News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kecelakaan Maut di Pegunungan Arfak

Sebelum Tewas Servasius Sempat Telepon Kakaknya di Belu, Bilang Mereka Kesasar, Mobilnya Terguling

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(KIRI) Kondisi truk yang menabrak tebing di Distrik Minyambouw, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat dan (KANAN) Proses identivikasi korban oleh Sar Manokwari dan Polres manokwari.

Laporan Reporter POS KUPANG, Teni Jenahas

TRIBUNNEWS.COM, ATAMBUA - Enam korban kecelakaan maut di Pegunungan Arfak Papua yang berasal dari Dusun Tulakadik, Desa Derok Faturene, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu, NTT merupakan satu rumpun keluarga.

Rumah mereka saling berdekatan. Bahkan dua korban berstatus kakak beradik, yakni Aleksander Mauk dan Servasius Lelok.

Keluarga kemudian memutuskan jenazah dari keenam korban disemayamkan dalam satu tempat. Kemudian, keenam jenazah dikuburkan pada satu tempat.

Ferdinandus Berek, salah satu keluarga korban ketika ditemui wartawan di rumah duka, Desa Derok Faturene Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu, Kamis (14/4/2022) mengatakan, keluarga menyiapkan tenda untuk enam jenazah korban.

Tenda dibuat di depan rumah Marianus Ulu, kakak sulung dari korban Aleksander Mauk dan Servasius Lelok.

Ferdinandus mengisahkan, Aleksander Mauk dan Servasius Lelok adalah kakak dan adik yang sama-sama bekerja di Papua selama belasan tahun.

Sang kakak Aleksander Mauk lebih lama merantau di Papua sejak tahun 2000.

Aleksander termasuk karyawan yang dipercayakan perusahaan untuk mendampingi karyawan yang lain yang sama-sama dari Belu.

Keluarga telah menyediakan tenda untuk menyimpan enam peti jenazah korban kecelakaan maut di Pegunungan Arfak Papua, di rumah duka di Dusun Tulakadik, Desa Derok Faturene, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu, Kamis 14 April 2022. (Pos Kupang/Teni Jenahas)

Selain sudah lama bekerja di Papua, Aleksander juga memiliki ketrampilan mengemudi dan banyak hal yang ia ketahui dengan situasi di Papua, tempat mereka bekerja.

Pada Agustus 2021, korban Servasius Lelok sempat pulang kampung untuk mengikuti acara pembangunan rumah adat. Setelah itu dia kembali ke Papua.

Ferdinandus dan beberapa keluarga yang lain tidak memiliki firasat sebelum kejadian tersebut.

Hanya saja pagi hari sebelum kejadian, korban Servasius Lelok sempat berkomunikasi dengan kakaknya yang ada di kampung Tulakadik.

Servasius menyampaikan kepada kakaknya bahwa mereka masih dua tahun lagi bekerja di Papua dan setelah itu bisa kembali ke kampung.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini