Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pandemi covid-19 beserta ekses dari kebijakan serta tindakan penanganannya membawa implikasi yang mengubah tata kehidupan sosial, ekonomi dan budaya.
Hal ini dinilai berpotensi mengancam keserasian sosial dan perdamaian di masyarakat.
Untuk itu, Kementerian Sosial RI melalui Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial mengukuhkan kehadiran Korps Relawan Pelopor Perdamaian Indonesia melalui prosesi peresmian di Kompleks Taman Kehati, Kabupaten Mesuji, Lampung, Selasa (1/12/2020).
Pengukuhan Korps relaan Pelopor Perdamaian Indonesia ini mengangkat tema Pelopor Perdamaian Wujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa”.
“Kebhinekaan yang sejatinya adalah berkah bagi bangsa Indonesia dibarengi pula dengan potensi konflik; dan ini diperburuk oleh imbas negatif dari Covid-19."
Kemensos bersama korps relawan mewakili semangat, tekad, dan kerja keras dalam menjaga keserasian sosial dalam memelihara persatuan dan kesatuan,” ungkap Juliari P. Batubara dalam naskah pidato tertulis yang dibacakan Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos, Pepen Nazaruddin.
Mensos Juliari menjelaskan, Indonesia memiliki hampir 1.500 suku bangsa yang tersebar di 17.000 pulau. Hal ini merupakan kekayaan yang harus dijaga bersama dengan toleransi, saling menghargai dan menghormati agar kita dapat hidup damai berdampingan.
Baca juga: Merasa Dihantui, Pelaku Pencabulan Siswi SMA di Aceh Pilih Menyerahkan Diri
"Cita-cita perdamaian ini bukan tanpa tantangan. Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial Tingkat Nasional mencatat pada tahun 2018 – 2019 saja, terjadi 71 peristiwa konflik sosial di berbagai provinsi," sebutnya.
Sebagian besar konflik tersebut dilatarbelakangi oleh persoalan politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Data Statistik Potensi Desa (Podes) 2018 menunjukkan hampir 3.150 atau 3,75% dari total 84.000 desa di Indonesia rawan konflik sosial, dan menjadi ajang perkelahian massal.
Saat ini dan sampai dengan waktu yang tidak dapat ditentukan kedepan, imbas pandemi Covid-19 ini ibarat menghembus api dalam sekam, dapat memantik perbedaan dan ketegangan menjadi konflik sosial terbuka.
Di sisi lain, ada harapan yang tidak kunjung padam. Pengalaman membuktikan keberhasilan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para relawan lainya untuk memelihara nilai-nilai kearifan lokal, menyelesaikan konflik sosial, dan mewujudkan kembali keserasian sosial.
Untuk memperkuat peran penting masyarakat dalam mencegah dan mengatasi berbagai persoalan di masyarakat khususnya yang berpotensi terjadinya konflik sosial.
Disebutkan, Kementerian Sosial RI sejak lama menyadari hal ini. Karenanya, pada 21 September 2010, kementerian ini membentukmembentuk korps relawan Pelopor Perdamaian Indonesia, disingkat PORDAM.
Baca juga: Tak Nyangka Jadi Artis, Dimas Kembaran Raffi Ahmad Ungkap Perasaanya hingga Puji Sosok Ini
Korps relawan ini beranggotakan hampir 1.500 relawan di seluruh wilayah Indonesia.
“Relawan PORDAM adalah peredam potensi perpecahan. Berbeda dengan TAGANA yang datang dengan seragam mencolok dari luar wilayah bencana
dan melakukan tindakan yang cepat di lapangan, relawan PORDAM adalah para relawan lokal yang bekerja dengan senyap, selalu ramah, bertutur lembut, dan berdada lapang,” ujar Mensos Juliari.
Korps relawan PORDAM sudah dilatih, diorganisasi, dan didukung untuk memelihara perdamaian termasuk melalui layanan dukungan psikososial.
Pertama, mereka memiliki kompetensi membina memelihara Modal Sosial termasuk kearifan lokal, semangat kesetiakawanan dan gotong royong - yang sangat diperlukan dalam suasana tidak menentu akibat pandemi.
Kedua, keterampilan rekayasa sosial dalam hal pendampingan, fasilitasi dan mediasi diantara berbagai unsur kebhinekaan, termasuk kelompok agama, suku, ras, dan golongan.
Ketiga, mengupayakan keserasian sosial sebagai tujuan perdamaian melalui pencegahan, peredaman potensi, dan resolusi konflik serta pemulihan pada situasi pasca konflik.
Puncak pengukuhan PORDAM itu ditandai dengan penandatanganan prasasti Pelopor Perdamaian dan prasasti Keserasian Sosial oleh Mensos diikuti penyerahan bantuan sosial berupa 1.000 paket sembako, 6.000 masker, 3 lokasi bantuan Keserasian Sosial dan 4 kelompok bantuan Kearifan Lokal dengan total bantuan sebesar Rp. 910.000.000.
Kabupaten Mesuji dipilih sebagai tuan rumah perhelatan perdamaian nasional serta prasasti Pelopor Perdamaian dan Keserasian Sosial karena dinilai berhasil mengupayakan keserasian sosial dan perdamaian setelah bertahun-tahun hidup dengan konflik sosial.