TRIBUNNEWS.COM - Sekolah saat pandemi Covid-19 tidak bisa melakukan kegiatan belajar mengajar tatap muka. Semua harus dilakukan secara daring melalui smartphone atau komputer jinjing.
Namun, tidak semua pelajar di Indonesia bisa mengakses internet, karena itu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memfasilitasi sekolah virtual agar siswa siswi bisa belajar mengejar cita-cita.
Direktur Pascasarjana Universitas PGRI Semarang, Ngasbun Egar menilai hal yang dilakukan Ganjar tersebut sangat pro rakyat.
"Program ini sangat pro rakyat, terutama bagi anak-anak dari keluarga yang kurang mampu. Mereka dijembatani dengan program Sekolah Virtual dan bisa kembali mengukir cita-citanya," kata Ngasbun, Jumat (16/10).
Ngasbun sudah familiar dengan metode sekolah daring atau jarak jauh. Namun yang bertujuan untuk menyelamatkan anak-anak putus sekolah seperti Sekolah Virtual ini, baru pertama kali ini ditemukan.
"Kalau sekolah daring di beberapa negara sudah ada. Tapi kalau yang seperti Sekolah Virtual ini yang tujuannya menjembatani anak-anak miskin bisa sekolah dan menyelamatkan anak-anak yang tidak bisa melanjutkan pendidikan, ini baru yang pertama saya dengar. Makanya saya sangat mengapresiasi program ini," ujarnya.
Ngasbun juga meyakini, bahwa program sekolah virtual bisa ditiru dan diterapkan di daerah lain di Indonesia, khususnya daerah-daerah terpencil. Mereka yang mengalami kesulitan mengakses pendidikan karena faktor ekonomi, dapat terbantu dengan program ini.
Seperti diketahui, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo membuat sekolah virtual untuk menanggulangi angka anak putus sekolah di Jawa Tengah. Sekolah virtual dibuka di dua tempat, yakni di SMAN 3 Brebes dan SMAN 1 Kemusu Boyolali.
Peresmian sekolah virtual itu dilakukan secara daring oleh Ganjar di ruang kerjanya, Selasa (13/10) lalu. Hadir dalam acara itu, sejumlah siswa yang mengikuti sekolah virtual beserta orang tua masing-masing.
Kepada Ganjar, para siswa yang notabene adalah siswa miskin itu sangat bersyukur dengan dibukanya sekolah virtual itu.
Mereka yang mengatakan tidak bisa melanjutkan sekolah karena alasan ekonomi, akhirnya bisa melanjutkan cita-citanya.
Ganjar sendiri menerangkan, ide awal pembuatan sekolah virtual ini adalah untuk memberikan semua anak-anak kesempatan belajar. Banyak anak-anak yang tidak melanjutkan sekolah atau berhenti sekolah, karena alasan biaya.
"Maka kami buat konsep sekolah virtual ini, agar mereka yang tidak sekolah atau berhenti sekolah karena faktor ekonomi, tetap bisa sekolah dengan baik. Akan kami dampingi dan bantu mereka melanjutkan cita-citanya," ucapnya.
Untuk sementara, rintisan sekolah virtual dibuka di dua tempat, yakni di Brebes dan Boyolali. Masing-masing sekolah diikuti oleh 36 siswa.
Sekolah virtual di dua tempat itu diampu oleh sekolah negeri yang ada di sana, yakni SMAN 3 Brebes dan SMAN 1 Kemusu Boyolali. Sehingga, proses belajar mengajar yang didapat bisa tetap memenuhi standar pendidikan nasional.