TRIBUNNEWS.COM, MEDAN- Pelatih Biliar Sumatera Utara Khairuddin Aritonang akan melaporkan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi ke Polda Sumut.
Pria yang akrab disapa Coki ini membuat laporan ke Polda Sumut dengan dasar perbuatan tidak menyenangkan yang dibuat Gubernur Sumut Edy Rahmayadi kepada dirinya karena sudah menjewer ia di muka umum saat di Aula Tengku Rizal Nurdin.
"Saya akan membuat laporan ke Polda Sumut besok siang. Karena dia (Gubernur Sumut) sudah buat perbuatan tidak menyenangkan dengan cara menjewer dan memarahi saya di depan umum," katanya saat dijumpai di Cadika, Selasa (28/12/2021).
Ia mengaku sebelum melakukan tindakan yang diberikan Gubernur Edy Rahmayadi ke dirinya, ia juga sudah konsultasi dengan adik-adiknya alumni Fakultas Hukum terkait masalah ini.
Baca juga: Pelatih Biliar yang Dijewer Edy Rahmayadi Berprestasi Saat PON, Aritonang Sindir Balik Sang Gubernur
"Jadi kita sudah diskusi dengan adik-adik alumni Hukum. Makanya sudah kita niatkan besok buat laporan ke Polda," ujarnya.
Mengenai bawa nama apa dia untuk laporan ke Polda? Apakah bawa nama pribadi atau nama Pengprov Biliar? Coki menyatakan ia buat laporan membawa nama pribadi.
"Saya tidak bawa nama Pengprov Biliar. Saya bawa nama pribadi," tegas Coki.
Mengenai apakah tujuannya melapor Gubernur dan sampai kapan? Apakah harus sampai Gubernur Sumut minta maaf? Tidak. Ia hanya ingin proses hukumnya berjalan.
"Mau sampai kapan dan sampai di mana, yang penting proses hukum berjalan. Besok sudah kita tekadkan untuk buat laporan ke Polda dan semoga berjalan lancar dan diproses," katanya.
Ia pun berharap dengan buat laporan, Gubernur Edy jangan sok hebat karena yang bersangkutan tidak militer lagi. "Dia sekarang sudah jadi pemimpin Sumut. Jangan arogan kalau jadi pemimpin," pungkas Coki.
Penjelasan Khairuddin Aritonang
Pelatih Biliar Khairuddin Aritonang merasa heran ketika ia dipanggil Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dalam kegiatan pemberian tali asih atau bonus kepada atlet Sumut peraih medali pada PON Papua.
Pria yang akrab disapa Coki ini pun di panggil oleh Gubernur karena tidak tepuk tangan saat Edy Rahmayadi usai berpidato.
Baca juga: Polda Sumut Ambil Alih Kasus Penganiayaan Remaja di Parkiran Minimarket
"Jadi semua atlet dan pelatih dipanggil dan berkumpul di Aula Tengku Rizal Nurdin," katanya saat dihubungi www.tribun-medan.com, Senin (27/12/2021) malam.
Coki pun langsung memisalkan kepada wartawan Tribun Medan.
"Kaulah dulu, aku bicara terus semua tepuk tangan dan kau tidak. Terus kau kupanggil. Nah, apakah mau kau jawab karena pertanyaan ku, kenapa kau tak tepuk tangan? Begitulah kira-kira kejadian di Aula Tengku Rizal Nurdin yang aku alami," ujar Coki menjelaskan.
Lagi-lagi, Coki pun merasa heran kenapa dirinya dipanggil dan dimarahi di depan orang banyak hanya karena tidak tepuk tangan.
"Apa rupanya yang sudah dia (Edy Rahmayadi) berikan kepada insan olahraga terutama Biliar? " katanya.
Ia pun mengaku saat itu, bukan hanya dirinya saja yang dimarahi di depan umum sama orang nomor satu di Sumut ini.
"Banyaklah. Ada Kadispora Sumut, ada juga Ketua KONI Sumut. Yang pasti bukan aku sendiri. Tapi itu tadi, aku heran, kenapalah aku dimarahi di muka umum hanya karena tidak tepuk tangan," ujarnya.
Coki pun menyatakan bahwa setelah di maki-maki, ia langsung keluar.
"Aku bingungnya, apa yang harus ditepuk tangankan dari beliau. Toh omongan yang ia sampaikan semuanya biasa aja, jadi kenapa hanya karena tidak tepuk tangan, jadi kena marah di depan orang ramai," kata Coki.
Coki pun mengaku selama Gubernur di pimpin oleh Edy Rahmayadi, tidak ada perhatian beliau terhadap insan olahraga.
"Tidak ada perhatian nya. Terutama kami di biliar. Apa yang sudah beliau beri? Gak ada. Sehari-hari pun tidak ada perhatian kecuali saat ada even nasional seperti PON," ujarnya.
Masih dikatakan Coki, semua peralatan biliar untuk latihan para atlet sudah jauh tertinggal. Terus, masih kata Coki, pidato Gubernur Sumut pun biasa saja dan tidak ada yang patut diberi tepuk tangan.
"Marah-marah, maki-maki tak nyambung itu kan aneh, emosional tidak jelas. Kalau marah-marah, maki-maki tapi dunia olahraga maju, ya bagus, ini kan tidak," kata Coki.
Baca juga: PDIP Sumut Pecat Kadernya yang Aniaya Pelajar di Parkiran Minimarket
Ia pun berharap agar Gubernur Sumut harus memperhatikan cara bicaranya.
"Jangan asal bicara. Kalau sudah berbuat dan bicara, itu bisalah diterima. Ini, apa yang sudah diberikan? Perhatian yang bagaimana yang sudah ia salurkan? Hanya ada saat even besar seperti PON. Lainnya tidak ada," katanya.
Mengenai apakah ia tertidur saat Gubernur Sumut Edy Rahmayadi tengah berpidato? Coki pun membantah hal tersebut.
"Saya tidak tertidur dan saya mendengar apa yang beliau sampaikan," ujarnya.
Edy berdalih harus tegas
Edy mengatakan, Sumut membutuhkan orang-orang yang siap berjuang demi memberikan prestasi yang terbaik.
Terlebih pada tahun 2024, Sumut akan menjadi tuan rumah PON.
"Saya terpaksa berlakukan tegas. Apalagi dia seorang pelatih," ujarnya.
Edy berharap Sumut harus benar-benar siap. Ia pun menceritakan pengalamannya ketika memantau perjuangan atlet Sumut di PON Papua lalu.
Salah satunya di arena catur. Di cabang orahraga itu Sumut kekurangan satu orang atlet.
Padahal di lokasi yang sama, ia justru menemui banyak atlet catur yang memiliki marga, namun justru tak membela nama Sumut.
"Saya ada tunggu enam jam di arena catur, kenapa cuma tiga? Padahal tuntutan main ada empat. Satu tak berangkat. Tak ada pemainnya. Saya toleh ke kiri dan kanan ada enam orang bemarga di sana. Tapi bawa nama provinsi lain," ungkapnya.
"Bahkan Margareth Damanik mengalahkan grand master internasional catur. Di mana salah kita?" sebutnya.
(Sofyan akbar)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Dijewer dan Dimarahi Gubernur Sumut Edy Rahmayadi di Depan Umum, Coki Akan Laporkan ke Polda Sumut
dan
Bawa 12 Medali dari PON Papua, Pelatih Biliar Berprestasi Sumut Ini Malah Dipermalukan Edy Rahmayadi