TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim beberapa waktu secara resmi menetapkan tahun ajaran baru dimulai pada Juli 2020.
Meskipun demikian, Mas Menteri sapaan akrab Nadiem Makarim baru membolehkan 6 persen peserta didik di Indonesia melakukan pembelajaran secara tatap muka.
Sedangkan, 94 persen lainnya yang berada di zona orange hingga merah hanya diperbolehkan melakukan pembelajaran secara daring atau online.
Oleh sebab itu, guru harus sudah bersiap sedia untuk kembali melaksanakan pembelajaran daring, tentu dengan kualitas pembelajaran yang jauh lebih baik daripada sebelumnya.
Merespon hal tersebut, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar Workshop Online bertema Independent Learning Mindset and Project-Based Learning to Support Digital Teaching, Senin (22/06/20) kemarin.
Tema tersebut dipaparkan oleh Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris ,Teguh Hadi Saputro, M.A. kepada 100 guru mata pelajaran Bahasa Inggris SMA dan SMK.
Baca: Mendikbud Nadiem Makarim Perbolehkan Sekolah Tatap Muka di Zona Hijau, Dimulai dari SMP dan SMA
Teguh dalam webinar ini, menekankan bahwa di era new normal saat ini kita sudah harus berpindah dari blended learning menuju distance learning.
Berbeda dengan blended learning yang masih memadukan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran daring, distance learning 100 persen menerapkan pembelajaran daring.
Distance learning akan berjalan dengan baik apabila ada interaksi dan partisipasi aktif dari siswa, desain pembelajaran yang jelas, standar pedagogik yang kuat, dan konten berbasis teknologi.
Namun, dalam poin terakhir yang menjadi catatan adalah konten atau kurikulum harus tetap menjadi prioritas utama.
"Dalam pembelajaran apa pun, termasuk distance learning, teknologi mengikuti kurikulum, bukan kurikulum yang mengikuti teknologi," ucapnya lewat keterangan tertulis yang diterima Tribunnews, Selasa (23/6/2020).
Baca: Kemendikbud: Pembelajaran Tatap Muka Dapat Dihentikan Jika Terjadi Peningkatan Kasus Positif Corona
Lantas, bagaimana penerapan distance learning dalam pembelajaran bahasa?
Menurut Teguh, ada dua hal yang bisa diterapkan dalam distance language learning yakni independent learning dan project-based learning.
Dalam independent learning, siswa diarahkan untuk bisa merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri.
Sementara dalam Project-Based Learning (PBL), siswa akan melakukan project pada akhir pembelajaran.
Dengan melihat karakteristik dan tahapan kedua hal tersebut, Teguh menggarisbawahi hal-hal yang harus disediakan guru dalam mengimplementasikan distance language learning.
“Dalam mengimplementasikan distance language learning ini, guru harus menyediakan platform pembelajaran seperti Edmodo atau Google Classroom, course outline, daily communication platform, teleconference platform, public platform, aplikasi asesmen pembelajaran, dan sumber dan atau bahan ajar online,” terang Teguh.
Lebih lanjut, Teguh membagikan tips-tips penerapan distance language learning, termasuk berbagai jenis platform yang dibutuhkan dalam mengimplementasikannya seperti Google Classroom, Edmodo, Zoom, TedTalk, Bendicam, dan sebagainya.
Ia juga membagikan pengalamannya selama menggunakan Computer Assisted Langauge Learning (CALL) dan Task-Based Language Teaching (TBLT) selama mengajar di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)