TRIBUNNEWS.COM - Inilah profil Amon Djobo, Bupati Alor, NTT yang memarahi serta mengusir dua staf Kemensos.
Nama Bupati Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), Amon Djobo menjadi sorotan setelah videonya viral dan tersebar ke media sosial.
Dalam video berdurasi 3.09 menit, Amon Djobo marah-marah terhadap dua staf Kementerian Sosial (Kemensos) yang merupakan anak buah Tri Rismaharini.
Amon Djobo marah karena bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) dari Kemensos justru diurus oleh DPRD Alor.
Ia juga mengusir dua staf Risma tersebut agar segera meninggalkan Kabupaten Alor.
Baca juga: POPULER Regional: Viral Bupati Alor Marahi 2 Staf Risma | Remaja Bunuh Diri sambil Video Call Pacar
Baca juga: Viral Bupati Alor Memarahi 2 Staf Risma, Berawal dari Santunan Kemensos untuk Korban Siklon Seroja
Saat dikonfirmasi, Amon Djobo membenarkan sosok pria yang memarahi anak buah Mensos itu adalah dirinya.
Lebih lanjut, video itu terjadi dua bulan silam dan ia tidak tahu, siapa yang menyebarkan video tersebut.
Diketahui, Amon Djobo adalah Bupati Alor yang menjabat selama dua kali periode, yaitu 2014–2019 dan 2019–2024.
Sebelumnya, Amon Djobo juga pernah menjadi sorotan setelah mengancam akan menembak seorang kolonel TNI AD.
Berikut profil lengkap Amon Djobo sebagaimana dikutip Tribunnews.com dari berbagai sumber:
1. Biodata Amon Djobo
Dikutip dari infopemilu.kpu.go.id, Amon Djobo lahir di Kalabahi, Alor pada 22 Februari 1960.
Saat maju dalam Pilbup, Amon Djobo diusung oleh tujuh partai, yaitu Nasdem, PKS, PDIP, PPP, PAN, Demokrat, dan Gerindra.
Sebelum menjadi orang nomor satu di Alor, Amon Djobo adalah seorang PNS yang telah bekerja selama 35 tahun.
Ia pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga.
2. Harta Kekayaaan
Sebagai seorang pejabat, sudah menjadi Amon Djobo untuk melaporkan harta kekayaannya kepada KPK.
Dikutip dari situs elhkpn.kpk.go.id, Amon Djobo sudah tujuh kali membuat Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHPKN).
Saat maju sebagai calon Bupati Alor periode 2014 - 2019, Amon Djobo memiliki harta sebesar 290.504.954 berdasarkan laporan pada 2013.
Sementara setelah menjabat sebagai Bupati Alor, Amon Djobo memiliki harta kekayaan Rp 711.256.954 per 2017.
Terakhir, ia melaporkan harta kekayaannya pada 2 Februari 2021 dengan total harta yang dimiliki sebesar Rp 1.240.638.077.
Aset berupa tanah dan bangunan menyumbang sebagian besar harta kekayaan milik Amon Djobo.
Ia memiliki lima bidang tanah dan bangunan yang kesemuanya berada di Alor dengan nilai Rp 942 juta.
Selain itu, Amon Djobo juga memiliki dua unit mobil senilai Rp 90 juta serta harta bergerak lainnya, Rp 80.130.000.
Aset lain yang dimiliki Amon Djobo adalah kas dan setara kas yang nilainya Rp 128.508.077.
3. Mutasi Sejumlah ASN
Amon Djobo pernah dikritik karena melakukan mutasi besar-besaran sejumlah ASN di Alor.
Ia melakukan mutasi, pemberhentian (nonjob), dan pemecatan terhadap 1.381 ASN selama enam bulan sebelum Pilkada 27 Juni 2018.
Amon Djobo dikhawatirkan yang menyalahi UU Pilkada sehingga dilaporkan ke Badan Pengawasan Pemilu (Bawaslu) di Jakarta pada Maret 2019.
Heriyanto, kuasa hukum Pelapor kasus mutasi ASN Kabupaten Alor, Roberth J Tubulau menduga Amon Djobo melanggar Pasal 71 ayat (2) UU Pilkada.
Menurut Heriyanto, penetapan pasangan calon kepala daerah Pilkada Serentak 2018 dilakukan pada 12 Februari 2018.
Ketika itu, sebagai petahana, Amon Djobo dan pasangannya Imran Duru juga ditetapkan menjadi paslon Bupati-Wakil Bupati Kabupaten Alor.
Namun, dalam kurun waktu 6 bulan sebelum 12 Februari 2018, Amon Djobo telah melakukan mutasi ASN secara berkala.
"Kami ada datanya, dalam kurung waktu enam bulan sebelum penetapan pasangan calon hingga masa jabatan berakhir, Maret 2019, Amon Djobo telah melakukan mutasi ASN," beber dia.
4. Ancam Tembak Kolonel TNI AD
Aksi lain yang pernah dilakukan Amon Djobo dan menuai sorotan adalah saat ia diduga melakukan penghinaan seorang kolonel TNI AD pada Oktober 2020.
Bahkan Amon Djobo sempat mengancam akan menembak mati Kasie Log Korem 161 Kupang, Kolonel (Cpl) Imanuel Yoram Dionisius Adoe.
Dikutip dari Pos Kupang, Amon Djobo diduga telah melakukan penghinaan terhadap perwira pejabat tinggi Korem 161 Kupang.
Ia menulis kata tidak pantas dalam risalah dokumen terkait penyelesaian kerja sama tanah TNI yang digunakan pihak Polri di Kabupaten Alor.
Dokumen itu ditujukan dan diberikan kepada Kasi Log Korem 161 Wirasakti.
Imbasnya, Amon Djobo sempat dilaporkan ke Polda NTT dan menyandang status sebagai tersangka.
Masalah ini berakhir setelah kedua belah pihak duduk bersama dan melakukan mediasi.
Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Maruli Simanjuntak mengatakan, apa yang terjadi antara Amon Djobo dan Kolonel Imanuel hanya merupakan persoalan kesalahpahaman belaka.
"Sudah, sudah bicara. Sudah aman. Kita akan selesaikan dengan baik, kita sama sama aparat pemerintah, itu kan hanya salah paham biasa itu," ujar Mayjen TNI Maruli Simanjuntak, 18 Desember 2020.
5. Marahi 2 Staf Risma
Kini, Amon Djobo menjadi sorotan setelah kedapatan memarahi dua staf Mensos Risma.
Dari video yang beredar, Amon Djobo yang mengenakan pakaian safari warna merah dan topi tampak memarahi dua orang tersebut.
Terdengar, Amon Djobo marah dan menyebut soal pendistribusian bantuan sosial PKH Kemensos.
Ia marah karena bantuan sosial yang seharusnya diurus oleh daerah, malah diurus oleh DPRD Alor.
Amon Djobo juga mengusir dua staf itu agar segera meninggalkan Kabupaten Alor.
Ia tampak tidak peduli dan berjalan meninggalkan staf tersebut setelah meluapkan kemarahannya.
Kepada wartawan, Amon Djobo mengakui video yang beredar tersebut adalah dirinya.
Ia memarahi dua staf Kemensos yang datang untuk melaporkan terkait bantuan santunan kematian bagi korban bencana Siklon Seroja di wilayah itu.
Pemicu kemarahan itu, berawal dari laporan Menteri Sosial Tri Rismaharini kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat pertemuan virtual penanganan bencana di Provinsi NTT dan NTB dengan gubernur dan para bupati yang berlangsung pada 7 April 2021 lalu.
Saat itu, Risma melaporkan kepada Presiden, telah menyalurkan bantuan kepada korban bencana di Kabupaten Alor melalui DPRD.
"Tanggal 6-7, Presiden pimpin rapat virtual dengan gubernur dua provinsi dan bupati."
"Menteri Sosial laporkan kirim bantuan lewat DPRD Alor. Itu membuat ketersinggungan kami," kata dia.
Karena itu, saat dua anak buah Risma datang untuk melaporkan soal bantuan tersebut, Amon Djobo tersulut emosi dan langsung marah.
Ia mengatakan, harusnya bantuan itu diberikan melalui DPRD saja.
"Mereka datang yang dua orang, bilang ada datang bawa bantuan untuk yang meninggal Rp 15 juta."
"Itu yang saya marah. Lu kasih di DPRD yang bagi. Kenapa kasih di kami," ujar dia.
Menurut Amon, kemarahannya beralasan karena ia menilai Kemensos melangkahi Pemerintah Kabupaten Alor dalam penyaluran bantuan bagi korban bencana.
"Marah itu karena mereka langkahi pemerintah daerah. Apalagi hanya karena kepentingan politik," tambah Bupati Amon.
Namun demikian, terkait kejadian itu, diakui Amon Djobo telah terjadi dua bulan silam.
Ia mengaku tidak mengetahui siapa yang menyebarkan video itu hingga viral.
(Tribunnews.com/Sri Juliati, Pos Kupang/Ryan Nong)