TRIBUNNEWS.COM - Gedung Budaya Subang menjadi bahan perbincangan masyarakat karena disebut mirip kandang burung.
Menjawab kehebohan tersebut, perancang Gedung Budaya Subang, Yu Sing memberikan tanggapannya.
Arsitek ternama lulusan ITB itu merasa perlu untuk menjawab pendapat setiap orang.
Termasuk anggapan gedung itu mirip kandang burung.
"Saya tidak perlu menjawab pendapat orang terhadap imajinasi bangunannya seperti apa, bebas-bebas saja karena persepsi setiap orang berbeda sesuai dengan pemahaman atau wawasan masing-masing," kata Yusing ketika dikonfirmasi Tribun melalui pesan tertulisnya, Minggu (31/1/2021).
Baca juga: Politikus PKB Singgung Kerusakan Alam Akibat Kerakusan Manusia Saat Dekrasasi KITA di Subang
Terkait konsep bangunan rumah budaya sendiri, Yu Sing menjelaskan dirinya. mengusung konsep rumah budaya Subang dengan semangat bersatu.
"Rumah budaya itu didesain dengan semangat berkumpul, bersatu, dan tetap terbuka, ruang lingkaran sebagai wadah bareng-bareng, lingkar itu namanya lingkar budaya," katanya.
Lebih lanjut Yu Sing menjelaskan rumah budaya perlu menjadi pemersatu.
"Rumah tersebut sebagai tempat berdialog, bertemu, saling mengapresiasi dan mengembangkan budaya bersama-sama, dan bukan hanya budaya tradisional yang diperkuat.
Namun juga menumbuhkan budaya-budaya kontemporer yang berakal pada budaya lokal," ujar Yu Sing.
Terkait desain yang didominasi dari bambu, Yu Sing menegaskan hal itu diusung untuk kelestarian lingkungan,
berakar pada lokalitas, berkembang di masa kini guna merawat masa depan.
"Itu menjadi inspirasi dan sumbangsih pemikiran dan praktek budaya yang signifikan terhadap kelestarian bumi. Karena itu lingkaran jadi namanya Lingkar Budaya." katanya.
Baca juga: Gedung Kebudayaan di Subang, Warga Sebut Mirip Kandang Merpati dan Jadi Tempat Mesum
Telan Anggaran Miliaran Rupiah?
Besarnya anggaran biaya pembangunan rumah budaya Subang kerap kali diperbincangkan
Pasalnya setelah menghabiskan dana miliaran rupiah gedung tersebut malah terbengkalai dan tidak produktif.
Seperti diketahui sebelumnya, pihak eksekutor proyek pembangunan tersebut pada Kamis (28/1/2021) yang lalu, Bambang Supalar selaku eksekutor menjelaskan, proyek pembangunan gedung menghabiskan dana Rp 6,1 miliar dengan proses cut and file memakan banyak waktu dan biaya.
Berbeda dengan penjelasan arsitek perancang bangunan tersebut, Yu Sing ketika dikonfirmasi Tribun pada Minggu (31/1/2021).
Yu Sing justru mengatakan jumlah Rencana Anggaran Biaya (RAB) dalam Detail Engineering Design (DED) untuk bangunan tersebut hanya 2,7 Miliar Rupiah.
"Kalau dalam RAB rencana DED katanya 2,7 Miliar Rupiah, tapi kalau di realiasi tender kontraknya saya tidak tahu," kata Yu Sing ketika dikonfirmasi Tribun melalui pesan tertulisnya.
Baca juga: Jenazah Janda Korban Pembunuhan di Bali Tiba di Subang, Ibundanya Jatuh Pingsan
Lebih lanjut dijelaskan Yu Sing, dana 2,7 Miliar itu hanya untuk bangunannya saja.
"Jadi bisa banyak sisa anggaran lain nya itu untuk parkir, pengerasan-pengerasan koridor untuk persiapan lanjut ke tahap berikutnya," papar Yu Sing.
Sementara menurut hasil pantauan Tribun pada Selasa (26/1/2021), rumah budaya tersebut belum memiliki tempat parkir, hanya sebatas satu bangunan yang didalamnya baru dalam tahap pengerasan plester.
Untuk jalan menuju bangunan tersebut hanya berupa susunan paving block.
Yu Sing juga mengatakan 2,7 Miliar Rupiah dalam DED untuk bangunannya saja.
Namun ketika realisasi tender pasti berbeda.
"Dana 2,7 Miliar itu hanya diperencanaan, nyatanya pas tender jadi berapa saya tidak tahu, mestinya sih tidak jauh-jauh." tutupnya.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Ramai Soal Gedung Kebudayaan Mirip Sarang Burung Merpati, Ini Kata Perancang, Arsitek Lulusan ITB dan Soal Anggaran Gedung Kebudayaan yang Disebut Mirip Sarang Burung, Yu Sing Sebut 2,7 Miliar
(Tribunjabar.id/Irvan Maulana)