Kemudian ia harus bekerja di tengah terik matahari dan debu jalanan jalur pantura Semarang.
Dengan segenap perjuangan tersebut, ia hanya mampu kantongi uang Rp15 ribu sampai Rp20 ribu perhari.
"Sehari dapat segitu. Paling banter Rp20 ribu," katanya.
Uang sejumlah itu, sambung Agus, harus dicukupkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Apalagi ia masih memiliki satu anak yang masih kuliah.
"Total anak saya empat.Perempuan semua. Tiga sudah menikah. Tinggal satu masih kuliah mau lulus," jelasnya.
Ia pun mengaku, hanya memiliki sisa uang pensiunan Rp800 ribu perbulan.
Sebenarnya uang pensiunannya mencapai Rp3 juta lebih.
Jumlah tepatnya ia lupa.
Setelah dipotong oleh pinjaman Bank, uang pensiunan yang diterima sejumlah tersebut.
"Iya dulu pernah minjam di bank untuk keperluan mendesak di keluarga sebesar Rp150 juta," kata kakek tujuh cucu itu.
Ia mengatakan, uang Rp800 ribu tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Maka ia terpaksa memutar otak agar tetap bisa memenuhi kebutuhan keluarganya.
"Lihat di jalan ada orang kerja jadi manusia silver jadi langsung terpikir untuk mencobanya," katanya.
Ia menyebut, anak dan mantunya ada yang menjadi Guru honorer, supir dan anggota TNI.
Tapi ia pantang meminta kepada anak-anaknya.
Maka sesulit apapun kondisinya ia memilih untuk bekerja sendiri.
Meski harus kerja jadi manusia silver.
"Malu kalau minta anak. Misal dikasih ya terima tapi diminta saya gak mau," ungkapnya.
Agus Dartono (61) merupakan pensiunan Polri pada tahun 2018.
Menjabat terakhir menjadi anggota Unit Lantas Polsek Tembalang.
Ia juga pernah mencicipi bertugas di satuan Serse, Dalmas, Sabhara dan Unit Lalu Lintas.
Paling lama ia berkarir sebagai Dalmas dengan pangkat terakhir Aipda.
Paling singkat berkarir di satuan serse hanya satu tahun.
Ia masuk ke institusi Polri tahun 1982.
Pernah bertugas di Timur-timur, sekarang Timor Leste selama setahun. (tribun network/thf/TribunJateng.com)