TRIBUNNEWS.COM, SABU RAIJUA - Perjuangan memulihkan listrik di Nusa Tenggara Timur (NTT) usai badai Seroja sudah hampir tuntas.
Dari sekitar 4.000 gardu terdampak dan rusak, kini tersisa kurang dari 10 gardu yang masih padam karena berada di pulau terpencil.
Walau kondisi geografis yang menantang, akses yang sulit dan peralatan yang terbatas, tidak menghalangi petugas PLN untuk terus bekerja keras agar seluruh gardu bisa segera pulih.
Baca juga: PLN Terangi 19 Desa di Jambi yang Belum Nikmati Listrik Sejak Zaman Belanda
Adalah Oscarlian Ratu (33) selaku Supervisor Kantor Jaga Sabu Raijua atau komandan tim teknis yang ditugaskan oleh PLN untuk memperbaiki jaringan listrik di Pulau Sabu dan Raijua.
Ia bercerita, badai tropis Seroja telah membuat banyak pohon besar tumbang sehingga menghalangi akses jalan.
Baca juga: 82 Persen Pegawai PLN UIP JBB Sudah Menerima Vaksinasi Covid-19
Di awal tugas, tim inspeksi harus melintasi pepohonan yang tumbang untuk menemukan titik-titik jaringan yang rusak.
Oscar bersama tim mendapati bahwa jaringan listrik di Raijua juga tidak dapat beroperasi karena rumah pembangkitan mengalami kerusakan, serta beberapa tiang patah dan ambruk sementara perlengkapan dan material perbaikannya tidak ada.
"Ditambah lagi kendala belum beroperasinya jaringan telekomunikasi di Sabu saat itu sungguh menyulitkan tim teknis untuk berkoordinasi satu sama lain, serta melaporkan kebutuhan peralatan dan material ke Kupang," cerita Oscar.
Di sisi lain, lanjut dia, pelabuhan utama Sabu yaitu di Pelabuhan Seba (Sabu Barat) juga mengalami kerusakan di mana salah satu kapal penumpang menabrak jalur sandaran kapal ferry dan karam sehingga transportasi laut sebagai transportasi utama Pulau Sabu belum beroperasi sama sekali hingga dua minggu setelah bencana.
Oscar bersama timnya turun dengan kekuatan penuh membuka akses jalan menuju lokasi-lokasi prioritas penyalaan. Berjuang selama tiga hari dengan menggunakan gergaji mesin untuk memotong pohon yang tumbang memalang jalan
“Ini satu-satunya gergaji mesin kami yang digunakan untuk menembus akses jalan di Pulau ini untuk memperbaiki jaringan listrik. Cukup berat, namun itu adalah tugas kami untuk segera memulihkan listrik disini,” ungkap Oscar.
Selanjutnya, beberapa pria lengkap dengan pakaian pengaman itu bersama warga memperbaiki empat tiang tegangan menengah yang roboh ke sisi jalan. Mereka bergantian menggali dan menegakan kembali tiang yang terdampak badai.
Setidaknya ada 60 titik tiang 12 meter di penyulang yang ambruk mencium tanah, menyebabkan kabel menjuntai tak beraturan dan menghalangi akses jalan warga Sabu Liae.
Selain itu, imbuh Oscar, juga terdapat 30 titik tiang Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 11 meter yang patah dan miring, serta 2 gardu yang hancur akibat diterpa badai tropis Seroja.
Satu-satunya jalan untuk menuntaskan permasalahan kerusakan jaringan dan gardu tersebut adalah dengan mempersiapkan crane dan material perbaikan yang dikirim dari Kota Kupang, menempuh perjalanan minimal 10 jam perjalanan laut ke Sabu Raijua.
Dengan keterbatasan peralatan dan material, Oscar dan tim berjuang memulihkan listrik di Pulau Sabu.
“Prioritas pertama kami adalah menyalakan pangkal-pangkal penyulang khususnya yang mendukung fasilitas umum seperti Kantor Bupati, Rumah Sakit, tower-tower telekomunikasi, dan transaksi perbankan,” tuturnya.
Hingga pada 1 Mei 2021, Oscar dan Tim mendapat bantuan crane tambahan untuk pemulihan listrik Pulau Sabu. Perjuangan Oscar dan tim membuahkan hasil. Tercatat hingga kini, PLN Sabu sudah berhasil memulihkan 74 gardu dari total 75 gardu di Pulau Sabu dan sekitar 7.200 pelanggan sudah menikmati listrik kembali.
Sementara itu, kondisi Kelistrikan di seluruh wilayah NTT hingga Minggu (2/5) pukul 12.00 wita sudah mencapai 99,82%. PLN sudah berhasil memulihkan 3.995 Gardu dan 635.152 Pelanggan sudah menyala.