"Tapi ini tidak mutlak. Karena dulu erupsi 2006 arah kubah lava ke sana, tetapi beloknya runtuhan piroklastik ke selatan," tutur Hanik.
Hanik menjelaskan dinding kawah yang beberapa hari terakhir mengalami guguran merupakan material lama sisa-sisa kubah lava yang terbentuk dari erupsi tahun 1888, 1954, dan 1948.
Ditanya tentang penyebab terjadinya guguran itu, Hanik menjelaskan ada dua faktor.
Yakni faktor internal dan eksternal.
Terlebih, lava 48 (kubah lava sisa erupsi 1948) semisal sudah mengalami atrasi atau lapuk.
"Runtuhnya dinding kawah itu ada faktor internal dan eksternal."
"Lava 48 sudah teratrasi atau lapuk sehingga mudah mengalami perubahan morfologi itu tadi," ungkapnya.
Magma Merapi
Terkait posisi magma saat ini, Hanik menambahkan, posisi magma dapat dilihat dari hiposenter atau pusat terjadinya kegempaan Gunung Merapi.
Baca juga: Pantau Lokasi Rawan Bencana Gunung Merapi Secara Real Time dengan Cara Ini
"Posisi magma saat ini kalau dilihat dari hiposenternya sudah sangat di permukaan."
"Dilihat dari pusat terjadinya kegempaan atau hiposenter."
"Namun sampai saat ini kubah lava belum sampai di permukaan," ucapnya.
Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso mengungkapkan posisi tekanan magma saat ini terpusat di atas 1,5 km dari puncak Gunung Merapi.
Hal itu teramati dari gempa vulkanik dangkal Gunung Merapi yang terjadi pada Rabu (11/11/2020).
"Tekanannya sekarang terpusat di atas 1,5 km dari puncak. Ini dari gempa vulkanik dangkal yang terjadi barusan," tuturnya. (Tribunjogja.com/Uti/Rfk)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Posisi Tekanan Magma Terpusat 1,5 Km dari Puncak Gunung Merapi