News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kecelakaan Maut di Pegunungan Arfak

Hengki Berencana Kirim Uang untuk Orang Tuanya di Kampung, Tapi Dia Pulang Sudah Tak Bernyawa

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jesika Boimau memeluk pamannya yang ikut menjemput jenazah kakaknya, Hengki Boimau yang menjadi korban kecelakaan maut di Pegunungan Arfak, Papua Barat, Kamis 14 April 2022.

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Christin Malehere

TRIBUNNEWS.COM, KUPANG - Isak tangis keluarga dan kerabat tak terbendung saat 18 jenazah warga NTT yang mengalami kecelakaan kerja di lokasi Pegunungan Arfak, Papua Barat tiba di Bandara El Tari Kupang, Kamis (14/4/2022).

Pantauan POS-KUPANG.COM, Kamis (14/4/2022), keluarga dari korban bernama Hengki Boimau menunggu pemindahan jenazah Hengky dari bagasi pesawat Lion Air ke dalam mobil ambulance.

Adik korban, Jesika datang bersama pamannya dan beberapa sepupu tengah menantikan jenazah korban yang dipindahkan oleh petugas cargo Bandara El Tari.

Jesika menangis histeris sambil memeluk saudari sepupunya, bahkan mengaku enam tahun tidak pernah bertemu dengan korban sejak bekerja di Papua.

"Korban telah pergi bekerja di Papua selama enam tahun dan kami tidak pernah bertemu, akan tetapi sekarang kami hanya melihat Hengki yang terbujur kaku di dalam peti jenazah," ungkap Jesika.

Selain itu, seminggu sebelum kecelakaan, Hengky sempat menelepon adiknya bahwa rencana pekan depan akan turun ke kota untuk mengirimkan uang kepada orang tua di kampung halamannya, Desa Kuanfatu, Kabupaten TTS.

"Minggu lalu Hengki telepon mau kirim uang untuk orang tua di kampung, selain itu Hengki juga mengatakan bahwa di tempat kerjanya, wilayah Arfak, Papua Barat tidak ada jaringan telepon sehingga sulit dihubungi, sehingga saat turun ke kota barulah dapat menghubungi saya untuk komunikasi," tambah Jesika.

Usai menerima jenazahnya di Bandara El Tari, Jesika bersama keluarga langsung membawa jenazah Hengki ke kampung halamannya di Kuanfatu, Kabupaten TTS.

Andy Nepa Bureni Sempat Minta Maaf

Keluarga dari jenazah Andy Nepa Bureni asal Desa Teunbaun, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, dijemput oleh istrinya Elena Sanipai yang menggendong anaknya berusia lima bulan.

Keduanya baru menikah sejak 2021 dan setelah menikah mengikuti suaminya ke Manokwari untuk bekerja di sana.

Menurut Elena, Andy memiliki sikap keras kepala dan selalu membantah perkataan istrinya.

Akan tetapi sejak bulan April 2022 sebelum ajal menjemputnya, Andy selalu bersikap lembut bahkan saat bertemu teman-temannya atau siapa saja selalu meminta maaf jika telah berbuat kesalahan.

"Saya merasa heran dengan sikap Andy yang selalu mudah mengucapkan kata maaf kepada teman-teman kerjanya dan siapa saja yang pernah berbuat salah, bahkan dia juga berkata lembut kepada saya," tambah Elena.

Setelah itu sehari sebelum kecelakaan yang merenggut nyawa Andy, istrinya sempat melarang agar tidak menumpang truk tersebut.

Akan tetapi Andy bersikeras menolak permintaan istrinya dan menaiki truk serta mengabarkan akan menelepon pada keesokan harinya.

Baca juga: 18 Jenazah Korban Kecelakaan Maut di Pegunungan Arfak Papua Barat Diterbangkan ke Kupang NTT

"Perasaan saya khawatir saat Andy naik truk itu, dan kekhawatiran saya terbukti setelah mendapatkan kabar bahwa Andy bersama pekerja lainnya telah meninggal dunia dalam kecelakaan," tambah Elena.

Sebelum membawa jenazah para pekerja asal NTT, terlebih dahulu berlangsung doa pelepasan jenazah oleh Romo Sipri Senda kemudian iring-iringan belasan mobil ambulans membawa jenazah para korban kampung halaman masing-masing.

Adapun 18 jenazah pekerja asal NTT terdiri dari satu jenazah dari Maumere -Kabupaten Sikka, dua jenazah dari Kabupaten Malaka, satu jenazah dari Amarasi- Kabupaten Kupang, satu jenazah asal Kuanfatu - Kabupaten TTS, satu jenazah dari Kabupaten TTU, serta 12 jenazah asal Kabupaten Belu.

Hadir dalam penjemputan jenazah antara lain Wakil Gubernur NTT, Joseph Nae Soi, Ketua DPRD NTT, Emi Nomleni, Ketua Ikatan Keluarga Flobamora Papua Barat, Clinton Tallo, Romo Sipri Senda, GMIT, Emi Sahertian, dan Suster, serta dan keluarga dan kerabat para korban.

