TRIBUNNEWS.COM - Terungkap fakta terbaru terkait kecelakan di Bantul.
Dari pemeriksaan awal, tidak ditemukan tanda jejak pengereman.
Peristiwa kecelakaan terjadi di sekitar Bukit Bego, Imogiri, Bantul pada Minggu (6/2/2022) siang.
Kecelakaan yang melibatkan bus pariwisata ini menewaskan 13 orang, termasuk sopir bus.
Bus tersebut mengangkut rombongan family gathering dari Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Terbaru, kepolisian menggelar olah tempat kejadian perkara (TKP) kecelakaan maut tersebut, Senin (7/2/2022).
Baca juga: Soal Indikasi Rem Blong Pada Kecelakaan Bus di Imogiri, Ini Kata Pakar UGM
Baca juga: Kisah Sedih Mulyadi: Kehilangan 7 Anggota Keluarga dalam Kecelakaan Bus Pariwisata di Bantul
Sebuah fakta pun terungkap. Dari pengamatan awal tidak ada jejak pengereman dari bus pariwisata yang menabrak tebing itu.
Selain itu, seorang korban selamat pun mengisahkan detik-detik saat kecelakaan terjadi. Termasuk percakapan antara sopir dan kernet bus.
Seperti apa?
Berikut sejumlah fakta terbaru kecelakaan bus pariwisata di Imogiri, Bantul, sebagaimana dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber:
1. Olah TKP Libatkan Tim Gabungan
Dikutip dari TribunJogja.com, pihak kepolisian menggelar olah TKP kecelakaan bus tersebut dan melibatkan tim gabungan pada Senin hari ini.
Mereka adalah tim traffic accident analysis (TAA) dari Korlantas Polri, TAA Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan TAA Polres Bantul.
Dirlantas Polda DI Yogyakarta, Kombes Iwan Saktiadi mengatakan, untuk langkah awal pihaknya melakukan olah TKP guna mengumpulkan sebanyak mungkin bukti dan fakta yang ada di lapangan.
"Langkah saat ini kita lakukan, hadirkan tim traffic accident analysis dari Korlantas Polri dan kerjasama sama dengan tim traffic accident Polda dan Polres Bantul untuk mengumpulkan sebanyaknya bukti dan fakta di lapangan," ucapnya.
2. Belum Bisa Simpulkan Penyebab Kecelakaan
Masih kata Iwan, pihaknya belum bisa menyimpulkan penyebab kecelakaan maut tersebut.
"Ada empat faktor yang mengiringi, mempengaruhi atau menyebabkan kecelakaan, bisa faktor manusia, faktor kendaraan, faktor lingkungan atau faktor jalan."
"Nah kita belum bisa menentukan faktor yang mana penyebab kecelakaan ini," ujar Iwan.
Iwan juga menjelaskan belum bisa menyampaikan terkait proses hukum kasus kecelakaan bus lantaran masih mengumpulkan bukti-bukti.
"Proses penyidikan belum berlangsung, jadi nanti soal penanganan hukumnya seperti apa. Yang bisa kita sampaikan hasil olah TKP akan kita maksimalkan untuk penyidikan lebih lanjut," katanya.
Disinggung terkait kondisi bus, Iwan juga masih menunggu penilaian dari tim ahli yang diterjunkan.
"Kalau bus layak atau tidak nanti ada ahli yang menyampaikan, ahli yang assessement pada kita nanti baru bisa kita sampaikan layak atau tidak," ujar Iwan.
3. Tak Ada Jejak Pengereman
Sementara itu, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono menilai, dari pengamatan awal tidak ada jejak pengereman dari bus pariwisata tersebut.
"Kita lihat di sini kan terakhir tidak ada jejak pengereman, itu fakta. Kenapa kok enggak ada? itu nanti dianalisa baru bisa ketahuan," kata Soerjanto, dikutip dari Kompas.com.
Selain itu, kata Soerjanto, dari geometri jalan untuk menganalisa penyebab kecelakaan.
"Jadi, di lokasi ini nanti kami akan detailkan ukur dari geometri jalannya, nanti kami hitung kalau memang geometrinya cukup ekstrem untuk bus besar, kami akan rekomendasikan seperti di Dieng."
"Berhenti di lokasi tertentu, naiknya pakai kendaraan kecil," kata dia.
