"Sangat parah dampaknya, biasanya dalam sehari saya bisa menjual 100 cup minuman, tapi sekarang 20 saja Alhamdulillah," kata Eni.
Eni mengatakan, karena PPKM dia harus pintar-pintar mengelola keuangan dari hasil penjualan.
Dia banyak berhemat dengan cara mengurangi jatah makanan bagi dirinya dan keluarga.
"Sekarang mah makan sepiring berdua saja sudah Alhamdulillah, tidak memikirkan lauknya apa, ketemu nasi saja sudah bersyukur," kata dia.
Bukan hanya dirinya yang merasakan langsung dampaknya, tapi juga suaminya yang berprofesi sebagai tukang ojek.
Katanya, sejak PPKM, suaminya memilih berjualan dengannya lantaran sepi penumpang.
"Apalagi ada kebijakan jalan ditutup, di atas jam 7 malam nggak bisa kemana-mana karena banyak jalan yang ditutup, penumpang tidak ada," kata dia.
Sementara pedagang lain, Jefri, berharap mendapat bantuan dari pemerintah.
Sejak PPKM, kata dia, belum pernah mendapat bantuan sama sekali baik beras maupun uang.
Kata Jefri, pedagang lain pernah mendapat bantuan beras dari petugas yang berkeliling memberi bantuan, namun dirinya tidak dapat lantaran gerobaknya sudah tutup lebih dulu.
"Besoknya saya tanyakan ke petugas, katanya harus divaksin dulu kalau mau dapat, sementara saya belum divaksin, dulu enggak kebagian karena antri," kata Jefri.
Sementara itu, Asisten Daerah (Asda) I Bidang Pemerintahan dan Kesra Setda Kabupaten Lebak, Alkadri, mengatakan hingga saat ini, bantuan untuk PKL sudah disalurkan sejak PPKM digulirkan awal Juli lalu.
bantuan sebanyak 4,5 ton beras hingga kini sudah disalurkan.
"Sudah kita salurkan langsung, paket sembako terdiri dari beras lima kilogram hingga minyak goreng, melalui Satpol-PP turun langsung langsung untuk para PKL di Rangkasbitung," kata Alkadri kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Rabu.