TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Sepasang suami istri di Samarinda, Kalimantan Timur, terpaksa tinggal di gerobak sampah bersama bayinya usia satu bulan, setelah diusir pemilik indekos karena telat bayar 10 hari.
Dalam gerobak sampah itu, pasangan Andika Pratama (35) dan Yanti (32) bersama bayinya Muhammad Aditya Pratama ini tidur beralaskan baliho di tepi Jalan Belatuk, Samarinda.
“Satu (baliho) buat alas dalam gerobak dan satunya buat tutup bagian atas agar tak panas dan kehujanan,” ungkap Andika saat ditemui Kompas.com, Kamis (3/9/2020).
Meski begitu ketiganya sering kebasahan saat hujan, karena hanya mengandalkan baliho sebagai alat teduh.
Baca: Ketika Sandiaga Susuri Gang Sempit dan Bertemu Manusia Gerobak di Jakarta Selatan
Gerobak itu milik Andika yang bekerja sebagai pemulung.
Setiap harinya dia membawa istri dan anaknya mencari sampah plastik yang bisa dijual untuk bertahan hidup.
Namun, pada pertengahan Agustus 2020, pemilik indekos yang disewa pasangan ini di Jalan Ruhui Rahayu, mengganti gembok pintu indekos karena telat bayar.
“Pemiliknya bilang bayar dulu baru bisa masuk. Akhirnya kami tinggal di gerobak dekat tempat sampah di Jalan Belatuk,” terang dia.
Setiap bulannya Andika membayar indekos Rp 350.000.
Namun dia belum punya uang cukup pada Agustus sehingga belum bisa bayar. Andika tinggal di indekos itu sejak Februari 2020.
Saat tinggal di gerobak, istrinya tidak bisa memasak. Akibatnya, pasangan ini harus membeli nasi bungkus setiap hari.
Jika uang mencukupi Andika membeli dua bungkus nasi. Jika tak cukup, maka hanya satu bungkus makan berdua bersama istrinya.
“Kalau bayi masih minum air susu ibu (ASI). Hanya kasihan saat hujan sering kedinginan,” jelasnya.
Selama dua pekan, sejak Jumat (21/8/2020) lalu pasangan ini bertahan hidup di gerobak sampah.