Laporan Wartawan Surya Yusron Naufal Putra
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Tren penambahan kasus COVID-19 di Surabaya beralih ke warga yang berada di perumahan elit, sementara tren kasus di perkampungan turun.
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini menyatakan, sekitar 90 persen penambahan kasus COVID-19 terjadi di perumahan elit Kota Surabaya.
"Jadi kenaikan kemarin itu rata-rata menengah ke atas," kata Risma, panggilan Tri Rismaharini saat ditemui di FK Unair Surabaya, Selasa (30/6/2020).
Keadaan itu justru berbanding terbalik dengan tren sebelumnya.
Dulunya kasus COVID-19 di Surabaya banyak ditemukan di kawasan perkampungan.
Di perkampungan, saat ini relatif turun dan terus ditekan utamanya dengan adanya kampung tangguh berbasis RW.
Baca: Jepang Masih Pertimbangkan Proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung dan Bandung-Surabaya
Baca: Soal Jokowi Marah, Pengamat: Boleh Jadi Dagelan Politik, Cari Kambing Hitam Demi Tutupi Kelemahan
Saat ini justru virus global ini banyak terjadi di perumahan mewah yang dihuni oleh warga dengan ekonomi menengah keatas.
Meskipun belum disebut kawasan perumahan mana yang banyak ditemukan kasus COVID-19 itu.
Risma yang juga Ketua Gugus Tugas itu mengaku masih menyelidiki mengapa hal itu terjadi.
Ada beberapa indikasi yang ditemukan dari hasil tracing yang dilakukan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19Surabaya.
Diantaranya terkait mobilitas warga tersebut. Sebab ada kemungkinan lantaran dari luar negeri maupun dari daerah lain luar Kota Surabaya.
"Karena kemarin kita cocokkan ada yang satu orang ternyata dia perjalanan dari luar negeri," terang Wali Kota perempuan pertama di Surabaya itu.
Baca: Istrinya Ketakutan Dengar Teriakan saat Diserang, Nus Kei ke John Kei : Kalau Sabar Pasti Beres
Baca: Ternyata Ini Alasan Risma Sujud dan Menangis di Kaki Dokter di Balai Kota Surabaya
Kemudian, Risma mengungkapkan pihaknya sedang mengembangkan tracing lebih detail lagi. Upaya pelacakan juga diteruskan hingga ke lingkungan pekerjaan dan lain sebagainya.