Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sirtupillaili
TRIBUNNEWS.COM, LOMBOK TENGAH - Sejumlah warga di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) mendadak menjadi miliarder.
Ya mereka adalah warga pemilik lahan yang sudah mendapatkan ganti rugi atas pembebasan lahan megaproyek KEK Mandalika.
Mereka kini bisa tersenyum lebar meski hasil yang diterima harus dibagi lagi dengan anggota keluarga yang lain.
Warga yang mendapat ganti rugi sesuai harapan sangat senang dengan pembangunan Sirkuit Mandalika.
Walau sawah mereka hilang, akses jalan kini sangat luas dan lebar.
Perbaikan infrastruktur itu memberi harapan dan peluang ekonomi yang bisa dimanfaatkan.
Khususnya bagi warga yang masih punya sisa lahan di lokasi tersebut.
Seperti Haji Maye alias Saye (50), warga Dusun Songgong, Desa Mertak, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.
Dia termasuk beruntung.
Rumahnya berada di ujung bypass dari Bandara Lombok menuju KEK Mandalika.
Tepatnya di dekat gerbang timur KEK Mandalika.
Setelah pembebasan lahan, dia masih memiliki sisa tanah sekitar 15 are sebagai tempat tinggal bersama keluarga.
Lahan itu dibagi-bagi kepada empat orang anaknya yang rata-rata sudah berkeluarga.
Haji Maye dan keluarga pun tidak harus angkat kaki dari tanah kelahirannya.
Kepada TribunLombok.com, Haji Maye menuturkan, sekitar 22 are tanahnya dibayar Kementerian PUPR untuk pembangunan bypass.
Dia mendapatkan harga layak.
Dimana 1 are dibayar seharga Rp 200 juta.
Bila ditotal harga tanahnya mencapai Rp 4,4 miliar.
Tapi pemerintah memberi ganti rugi tanah beserta bangunan, sehingga dia mendapatkan uang sekitar Rp 5 miliar.
Meski mendapatkan uang miliaran rupiah, Haji Maye tidak membeli barang-barang mewah.
Uang tersebut dia belanjakan lagi untuk membeli sawah dan tanah di tempat lain.
Baca juga: Bamsoet: Progres Pembangunan Sirkuit Mandalika Capai 92 Persen
Sebagian uangnya dipakai membangun usaha kos-kosan atau penginapan di tempat tinggalnya saat ini.
Dia juga membuat warung kecil-kecilan sebagai tempat jualan.
Uang miliaran tersebut dalam sekejap habis dipakai untuk membangun usaha dan membeli sawah agar tetap bisa bertani.
"Habis dia (uangnya), banyak habis, bangket habis segale (sawah habis semua)," kata Haji Maye.
Hanya saja, dia tidak bisa lagi membeli sawah di dekat kawasan Mandalika karena harganya sudah selangit.
Dia pun membeli sawah ke Desa Mujur, Lombok Tengah.
Lokasinya cukup jauh dari tempat tinggalnya saat ini.
Di Desa Mujur dia membeli tanah seharga Rp 20 juta per are.
"Ada untung," katanya tersenyum.
Meski demikian, Haji Maye mengaku masih memiliki lahan yang belum dibayar pemerintah sekitar 95 are.
Karena itu dia mengajukan gugatan ke pengadilan.
"Masih berperkara, belum selesai," katanya.
Melihat akses jalan di kawasan tersebut kini semakin bangus, Haji Maye mengaku sangat senang.
Karena rumahnya menjadi ramai dilalui banyak orang.
"Demen (suka)," kata pria yang tidak lancar bahasa Indonesia ini.
Karena itu, dia pun rela menghabiskan banyak modal untuk membangun penginapan di lokasi tersebut.
Karena Haji Maye melihat ada peluang ekonomi di sana.
Terlebih lokasi rumahnya persis di pintu masuk menuju Pantai Tanjung Aan yang nanti tembus ke Sirkuit Mandalika.
Tapi kos-kosan tersebut belum rampung.
Baca juga: Update Pembangunan Sirkuit Mandalika, Atap Race Control Terinspirasi Rumah Adat Suku Sasak
Jefri (21), cucu Haji Maye mengatakan, dengan pembangunan jalan saat ini, dia senang karena kawasan tersebut semakin ramai dilalui banyak orang.
Dia dan keluarga masih tinggal di sisa lahan yang ada.
Sehingga tidak benar-benar angkat kaki dari rumahnya.
Dia pun berharap sisa lahan keluarganya yang belum dibayar segera diselesaikan. Sehingga mereka bisa lebih tenang.
Bila dibayar, mereka akan kembali membeli tanah sebagai tempat bertani.
Meski lokasi sawah yang akan dibeli cukup jauh, tidak masalah yang penting masih bisa tetap bertani.
Artikel ini telah tayang di TribunLombok.com dengan judul Mendadak Jadi Miliarder, Warga Lingkar Mandalika Pilih Beli Tanah Baru dan Bangun Penginapan