Penjaga konter tersebut ternyata mengenal ketua komunitas S3 dan menceritakan perjuangan Juni.
Sehingga pelajar itu bisa bantuan handphone yang merupakan salah satu program dari komunitas tersebut.
Dikatakan Juni, dirinya sama sekali tidak menyangka akan mendapat bantuan itu.
Ia mengaku begitu senang karena saat ini sudah bisa belajar dengan tenang tanpa harus merasa gelisah lagi lantaran sebelumnya selalu meminjam handphone orang lain.
"Iya, senang sekali," ujarnya kembali tersenyum malu.
Sejak berusia 7 tahun, Juni mengaku sudah terbiasa berjualan 3 bungkus tisu seharga Rp. 10 ribu di lampu merah jalan-jalan protokol kota Palembang.
Tak hanya itu, bila sedang ada waktu luang, ia juga kerap memungut barang-barang bekas di jalan yang kemudian dijual kepada pengepul.
Kegiatan itu dilakukan untuk menambah penghasilan ibunya yang juga merupakan seorang pemulung barang bekas.
Baca: Murid Tak Punya HP, Guru SD Rela Datangi Rumah dan Ngajar Pakai Nampan karena Tak Ada Papan Tulis
"Saya jual tisu pindah-pindah tempat. Kadang di lampu merah Jalan Rajawali, kadang di Simpang Charitas. Tapi juga kadang ke Jalan di Sematang Borang," ujarnya.
Hampir setiap hari, Juni bersama teman-temannya berjualan tisu di lampu merah dari pukul 16.00 sampai 19.00.
Waktu itu dipilih karena tidak menganggu jadwal sekolah dan memang merupakan saat ramai karena banyak orang yang pulang kerja.
Mereka pergi ke tempat tujuan berjualan dengan menaiki angkot.
Kemudian saat hendak pulang, biasanya bocah-bocah tersebut lebih memilih untuk jalan kaki sampai ke rumah masing-masing.
"Lumayan dapat penghasilannya, setiap hari kadang bisa bawa untung Rp 50 ribu. Uangnya ada yang saya simpan sendiri, ada juga yang dikasih ke ibu."