Sebelumnya diberitakan kecelakaan maut terjadi di Distrik Minyambouw, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat, Rabu (13/4/2022) dan menewaskan sebanyak 18 orang penumpang.

Truk dengan nomor polisi PB 8374 MC tersebut mengalami kecelakaan tunggal.

Kapolres Manokwari, AKBP Parasian Herman Gultom menyebut hingga saat ini korban keseluruhan sebanyak 20 orang.

Sementara di antara belasan korban tewas tersebut, terdapat korban anak-anak.

Ia menuturkan, para korban ada yang dilarikan ke RSUD Manokwari dan juga di RS Pratama Warmare.

13 Orang Tewas di Tempat

Sementara itu, dikutip dari TribunPapuaBarat.com, Kasubsi Operasi dan Siaga Basarnas Manokwari, Marthinus Pebrian menyebutkan saat proses evakuasi para korban tewas posisi berhamburan di kiri jalan.

Pihaknya juga mengatakan setidaknya 13 orang tewas di lokasi kejadian.

Bahkan lanjutnya, dari keseluruhan korban terdapat satu korban dalam posisi terjepit dengan badan truk.

Korban tewas pun termasuk seorang bocah dan sang ibu.

"Kita berhasil mengevakuasi 13 jenazah dari lokasi tersebut," ujar Marthinus, kepada awak media, Rabu (13/4/2022).

Sementara, tiga korban lain telah dilarikan ke RS Pratama baru meninggal.

Baca juga: 5 FAKTA Kecelakaan Truk di Papua Barat yang Tewaskan 18 Orang: Kronologi hingga Sopir Tak Punya SIM

Kronologi dan Dugaan Kelebihan Muatan

Kapolres Manokwari, AKBP Parisan Herman Gultom mengatakan pengemudi truk kehilangan kendali, hingga akhirnya menabrak tebing.

Tepatnya truk yang melaju dari arah Distrik Minyambouw dengan tujuan pusat kota, di jalan turunan kilometer 10 melewati Kampung Duadbey, truk kehilangan kendali.

Pada saat kejadian, kata Gultom, pengemudi truk menggunakan perseneling gigi tiga dengan kecepatan tinggi. Akibatnya, saat jalan menikung, mobil tersebut langsung oleng ke sebelah kanan.

"Pengemudi mencoba menguasai kemudi, namun karena volume muatan kendaraan berat sehingga kendaraan meluncur hilang kendali dan menabrak tebing," jelasnya.

Gultom mengatakan, truk tersebut melebihi kapasitas, lantaran memuat 34 penumpang yang terdiri dari 32 orang dewasa, satu balita.

Bukan itu saja, pada truk itu juga terdapat barang berupa 103 batang kayu, rangkaian pelat besi cor ukuran 16 milimeter, satu unit sepeda motor Yamaha Jupiter warna biru, dan satu unit chainsaw atau gergaji mesin, dikutip dari Kompas.com.

Para korban kecelakaan maut di Minyambouw Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat, Rabu (13/4/2022) dini hari. (Adlu Raharusun/Istimewa) (Istimewa)

Identitas 18 Korban Tewas

1. Andre (sopir truk), asal Atambua (NTT), usia 27 tahun, alamat Arowi

2. Servasius Lelok, asal Atambua (NTT), usia 40 tahun, alamat Sowi 4

3. Alexander Mauk Butak B, asal Atambua (NTT), usia 43 tahun, alamat Sanggeng

4. Ardianus Kin, asal Atambua (NTT), alamat Susweni

5. Linda, usia 20 tahun, alamat Susweni

6. Paulus, asal Atambua NTT

7. Istin Nahak, asal Atambua NTT, usia 3 tahun, alamat Reremi

8. Hengki Boymau, asal Atambua NTT, usia 32 tahun, alamat Fanindi

9. Santus asal Atambua NTT, alamat Fanindi

10. Stevanus Malik, asal Atambua NTT, usia 39 tahun, alamat Fanindi

11. Edmon Aliando, asal Atambua NTT

Baca juga: Daftar 18 Korban Tewas Kecelakaan Maut di Pegunungan Arfak, Semua Warga NTT, Ada Balita

12. Bernadus A. Nahak, asal Atambua NTT, usia 25 tahun, Alamat Fanindi

13. Yohanes A. Tomauk-Atambua NTT Umur : 25 tahun

14. Vincensius K Nahak-Atambua NTT Umur : 41 tahun Alamat : Fanindi

15. Gregorius-Atambua NTT Umur : 43 tahun Alamat : Sowi 4

16. Lau Servas- Atambua NTT Umur : 35 tahun Alamat : Sanggeng

17. Edo Bauk-Atambua NTT

18. Longginus Umur: 30 tahun

(cr14)

Diolah dari artikel yang telah tayang di Pos-Kupang.com dengan judul Enam Tahun Merantau di Papua, Pulang Kampung Diterima Keluarga Sudah Meninggal Dunia

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini