TRIBUNNEWS.COM - Pakar Ekonomi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Retno Tanding Suryandari, SE ME PhD turut memberikan pendapat mengenai viralnya curhat desainer yang ditawar 'harga teman'.
Menurut Retno, permintaan 'harga teman' sudah sering terjadi di lingkungan sekitar.
Fenomena permintaan 'harga teman' dalam dunia bisnis merupakan persoalan etika.
Pasalnya, tidak ada larangan dan hukum yang mengatur bila seseorang meminta diskon.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS ini menjelaskan, secara ekstrem, dampak dari meminta 'harga teman' bisa merusak pertemanan.
"Kita seharusnya mendukung usaha teman dengan memberi harga yang ditawarkan dan ikut mempromosikan."
"Itu yang bagus, bisa dibilang teman yang benar-benar teman," tutur Retno kepada Tribunnews, Selasa (29/7/2020).
Bila merasa keberatan, kata Retno, mungkin harga yang ditawarkan, bukan segmentasi pasarnya.
Lantas bagaimana cara menawar yang baik agar tidak menyakiti hati seorang teman?
Dalam tawar menawar khususnya dengan seorang teman, Retno menyarankan agar bersikap terbuka saja.
"Kalau kaitannya dengan budget, kita buka saja, saya punyanya budget sekian."
Baca: VIRAL Klien Bersikap Buruk: Minta Desain Undangan Harga Teman, Rasis dan Doakan Dagangan Tak Laku
"Namanya orang minta diskon itu sebenarnya minta tolong, karena memang tidak sesuai dengan standar harga yang ditawarkan," ujar Retno.
Disisi lain, Retno mengingatkan, dalam tawar menawar berlaku sama seperti berbelanja.
Ketika datang ke suatu penjual dan harganya tidak sesuai, maka bisa pergi ke penjual yang lain.