Oleh karena itu usulan kami kepada pemerintah pusat dan daerah agar ada satu suara bersinergi. Karena setiap kelembagaan mengeluarkan peraturan itu tumpang tindih.
Ketika buka, kesehatan Bali ini kan direncanakan dari awal sebagai pilot projects. Makanya vaksinasi digenjot dan sebagainya. Dan masyarakat Bali tingkat kepatuhannya di atas 90 persen terhadap prokes. Jadi apalagi yang harus dikhawatirkan.
Kalau memang mengatakan akan ada gelombang ketiga sampai kapan kita seperti ini kalau tidak ada keberanian. Justru dengan adanya vaksinasi ini harus ada keyakinan bahwa sesuatunya berubah lebih baik.
Bahkan tahun lalu tidak vaksin belum berjalan, makanya wajar kalau sekarang treatment disamakan dengan tahun lalu yang belum ada vaksinasi kan tidak tepat juga.
Jadi oleh karena itu kita harus ada keyakinan dan mempunyai keberanian dalam membuka Bali secara menyeluruh dalam artian peraturan ini benar. Jangan seolah dibuka, tetapi nyatanya tidak. Saya analogikan ketika kami sudah bersih-bersih rumah dan sebagainya, tapi gemboknya masih dibawa. Bagaimana mau masuk? Kan tidak bisa.
Apa saja aturan dari pemerintah pusat yang perlu dievaluasi sehingga wisman bisa datang ke Bali?
Peraturannya harus diubah. Selama peraturan yang sekarang tetap dijalankan akan seperti ini terus.
Contohnya visa, mengapa tidak dibuka aja? Visa on arrival, misalnya, kepada negara-negara 19 ini. 19 negara ini sudah dikategorikan low risk country. Kalau misalnya medium risk country, bisa saja dilakukan yang lebih ketat. Ini parameternya jelas.
Jadi ketika visanya sudah oke, karantina tidak ada, airline juga diberikan aturan yang jauh lebih mudah, ya otomatis wisatawan akan datang.
Satu hal yang sangat penting bahwa liburan summer tahun depan 2022 yang mulai Mei dan seterusnya itu mereka periode booking-nya mulai Desember, Januari, Februari sudah ada bookingan untuk liburan Mei tahun depan.
Apabila peraturan ini tidak ada perubahan sampai dengan awal Desember, maka kita akan kehilangan momen satu tahun lagi di 2022. Jangan berharap banyak 2022 akan ada turis. Kita akan siap-siap untuk melarat lagi. Nah apa kita mau seperti itu?
Di sini perlu ada perhatian untuk Bali, terutama pelaku pariwisata 32 ribu yang mempunyai pekerjaan langsung di pariwisata dan jutaan orang yang ada di belakang 32 ribu tersebut.
Sekarang kalau memang harus aturan ini diperketat dan sebagainya, apa yang harus diberikan kepada kami? Sampai sekarang pelaku pariwisata Bali kan belum mendapatkan apa-apa. Bali dibuka kita meminta soft loan, bank tidak memberikan karena pergerakan ekonomi tidak ada.
Di sinilah peran semua pihak, termasuk pelaku pariwisata dan masyarakat. Mudah-mudahan apa yang kami sampaikan bisa membantu pemerintah juga agar derita masyarakat Bali saat ini bisa didengar oleh pusat.