News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Liputan Khusus

Cuaca dan Permintaan di Hari Natal dan Tahu Baru Picu Kenaikan Harga Telur dan Daging

Editor: cecep burdansyah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pedagang menata tumpukan cabai di Pasar Senen, Jakarta Pusat. Harga cabai terus melonjak tinggi menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.(Tribunnews/Irwan Rismawan

TRIBUNNEWS.COM, PANGKALPINANG - KEPALA Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kota Pangkalpinang, Donal Tampubolon tak menampik saat ini sejumlah harga bahan pokok mengalami kenaikan seperti telur, cabai hingga daging ayam.

Menurutnya kenaikan harga dikarenakan tingginya permintaan menjelang Natal dan Tahun Baru dan diperparah dengan kondisi cuaca akhir-akhir ini.

“Di tingkat distributor memang sudah naik untuk harga telur. Telur naik itu sekitar satu bulan terakhir,” kata dia kepada Bangka Pos, Selasa (28/12).

Donal menyebut, untuk harga telur broiler di sejumlah pasar di Pangkalpinang saat ini berada di kisaran harga Rp25 ribu per kilogram. Sedangkan telur ayam kampung Rp60 ribu per kilogram.

“Memang ada kenaikan sedikit karena pasokan yang terhambat. Selain dari lokal, pasokan telur juga datang dari luar Bangka Belitung,” jelas Donal.

Sementara itu untuk daging ayam, lanjut dia, pihaknya baru mengetahui bahwa harga daging ayam mencapai Rp45 ribu per kilogram.

Biasanya harga ayam naik dikarenakan di tingkat distributor juga telah naik, belum lagi kebanyakan para pedagang di Pangkalpinang tak membeli langsung dari distributor melainkan dari broker.

“Harga daging ayam ini fluktuasi, kemarin harga sekitar Rp40 ribu. Pedagang juga tidak bisa beli di distributor, karena distributor mau uang cash dan pedagang tidak sanggup jadi memakai jasa broker,” sebutnya.

Sedangkan untuk harga cabai sendiri, ujar Donal, juga dipengaruhi oleh cuaca yang belakangan ini tidak menentu sehingga mempengaruhi pasokan cabai ke Pangkalpinang. Selain itu, cabai lokal juga belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan cabai.

“Cabai memang seluruh Indonesia naik karena musim hujan, cabai agak mahal. Karena produksi cabai di musim hujan juga tidak bagus. Cabai lokal juga tidak bisa mengkover hingga harga mahal,” urai Donal.

Kendati demikian, dalam waktu dekat pihaknya akan segera melaporkan masalah ini ke Satuan Tugas (Satgas) Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengingat peternakan ayam maupun telur berada di kabupaten penopang Pangkalpinang.

“Untuk operasi pasar kita juga tidak ada dananya lagi karena akhir tahun. Broker memang ada di kita, nanti ini juga akan kita laporkan untuk dipanggil,” tegasnya.

Rutin Tiap Tahun
Terpisah Kepala Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bangka, Asep Setiawan mengatakan kenaikan harga sejumlah bahan pokok rutin terjadi setiap akhir tahun.

"Sebelumnya, normal harga telur ayam perbutirnya Rp1.500 dan kini menjadi Rp1.800," kata Asep saat dihubungi Bangka Pos, Selasa (28/12).

Sementara jika dihitung per kilo harga yang semula Rp25.000 menjadi Rp30.000.
Menurut Asep, ada beberapa hal yang menjadi faktor penyebab tingginya harga telur ayam. Satu di antaranya adalah permintaan pasar yang sangat tinggi menjelang Natal dan Tahun Baru.

"Selain itu, beberapa waktu terakhir ini produksi telur ayam juga menurun ditambah dengan harga pakan ayam yang meningkat," ucapnya.

Bahkan, faktor cuaca yang kurang baik juga membuat jalur distribusi telur ayam tergganggu.

"Kami belum tahu sampai kapan harganya akan begini, karena belum ada jawaban dari pihak distributor," ujarnya.

Buruknya lagi, kata Asep pihaknya tidak bisa menjanjikan pengadaan operasi pasar ataupun bazar sembako murah.

"Di kondisi menjelang akhir tahun ini, dari bulognya belum menyanggupi, sedangkan kalau program pemerintah daerah sudah selesai dilakukan saat hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha," katanya.

Sementara Bupati Bangka Mulkan juga menegaskan bahwa cuaca ekstrem adalah salah satu faktor penyebab utama harga telur ayam menjadi naik.

"Telur kan sangat rentan pengirimannya, karena ketika gelombang sedang tinggi menyebabkan banyak telur yang menjadi rusak dan pecah," ujar Mulkan.

Oleh karena itu, wajar saja jika para distributor tidak ingin mengambil risiko untuk menyuplai telur ayam.

Selain itu, tingginya curah hujan yang terjadi akhir-akhir ini mempengaruhi kondisi kesehatan ayam peternak.

"Ayam ternak itu kan harus berada di suhu yang stabil dan cenderung panas, sementara saat ini cuaca kita cukup dingin sehingga produktivitas ayam petelur menjadi terpengaruhi,” ujar Mulkan. (u1/u2)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini