TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo takjub saat menumpang kereta dengan lokomotif uap di Ambarawa.
Ganjar ditemani istrinya Siti Atikoh bersama rombongan gowes Tour de Borobudur menaiki kereta peninggalan Belanda tahun 1898 tersebut.
"Ini keren, tadi kata pemandunya, wisata kereta uap ini hanya ada tiga di dunia, yakni India, Swiss, dan Indonesia. Maka, ini potensi luar biasa yang bisa terus dikembangkan," ucap Ganjar, Sabtu (26/9/2020).
Terlihat petugas sibuk memasukkan kayu jati ke tungku pembakaran saat Ganjar dan rombongan menaiki kereta. Suara sulung juga terdengar melengking dan syahdu disusul semburan uap panas dari cerobong lokomotif B 5112 itu.
Kereta berjalan pelan membawa tiga gerbong dengan gagahnya, menembus jalanan dari Stasiun Tuntang menuju Stasiun Ambarawa Kabupaten Semarang.
Ganjar terlihat menikmati perjalanan itu. Indahnya pemandangan Rawa Pening menambah romantis suasana. Sawah-sawah membentang dengan para petani yang sibuk menyiang rumput dari padi, juga gunung Merbabu dan Telomoyo tampak berdiri kokoh seolah memberikan salam hangat.
Selain bisa menikmati sensasi menaiki kereta uap bersejarah, pemandangan yang ditawarkan juga aduhai. Kereta membelah danau Rawa Pening dan penumpang bisa melihat dengan bebas karena jendela di gerbong kereta itu terbuka.
"Suasananya begitu eksotis, saya kira ini bisa kita jadikan destinasi unggulan, tentu harus ada perbaikan dan penataan. Kalau ini bisa dijadikan paket wisata, tentu menarik sekali," ujar Ganjar.
Ganjar memang sengaja mengajak para peserta Tour de Borobudur menikmati sensasi lain dari event tahunan itu. Jika biasanya peserta hanya gowes di jalan dan hanya bisa menikmati Candi Borobudur, saat ini diberikan tambahan wisata baru.
"Saya pengen berikan suasana lain, karena hampir tiap minggu jalurnya sama, saya ingin mendapatkan suasana berbeda. Saya sengaja ajak peserta naik kereta uap ini, agar mereka yang banyak juga dari luar Jawa Tengah tahu ada destinasi wisata menarik ini," kata Ganjar.
Tentunya, wisata kereta uap di Ambarawa ini lanjut Ganjar masih melakukan pengurangan jumlah wisatawan dan penerapan protokol yang sangat ketat. Sebab, pandemi Covid-19 belum usai.
"Kalau nanti pandemi sudah selesai, silahkan ramai-ramai wisata ke sini," pungkasnya.
Salah satu peserta Tour de Borobudur asal Malang, Maydanil (22) tak menyangka mendapat kejutan saat mengikuti Tour de Borobudur. Ia tak menyangka, akan diajak berwisata naik kereta uap.
"Seru sekali, saya baru kali ini naik kereta uap. Senang ya, selain itu juga bisa tahu tentang sejarah kereta api di Indonesia," ucapnya.
Danil mengapresiasi Pemprov Jateng yang telah menggelar acara gowes dipadukan dengan pengenalan pariwisata.
"Keren ya, tidak hanya gowes, tapi juga bisa sekaligus berwisata. Ini tempatnya bagus, bisa dikembangkan lagi jadi wisata unggulan," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Operasional Raden Agus Dwinanto Budiadji mengatakan sampai saat ini, kondisi lokomotif masih asli, dengan penggerak utama adalah uap dari kayu jati bakar.
"Minat masyarakat untuk menaiki kereta api uap ini sangat tinggi. Karena selain sensasi naik kereta api bersejarah, kami juga menawarkan sensasi pemandangan alam yang sangat eksotis selama perjalanan," ucapnya.
Untuk bisa menaiki kereta uap itu, Agus mengatakan masyarakat harus reservasi dahulu secara online atau datang langsung ke kantor di Lawang Sewu Semarang. Harga sewa menaiki kereta uap itu lanjut Agus mulai Rp10-15 juta.
"Masyarakat juga bisa naik kereta diesel. Kalau naik kereta itu, masyarakat bisa langsung datang ke stasiun Ambarawa dengan membayar tiket Rp50.000. Tapi untuk sementara karena pandemi, wisata itu masih kami tutup," pungkasnya. (*)