News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilkada Serentak 2020

PDIP: Menang Tebal, Legitimasi Gibran Tinggi

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gibran Rakabuming Raka tampil sederhana saat memberikan hak suaranya

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hasanudin Aco

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - DPP PDI Perjuangan (PDIP) mengapresiasi kinerja struktur partai serta masyarakat Jawa Tengah dan DI Yogyakarta di Pilkada Serentak 2020.

Wilayah itu membuktikan tetap menjadi kandang banteng dan Soekarnois, tidak tercerabut dari akar aslinya.

Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan prinsip ojo pedhot oyot yang artinya jangan tercerabut dari akar jati diri kita, ternyata telah dibuktikan di lapangan.

"Sehingga kemenangan di Jawa Tengah dan Yogyakarta adalah kemenangan rakyat Marhaen, meneguhkan sebagai kandang banteng," ujar Hasto, Jumat (11/12/2020).

Untuk Jawa Tengah, Ketua DPD sekaligus Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Pemenangan Pemilu, Bambang 'Patjul' Wuryanto menjelaskan dari 21 daerah yang melaksanakan pilkada, kader PDI Perjuangan berhasil menang di 17 wilayah.

Itu berdasarkan quick dan real count sementara serta laporan dari Badan Saksi Pemilu Nasional (BSPN).

Baca juga: Dua Warga Batam Jadi Pelaku Penipuan dan Penggelapan di Yogyakarta, Begini Modusnya

Target dari kongres partai adalah kemenangan di 60 persen pilkada atau sekitar 15 pilkada di Jawa Tengah.

"Faktanya, dengan 17 daerah, artinya melebihi target tersebut. Mengukuhkan Jawa Tengah sebagai kandang banteng yang tak tercerabut dari akarnya," ujar Hasto.

Sementara itu, Bambang Patjul mengatakan Jateng punya adagium 'Banteng selalu dalam barisan. Kalau tidak dalam barisan, namanya celeng (babi hutan, red)".

"Banteng tanduknya di kepala buat bertempur kalau ada bahaya. Celeng tanduknya di mulut atau siyung, untuk mencari makan. Jadi kalau ada banteng tidak tegak lurus instruksi Ibu ketua umum, maka mereka itu celeng, jelas bukan banteng...!" ujarnya.

Bambang Patjul juga melaporkan bahwa salah satu kemenangan di Jateng yang cukup heroik adalah di pilkada Kabupaten Pekalongan. 

Di sana, PDI Perjuangan mengusung pasangan Fadia bersama Riswadi, kader murni partai yang sebelumnya menjabat Wakil Ketua DPRD Kabupaten Pekalongan.

Selama ini, Pekalongan selalu sulit untuk dimenangkan. Dari 35 kursi DPRD setempat, PDI Perjuangan hanya bisa memenangkan 5 kursi saja.

"Kita bertempur habis-habisan di situ. Akhirnya kota santri dimenangkan oleh kader PDI Perjuangan," ujar Bambang Patjul.

Menurut dia, Pilkada Kota Pekalongan juga perlu diapresiasi karena menang.

"Ini hasil spektakuler. Sebelumnya PDI Perjuangan belum pernah menang. Kali ini, PDI Perjuangan punya kader wali kota. Pilkada Kota Pekalongan itu melalui pertempuran. Seluruh unit pasukan terlibat. Ada euforia pasukan sangat luar biasa untuk memenangkannya saat pilkada kemarin," ujarnya.

Dijelaskan bahwa PDIP hanya punya 5 kursi dari 35 kursi DPRD Kota Pekalongan.

"Sementara untuk Kabupaten Pekalongan yang juga berhasil dimenangkan kader PDIP, memiliki 11 kursi," katanya.

Menurut Nuryadi, Ketua DPD PDIP Kota Yogyakarta, di Yogyakarta, ada tiga pilkada dilaksanakan. 

Baca juga: Tergusur Proyek Tol Jogja-Solo, Warga Sleman Dapat Ganti Untung Rp 9 Miliar

Ada dua dimenangkan PDIP yaitu di Sleman dan Bantul. Hanya jalannya Pilkada cukup sengit di Gunung Kidul.

"Di Sleman, kader murni PDI Perjuangan dimana Wakil Ketua DPC Danang Miharsa maju, menjadi pemenang. Di Bantul, Wakil Ketua DPC Joko Purnomo juga menjadi calon dan muncul sebagai pemenang," ujarnya.

"Ini kita rebut kembali keduanya karena dulu sempat lepas. Kami mengucapkan terima kasih kepada warga Yogyakarta. Tak sia-sia," ujar Nuryadi menambahkan.

Dijelaskan bahwa kemenangan mutlak PDI Perjuangan di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta juga menjadi bukti kaderisasi partai untuk menyiapkan para pemimpin berhasil dilaksanakan.

"Isu-isu negatif banyak coba disebarkan demi upaya mencabut akar Jawa Tengah sebagai Kandang Banteng.

Misalnya isu politik dinasti di Pilwalkot Solo. Namun pilkada membuktikan bahwa isu itu tak mempan bagi warga Kandang Banteng," ujarnya.

Gibran Rakabuming Raka ditemani istri dan adiknya saat datang di TPS (Tangkap layar kanal YouTube KompasTV)

Bicara soal isu dinasti politik, Bambang Patjul mengatakan kalau bicara dinasti itu seperti Raja Jogja.

"Kalau pilkada seperti Mas Gibran ini kan pilihan rakyat. Kalau dia jelek, pasti gak bakalan dipilih. Dan angka raihannya tak sampai setinggi itu. Yang datang ke TPS juga tinggi hingga 70,71 persen. Perolehannya 86,7 persen. Artinya tingkat legitimasinya tinggi. Jadi Mas Gibran terpilih secara legitimate," ujarnya.

Lebih jauh, Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa kemenangan para kader murni PDI Perjuangan di Pilkada Jawa Tengah dan Yogyakarta adalah sebuah tanggung jawab besar untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih, serta menyejahterakan rakyat.

"Pak Jokowi sudah menunjukkan bagaimana bekerja dengan baik. Saat menjadi wali kota, beliau memperbaiki ekonomi yang rontok. Pasar tradisional diperbaiki.

Daerah Laweyan yang merupakan sentra batik yang pemiliknya rata-rata Masyumi Islam dibantu.

Kepemimpinan yang baik akan menghasilkan legitimasi yang kuat di mata rakyat sehingga pada pilkada 2010, Pak Jokowi terpilih dengan raihan 90 persen," ujarnya.

Menurut Hasto Kristiyanto Bung Karno mengatakan tak ada perjuangan yang sia-sia. Senjata paling hebat menjadi pemimpin adalah menyatu dengan kekuatan rakyat. Itulah strategi utama.

"Prinsip ini pun selalu disampaikan Ibu Megawati. Apapun isu negatif yang disampaikan seperti isu dinasti politik, Ibu Mega selalu menyerukan bahwa kekuatan utama kita adalah mengorganisir rakyat. Mendekat lah ke rakyat," katanya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini