Berjualan dari pagi hingga sore hari demi menghidupi kedua putranya, agar bisa bersekolah.
Lelah, letih, semua terbayarkan dengan banyaknya pelanggan yang berdatangan membeli dagangan baktus, dagangan yang dibawa pagi hari selalu habis di sore hari.
Nikmatnya bakso dengan kuah hangat menjadi favorit para mahasiswa, setiap hari ia dan istrinya selalu sibuk melayani para pembeli.
Suatu hari, pada bulan maret 2018 sekitar pukul 10 saat ia baru sampai di lokasi tempat biasa berdagang, tiba-tiba dari beberapa orang dari kepolisian menghampiri.
Mengeluarkan beberapa lembar kertas yang berisi surat laporan dan surat penangkapan dengan dugaan menjual bakso berbahan daging babi.
Tarsyd dan istrinya lemas, tidak mengerti apa yang terjadi, ia kemudian dibawa menuju kantor untuk dimintai keterangan.
Ternyata ada seseorang mahasiswa S2 yang mengaku telah melakukan penelitian di lab, dan menemukan kandungan diduga daging babi pada dagangan mereka.
Tarsyd dimintai keterangan oleh pihak kepolisian, namun ia tidak ditahan hanya dijadikan terlapor, karena pihak kepolisian menunggu hasil uji lab terbaru dari sampel yang baru saja diambil saat penangkapan.
Ia merasa terpukul dengan kejadian tersebut, dampak sosial sangat dirasakan oleh Tarsyd, istrinya dan anak-anaknya.
Bahkan salah satu anaknya sempat berfikiran untuk berhenti dari sekolah karena merasa malu.
Uji lab dilakukan selama 12 hari pasca penangkapan tersebut, di hari ke 11 Yuli, istri Tarsyd mendapatkan telepon dari kepolisian.
Harap-harap cemas ia mengangkat telepon tersebut, terdengar suara dari seorang polisi, mengatakan
"Silahkan ibu datang ke Polda dengan membawa dagangannya, bapak Kapolda borong semua dagangannya"
Perasaan senang campur haru keduanya rasakan, Tarsyd mulai merasa lega, karena ini artinya hasil uji lab negatif mengandung daging babi.