Menantu Supadiyono, Yohanes Terawan Apriadi menuturkan, sebelum ambles, air naik ke permukaan lantai melalui sela-sela keramik.
Namun kemudian, keramik terdorong ke atas hingga membuat lemari dan perabot rumah lainnya terangkat.
"Keramik naik, ada bufet (lemari) mulai miring, kami tidak berani masuk rumah. Kami di luar rumah, anak dan istri sudah diungsikan dulu, saya sama bapak membersihkan. Ternyata yang di belakang bufet sudah turun 20 sentimeter, terus keramik bagian depan naik," ujar dia.
Tak disangka, tanah di bawa keramik tiba-tiba ambles.
Ternyata saat dicek, pipa beton saluran air telah hancur hingga diduga tak kuat menahan beban.
"Buisnya (pipa beton) ternyata sudah hancur dan penuh sampah, mampet, otomatis air naik,” kata dia.
Baca juga: Sejumlah Tanggul di Aceh Tamiang Jebol Setelah Diterjang Banjir Kiriman dari Aceh Timur
Ditinggali sejak 2004
Pemilik rumah Supadiyo dan keluarganya menempati rumah tersebut sejak 2004.
Pemilik sebenarnya telah mengetahui ada saluran air di bawah bangunan.
Meski begitu, pemilik rumah tak menyangka hal tersebut bisa berimbas pada amblesnya lantai rumah.
Ketika pertama kali membeli rumah tersebut, Supadiyo sebenarnya telah meminta agar perantara penjual rumah memindahkan saluran air ke samping rumah.
Tetapi hingga sertifikat tanah diterbitkan, permintaan Supadiyo tidak dipenuhi.
Hingga akhirnya, lantai rumah itu pun ambles usai hujan deras mengguyur wilayah tersebut.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Lantai Rumahnya Tiba-tiba Ambles dan Berlubang Besar, Supadiyo: 16 Tahun Ditempati Baru Ada Kejadian Ini
(Kompas.com/Ika Fitriana)