"Dulu kayanya di sini pernah pakai shuttle bus," ucap Soerjanto.
4. Lokasi Kecelakaan adalah Turunan Tajam
Soerjanto juga menjelaskan, lokasi kecelakaan di Jalan Mangunan-Imogiri merupakan turunan tajam.
"Turunannya memang cukup tajam, itu fakta," kata dia.
Pihak KNKT juga akan melihat kondisi bus, karena sebagian besar penumpang yang meninggal dan luka berat terlempar dari bus.
Nantinya, akan dilihat apakah kursinya masih nempel dan ada sabuk pengamannya atau tidak.
"Penumpang yang meninggal umumnya terlempar keluar sama yang luka berat itu yang terlempar dari bus itu, menurut dari yang menolong seperti itu," kata dia.
Disinggung mengenai rekomendasi, Soerjanto mengaku dalam waktu dekat akan mengeluarkan rekomendasi.
"Tiga atau empat hari kami bisa keluarkan rekomendasi segera," kata dia.
5. Kesaksian Korban Selamat
Seorang penumpang bus yang selamat dari kecelakaan tersebut, Danarto menceritakan detik-detik peristiwa yang dialaminya.
Pria 38 tahun sudah merasakan firasat tidak enak saat bus mulai tidak kuat menanjak di kawasan Bukit Bego Imogiri.
"Saat mulai nanjak setelah keluar dari Becici, bus itu sudah tidak kuat, mesin sempat mati, dan penumpang udah mulai histeris," tuturnya.
Danarto yang duduk di samping sopir menambahkan, saat itu bus bahkan sempat mundur sedikit lantaran tidak kuat menanjak.
Sopir pun kemudian menyuruh kernet untuk mencari balok guna mengganjal roda bus agar tidak mundur.
Menurut Danarto, para penumpang pun kian histeris dan mulai panik serta ketakutan dalam situasi tersebut.
"Saya langsung buka pintu dan menyuruh penumpang turun, Alhamdulillah setelah itu bus udah bisa nyala lagi dan bisa naik, penumpang terus dimasukin lagi," lanjut dia.
Setelah itu, ia sempat mendengar percakapan antara sopir dan kernet bus bahwa kendaraan tersebut ada masalah.
"Saat mendengar itu, perasaan saya udah mulai ndak enak, tapi saya tetap diam saja takutnya nanti malah keluarga saya itu malah histeris semua," ujarnya.
Bus pun terus melaju dan mulai kembali menanjak.
Namun, ia menuturkan, saat bus mulai melewati jalan turunan, sopir bus sudah tidak bisa mengendalikan laju kendaraan.
Sopir pun, kata Danarto, terlihat sudah tidak bisa memainkan perseneling maupun rem bus.
Sementara dari arah berlawanan, ada kendaraan lain yang sedang naik.
"Saya sempat bertanya ke sopir 'Pir, ini gimana masih bisa ndak?', tapi sopir itu udah ndak ada yang bicara, diam semuanya, kelihatan panik."
" Saya sudah berpikir mungkin ini blong lah dan bus turun dalam kecepatan tinggi," paparnya.
"Pas rem blong penumpang udah pada teriak histeris semua, ada yang bersholawat, ada yang bertakbir," imbuh dia.
Lebih lanjut Danarto mengatakan, saat itu sepertinya sopir bingung hendak menabrakkan bus, tapi posisinya tidak memungkinkan.
Karena di satu sisi adalah jurang, sedangkan di sisi lain ada kendaraan dari arah yang berlawanan.
"Bolak-balik bus itu mau dihantemin kemana ndak tahu, lalu ada Elf dari bawah, itu mau dihantemin situ, takut semuanya habis."
"Kalau ke kiri jurang, akhirnya langsung ambil ke kanan, tebing itu," jelasnya.
Ia pun merasa bersyukur dirinya bersama keempat anggota keluarganya masih diberikan keselamatan dalam peristiwa nahas tersebut.
Danarto mengalami sejumlah luka di beberapa bagian tubuhnya.
Karena saat kecelakaan itu terjadi, dirinya terpelanting keluar dari bus dan masuk ke selokan.
"Sekarang yang saya rasakan di bagian dada agak masih sakit," katanya.
(Tribunnews.com/Sri Juliati/Santo Ari/Almurfi Syofyan) (Kompas.com/Markus Yuwono)