"Untuk ikan ini bentuknya sama seperti jenis super red, memang hanya berbeda di warna saja," katanya.
Lansa menyebut semua arwana yang terdapat di dunia statusnya secara IUCN Red List masuk ke dalam status critically endangered (terancam punah).
Baca juga: Jawa Tengah Jadi Limbah Barang Bekas, Surga Bagi Penyelundup Pakaian Bekas Impor
Akibat DAS Rusak
Kepunahan yang mengancam ikan kelesak juga dikhawatirkan oleh pegiat lingkungan lainnya, Langka Sani yang juga Ketua Yayasan Konservasi Pusat Penyelamatan Satwa Alobi Foundation Bangka Belitung.
"Dari pantauan kami, terakhir ditemukan ikan arwana itu di Jebus, Bangka Barat. Populasinya sekarang sulit ditemukan di daerah lain, padahal dulu menyeluruh hampir ditemukan populasi ikan arwana di Pulau Bangka," ujar Langka kepada Bangka Pos, Selasa (4/1).
Kesulitan menemukan populasi ikan kelesak ini diakui Langka karena daerah aliran sungai (DAS) yang tak seperti dulu lagi.
"Hal ini akibat rusaknya DAS karena aktivitas tambang ilegal, maka populasi arwana Bangka jadi sulit ditemukan," ungkapnya.
Karena itu, kata Langka, Alobi Foundation Babel akan melakukan konservasi ikan arwana lokal yang sudah sulit ditemukan di sungai Pulau Bangka dan Belitung.
Lanjut Langka dalam waktu dekat, mereka akan segera membangun Arwana Babel Conservation Center (Arabbacon Center) yang terletak di Desa Kace, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka.
Dia menjelaskan terkait upaya konservasi ikan arwana ini mereka sudah menyiapkan lahan seluas 7.000 meter yang berisi 4 kolam.
"Itu untuk konservasi ikan arwana Bangka dan Belitung, salah satunya ada green pino, ada silver juga,” sebutnya.
Langka juga berharap pemerintah daerah dapat berkonsultasi dengan LIPI, apakah ikan arwana di Bangka ini endemik atau sama dengan ikan arwana di daerah lain. (s2)
Baca juga: Kisah Pedagang Pakaian Bekas Impor: Untung Menurun, Diperas Oknum Tiap Hari