Akbar pernah diliput salah satu media pada tahun 2000 saat terjadinya konflik tersebut. Ia mengatakan bahwa perusahaan yang dijalankannya tak luput dari intimidasi sejumlah oknum.
Bahkan, banyak bus PO Kurnia yang dibakar. Meski kondisi semakin kritis, namun sebagian bus yang kondisinya baik tetap melayani rute Medan-Banda Aceh.
"Ada sekitar 20 bus yang dibakar. Tapi, sampai sekarang tidak jelas siapa yang membakar. Kami hanya tahu itu ulah oknum-oknum yang tidak jelas," jelasnya.
Saat tsunami menghantam Serambi Makkah, sekitar 50 bus di pool Banda Aceh terkena dampaknya. Pagar pool juga terseret arus sampai ke jalan raya. Di tengah kondisi seperti itu, Akbar mengaku harus cerdas dalam mengambil kendali dan mengatur anggaran dengan cermat hingga membangkitkan semangat para kru bus.
Akan tetapi, tsunami dinilai Akbar justru menjadi semacam blessing in disguise alias berkah tersamar. Sebab, setelah gelombang itu pergi dan kondisi berangsur-angsur normal, bisnisnya semakin terangkat dan mulai normal karena banyak orang yang mengunjungi Aceh.
"Setiap proses tidak pernah menghianati hasil, jatuh bangun yang dialami Akbar membuatnya terbiasa menghadapi persoalan. Setiap peristiwa pasti ada hikmahnya, akbar tertakdir harus menjadi dewasa sebelum waktunya dan berpikir seperti orang tua sebagaimana masih sibuk bermain seperti teman sebayanya," kata Akbar.
Kini, Akbar sudah berada pada titik dimana mencapai goals yang ia inginkan selama ini. Tentu tak perlu bersusah payah memikirkan bisnisnya seperti dulu lagi karena sudah berjalan dengan baik, namun tetap ada inovasi baru yang akan ia lakukan di masa-masa mendatang sesuai kebutuhan pasar.
Akbar mengatakan bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk berkembang menjadi yang terbaik. Yang membedakan hanyalah usaha dan keseriusan dalam menapaki seluruh mimpi-mimpi di bumi.
"Pepatah juga mengatakan ‘tidak ada makan siang yang gratis’ begitu juga dengan kesuksesan tidak bisa dicapai dengan instan. Mengembangkan potensi bukan untuk status sosial yang lebih tinggi namun memberikan manfaat untuk banyak orang," terang Akbar.
Tidak hanya menekuni usaha otobus, Akbar sejak 2008 juga mulai melebarkan sayap dengan berekspansi di bidang perkebunan kelapa sawit tepatnya berlokasi di Blang Seunong, Aceh Timur. Jumlah lahan yang dimiliki tidak sedikit hampir mencapai 6000 hektare.
Kemudian, Akbar juga memulai bisnis baru yaitu membuka sebuah hotel bintang tiga di Medan yang diberi nama Hotel Saka yang berlokasi di Jalan Gagak Hitam Medan dan hotel berbintang empat yaitu Swissbell In Hotel di Jl.Gajah Mada Medan.
Di luar bisnis keluarga, ia juga tengah mengembangkan bisnis sendiri bersama beberapa teman pebisnis muda di bidang properti. "Bisnis di bidang realestate tengah berkembang pesat di ibukota Sumut, hal itulah yang membuat bisnis ini cukup menjanjikan," jelas Akbar.
Di sisi lain, ternyata Akbar memiliki hobi bidang olahraga yang membuat setiap aktivitas menjadi seimbang. Menurut pria kelahiran 25 November 1988 ini sangat penting mengisi kegiatan di luar bisnis dengan berorganisasi.
Selain aktif sebagai Ketua Umum Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) Sumatera Utara, Akbar juga dikenal sebagai perally. Sejumlah event rally nasional diikuti driver Mitsubishi Evolution 9 itu. Pada 2006, dia bahkan pernah meraih juara nasional di kelas pemula.
"Kalau tidak ada urusan bisnis atau event rally, saya biasa bersepeda di sekitar Medan,” tandas anak pertama dari dua bersaudara pasangan bapak H. Buchari Usman dan Ibu Hj. Sisiliana Hasibuan tersebut.