TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Dua pekan lebih telah berlalu, polisi belum juga mampu memecahkan teka-teki siapa pembunuh sadis yang menghilangkan nyawa dua orang di Subang, Jawa Barat.
Sebanyak 23 saksi telah diperiksa secara bergantian, termasuk suami korban Yosep dan istri keduanya M.
Tuti Suhartini (55) dan putrinya Amalia Mustika Ratu (23) ditemukan tewas terbunuh dan mayatnya ditumpuk di bagasi Toyota Alphard di Jalan Cagak, Subang 18 Agustus lalu.
Sampai kini polisi belum juga mengungkap kasus tersebut.
Baca juga: Yosef dan Istri Mudanya Depresi, Banyak Fitnah Terkait Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang
Penggunaan teknologi digital dan anjing pelacak pun telah dikerahkan petugas guna menguak tabir misteri dari kasus yang terjadi pada 18 Agustus tersebut.
Kriminolog Unpad, Yesmil Anwar pun angkat bicara, terkait mengapa tersangka hingga kini masih sulit dibuktikan oleh polisi.
Menurutnya yang perlu ditelusuri dan diperhatikan, selain keterangan saksi dan temuan dugaan barang bukti di tempat kejadian perkara, tapi juga faktor X yang dimungkinkan saling berkaitan, antara keterangan saksi dan kondisi kondisi korban semasa hidup.
"Sebenarnya saya juga agak mempertanyakan, karena beberapa waktu lalu, polisi dengan lantang menyatakan bahwa ini merupakan kriminal murni, tapi kok begini lama pengungkapan kasusnya. Maka kita pun bertanya-tanya apakah ada faktor x atau hambatan-hambatan yang dapat mengganggu jalannya penyelidikan di lapangan," ujarnya saat dihubungi melalui telepon, Jumat (3/9/2021).
Baca juga: Update Pembunuhan di Subang: Yosef dan Istri Kedua Disebut Alami Depresi Akibat Tudingan Liar
Melihat proses penyelidikan yang dilakukan dan sulitnya pengungkapan tersangka, Yesmil pun menduga bahwa kasus ini merupakan jenis pembunuhan berencana.
Oleh karena itu, bila kasus ini merupakan pembunuhan berencana, maka yang harus ditelusuri adalah potensi motif pembunuhan yang dilakukan.
Terlebih dalam setiap kasus pembunuhan berencana, selalu terkait dengan tiga motif utama yang menyertainya, yaitu motif hubungan sosial, seperti asmara, lalu, motif kekuasaan, dan harta.
"Ketiga motif tadi selalu menjadi latarbelakang dari orang melakukan tindak kejahatan.
Dengan demikian maka pihak kepolisian harus menelusuri kemungkinan dari ketiga motif tersebut, apakah ada kaitannya dengan masalah finansial, kekuasaan, atau hubungan sosial antara korban dengan pelaku, termasuk karakter korban dengan orang lain semasa hidupnya," ucapnya.
Baca juga: Yosef Curigai Mr X dalam Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang, Sering Datang ke Rumah Malam-malam
Meskipun pendekatan motif sudah menjadi cara klasik, tapi lanjutnya, hal itu dalam ilmu kriminologi tetap menjadi penting untuk dilakukan.