hari menyerang ternak mereka.
Saut Simanjuntak yang mengalami kerugian paling banyak, mengaku sudah kehilangan lebih dari 200 ekor ayam.
Belum lagi bebek dan ternak babinya yang tak luput dari serangan makhluk misterius tersebut.
“Kalau soal kerugian materi, sudah pasti banyaklah. Ayam saya saja sudah lebih dari 200 ekor yang mati, bebek juga banyak. Herannya lagi ternak babi pun ikut mati,” ungkapnya dan berharap masalah itu bisa segera teratasi.
Warga Memburu hingga ke Hutan
Sementara itu, Mangatur Hutasoit, warga yang turut melakukan perburuan makhluk misterius tersebut, mengatakan, hewan ternak yang mati beberapa waktu terakhir terlihat seperti dimakan oleh makhluk buas.
Pada bagian tubuh ternak ini terdapat bekas luka seperti gigitan di bagian leher. Darah hewan ternak itu habis diisap, tetapi dagingnya utuh.
Yang membuat warga heran, bebek dan ayam yang mati itu berada di dalam kandang pagar kawat besi. Namun, kawat besi itu pun ternyata dirusak.
“Cuma darahnya (hewan) aja diisap, dagingnya gak ada yang dimakan. Makanya heran kita,” ujarnya.
Kejadian itu memaksa warga untuk berjaga-jaga baik siang maupun pada malam hari.
Mangatur Hutasoit bersama sejumlah warga juga melakukan perburuan hingga ke kawasan hutan setempat.
Selain itu, mencuat dugaan berbau mistis terkait kematian hewan ternak itu.
Menurut Mangatur, ada dugaan makhluk misterius tersebut adalah "homang" atau "sigulambak".
Bagi kalangan masyarakat Batak, "Homang" dikategorikan hewan yang dianggap mistis lantaran bertubuh besar dengan badan yang ditumbuhi bulu lebat serta gigi taring yang tajam dan memiliki kuku panjang.
Konon "Homang" tinggal di pedalaman hutan dan sering meniru suara manusia hingga membuat orang tersesat di tengah hutan.
"Homang" beserta ceritanya sudah lama tidak terdengar, dan dianggap usang dewasa ini.
Namun, pada perburuan hari ketiga yang lalu, menurut Mangatur, jejak dan tanda yang mereka lihat tidak jauh berbeda dengan cerita para orang tua dan sesepuh di Tapanuli tentang keberadaan "Homang" di desa itu.
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul "Misteri Makhluk Pengisap Darah Ternak Warga di Taput, BBKSDA Secepatnya Akan Pasang Video Trap"